Popular Posts

Sunday, July 30, 2017

Cidera Sepeda dan Lari dan Bagaimana Saya Mengatasinya (backpain)

Mau laporan, hampir 5 tahun ngga ngeblog. Sampai lupa kenapa. Pas inget2 kemungkinan kejadian karena di tahun2 itu sempet berpikir ga akan bisa gowes lagi karena backpain yang makin lama makin parah. Mau ngaku sebenarnya gowes bisa jadi pelampiasan karena tidak boleh sering2 olah raga body contact atau high impact. Sempet membantu untuk beberapa tahun tapi akhirnya kumat juga. Setelah sembuh jadi lebih menghargai kesempatan dan sekarang malah rajin lari dan triathlon. Di lari ternyata langganan cedera lagi. Pertama kali ITB syndrome dan kemudian plantar fascitiis (terminologi gugling dulu ya lain kali dijelaskan). Pada saat menulis ini, backpain sedang kambuh jadi pas banget waktunya. Tulisan ini sekedar share pengalaman dan mungkin akan jauh berbeda untuk setiap orang. Sebaiknya kunjungi dokter langganan terdekat anda untuk lebih amannya :-). Sejarah backpain: Pertama kali muncul setelah mulai bekerja. Diagnosa tulang belakang terlalu tegak. Dilarang olah raga high impact seperti hobby basket. Satu2nya olahraga pada saat itu. Beberapa minggu sembuh. Main basket lagi. Kumat tiap beberapa tahun dan waktu sembuhnya makin lama. Yang paling parah 6 bulan sekali dan kalau sembuhnya bisa sebulan maka cuma tunggu beberapa bulan dan kambuh lagi. Pada saat sakit, nyeri menjalar ke kaki, tidak bisa tidur, badan meradang seperti punya luka terbuka. Tratment: Segala macam Obat2an, segala macam fisioterapi, massage dan yoga. Memperbaiki sikap tubuh. My Notes: - Berat badan mempengaruhi tekanan ke backpain. Semakin ringan tubuh semakin aman buat backpain. - Tidak menemukan Obat2an yang menyembuhkan, hanya menghilangkan sakit dan radang sementara. - Korset backpain sangat membantu pada saat sakit. Tapi pemakaian terus menerus dapat melemahkan otot punggung dan akhirnya malah memperparah. - Stretching seperti dengan Yoga ti.dak menemukan hasil. Kemungkinan bentuk Yoga tidak dapat digeneralisir untuk semua orang. - Memperkuat otot pinggang dengan olahraga yang low impact seperti sepeda dapat membantu tapi tidak menghilangkan penyebabnya. - Pada saat tubuh dalam kondisi lemah, seperti sedang sakit (misal flu), backpain akan terasa. Yang berhasil: - Korset backpain dipakai hanya pada saat sakit. Pada saat kuat harus dipakai untuk menguatkan otot2 pinggang dan punggung yang berguna menegakkan tubuh dan mengurangi risiko saraf terjepit. - Jangan berhenti olahraga sama sekali. Karena kekuatan core dan fleksibilitas sangat mempengaruhi backpain. - Mendapatkan stretching yang tepat untuk kondisi kita. Posisi saya yang bermasalah di L5 dan L6 sangat terbantu dengan menaruh bola yoga di punggung dan menarik seluruh badan (posisi badan menghadap ke atas dengan bola yoga di bawah). Stretching dengan bola yoga (dapat diganti dengan bantal ditumpuk dua) saat ini sangat drastis menyembuhkan backpain. Pada saat pertama kali melakukannya backpain berkurang dari 80% (tidur masih sakit), menjadi 60%. Kemudian setelah seminggu terus menerus melakukan terapi ini bisa turun sampai 20-10%. Setiap kambuh bisa reda dengan melakukan terapi ini lagi. Kesimpulan saya: Backpain disebabkan terjepitnya (atau tertarik) saraf karena berubahnya struktur tulang karena sikap tubuh yang salah terus menerus, berkurangnya kadar air di tulang rawan (disk) dan olahraga atau high impact (kecelakaan dll). Stretching yang tepat dapat mengalirkan darah ke tempat yansag terjepit dan melenturkan sraf atau otot yang tertarik dan membalikan struktur tulang (sementara) sehingga bisa menghilangkan sakit backpain dengan cepat. Pada saat ini, setelah menemukan strecthing yang tepat penulis sudah beberapa kali menyelesaikan marathon (3 kali), trail marathon (1 kali), dan 3 kali 70.3 Triathlon (1,9 K renang, 90K sepeda dan 21 K lari berturut). Bersamaan dengan itu penuis juga mempunyai masalah di plantar yang akan dibahas di lain waktu. Bye!

Saturday, January 12, 2013

Trek Kota Bunga with 69ers

“Gile lu mir?” Itu ucapan saya pertama diminta untuk nunjukin jalan ¬komunitas sepeda 69ers ke Kota Bunga. Bukan apa2, mereka terkenal serius dalam pembinaan atlet2 mudanya. Jadi bisa dibayangin masa yang nunjukin jalan ada di belakang hehehe... Trek Sentul ke Kota Bunga salah satu trek yang sudah sejak lama mau saya tulis di catatan perjalanan sepeda saya ini. Karena memang beberapa orang menunjuk trek ini sebagai trek terberat untuk jenis tanjakan di sekitar Jakarta ini. Tidak banyak teman2 yang dengan sukarela ikut trek ini padahal secara waktu sebenarnya kalau konsisten bisa dilakukan hanya setengah hari (sekitar 4-5 jam). Korban dari trek ini beberapa teman yang biasa melahap tanjakan menyatakan trauma melalui trek ini dan tidak akan ikut lagi tanpa latihan dulu (nama dan kejadian disamarkan sehingga kalau ada kesamaan bukan tanggung jawab penerbit hehehe).

Cukup mengenai referensi, sebenarnya bagi para goweser yang sering bermain di sekitaran Sentul, trek ini bisa dipahami sebagai awal dari trek ke gunung pancar. Kita bisa mulai dari salah satu titik kumpul di Sentul City, seperti Bakmi Golek atau Petronas (Gerbang tol Sentul City belok ke kiri). Trek ini bisa dikelompokan menjadi 3 trip, Sentul City – Cibadak, Cibadak- pertigaan pasar/pospol-Hutan Pinus, dan diakhiri Pinus-Kota Bunga. Selanjutnya terserah anda, karena biasanya kita makan siang di kota bunga, naik angkot ke Mang Ade (walau biasanya macet kalau masih siang sehingga tetep akhirnya milih gowess). Dan akhirnya meluncur bahagia turun Puncak-Gadog-Sentul. “Nggak mungkinlah lu ketinggalan”, salah satu upaya Mirna membesarkan hati saya supaya mau menjadi GPS (istilah 69ers untuk penunjuk jalan). “Tapi lo ikut kan?” akhirnya saya untuk mengunci pembicaraan. Malah dijawab dengan berbagai alasan yang menyatakan dia harus ada di Citos jam 12 lah, kan ada Ichsan (suaminya) dan lain sebagainya. Alesan! Padahal sebelumnya kita di kantor ada rencana yang sempet tertunda pada akhir tahun kemarin yaitu nemenin temen2 IT untuk sepeda santai di BSD. Untungnya acara ini dijadwalkan ke minggu setelahnya sehingga ga bentrok.

Agenda setelahnya manas2in temen2 KTN (Komunitas Kantor) untuk ikutan. Beberapa menyatakan ikutan, walau di akhir2 semuanya cancel hehehe... Sebenarnya ini cuma mau mengetes seberapa terbukanya mereka dengan tantangan. Malah akhirnya Bobby yang baru sekali gowes kemarin Jakarta-Sentul-Bogor menyatakan serius untuk ikut. Akhirnya setelah melalui proses interview yang panjang akhirnya dia menyatakan siap dan sadar akan segala konsekuensinya mengikuti trek yang cukup berat ini karena seharusnya dia minimal harus tahu trek tanjakan seperti Km0 (Bojong Koneng) dulu. Siap ikut siap evak. Karena targetnya tahun ini adalah Bobby Jawa-Bali. Mantap. Hal ini saya lakukan semata2 karena menghapus tuduhan teman2 yang suka menyalahkan saya kalau ada yang merasa tertipu. Padahal kan jargon2 dalam sepeda itu kan standar. “Ayo, kamu pasti bisa”, “Sedikit lagi sampai”, “tanjakannya sudah habis kok”. Coba bayangin, masa kita demotivate teman dengan bilang, “kamu pasti ngga bisa”, “jangan ikut trek ini karena berat”. Ngga mungkin kaaaan... ? (mata terbuka dahi mengerut). Memang sih ada bumbu2 sedikit tapi namanya juga bumbu, supaya lebih sedap gitu lo (xixixi). Sampai2 Resolusi 2013 KTN adalah lebih percaya sama saya, berlebihan banget ga sih? Sudahlah, telat setengah jam dari jadwal kita berangkat dari belakang Bakmi Golek. Kalau ngga salah ada sekitar 30 orang. Setelah briefing kita menelusuri boulevard Sentul City menuju Kampung Budaya. Di sini saya kenalan dengan salah satu srikandi Indonesia, tante Gia. Tahun 2012 dia dan segelintir pegowes hebat lainnya mewakili wanita Indonesia mengatasi tantangan bersepeda jarak jauh dari Kediri ke Jakarta. Tahun depan sepertinya beliau akan memimpin tim srikandi 2013 Aceh ke Padang sekitar 1300 km. Damn!

Setelah kampung budaya kita menuruni boulevard dan belok kiri setelah masjid. Beberapa teman (belakangan tahu namanya Om Dony) kelewatan untungnya masih bisa dikejar. Setelah belok kiri itu kita ketemu jalanan baru melintang. Ini sebenarnya jalan besar untuk menuju ke JungleLand, bakal tempat bermain dan waterpark di Sentul (baca catatan saya Curug Bojong Koneng, the next happening waterpark in Sentul). Lumayan jadi nggak masuk ke kampung kita belok kanan mengikuti jalan lama menuju ke Gunung Pancar. Bedanya sampai sate kiloan kita tetap lurus. Baru di sini kita mulai merasakan beberapa tanjakan yang cukup terjal. Sampai di tikum pertama warung belokan di atas. Kalau ngga salah kita sampai di sini sekitar jam 8.30. Kalau bisa disamakan sebenarnya titik ini hampir setara dengan Warung Bojong Koneng (Km 0). Sempat mendengar bahwa kita sudah menempuh jarak 24kman, sehingga secara jarak sebenarnya kita sudah hampir setengahnya. Setelah kita menunggu beberapa lama kita memutuskan untuk membagi dua. Tim depan oleh saya sebagai GPSnya, sedangkan tim belakang dipimpin oleh Om Ichsan. Setelah warung kita dihadapkan dengan turunan menukik ke lembah. Di sini biasanya Rodex, komunitas sepeda dari Depok, mengakhiri treknya dengan makan siang di warung mang Ujang dan mandi di kali yang bersih ini. Di ujung turunan ini kita langsung dihadapkan dengan jembatan merah yang terbuat dari kayu. Jembatan ini sering disebut dengan jembatan sniper. Konon, waktu jaman petrus dulu mayatnya dilempar ke sini (hiiiii). Konsep pertama dari bersepeda, jangan terlalu senang bertemu turunan karena pasti akan ada tanjakan. Lepas dari jembatan ini langsung kita dihadapkan 3 tanjakan hampir securam turunan tadi dengan jarak masing2 hampir sama, jadi hampir 3 kalinya. Untungnya setelah itu kita bisa agak mempercepat kayuhan karena rolling (turun naik). Sampai akhirnya kita ketemu turunan berbelok. Jembatan kedua, kali ini sudah dari beton. Kalau di balik sebenarnya ini adalah tanjakan yang paling berat di ruas jalan ini, mungkin karena panjangnya dan kalau dari jembatan kita bisa membuat lemas karena kelihatan liukan dan dongakan dari tanjakan ini. FYI ternyata di bawah jembatan ini sebenarnya ada curug kecil yang tidak kelihatang sehingga kadang2 disebut curug ngumpet.

Sampai hampir setengah jam kita ketemu jalan rusak setelah jembatan ketiga dan seperti biasa kita dihadapkan sama satu atau dua mobil atau truk yang sedang berusaha naik ke atas. Entah didorong atau dikebut. Ini yang menyebalkan karena seringkali kita harus berhenti dan akan susah memulai lagi karena treknya memang licin. Lepas dari jalan rusak kita akan ketemu jembatan terakhir di ruas jalan ini dan melipir ke kiri untuk bertemu jalan besar (jalan Tajur). Arah dari kiri adalah dari Citeureup dan kita ambil ke kanan. Belakangan baru tahu bahwa rombongan belakang sempat belok kiri sebelum kembali. Setelah kita ke kanan kita akan ketemu dengan jalan roling yang menarik karena turunannya lumayan untuk mendapat momen naik sehingga sampai ke pertigaan pasar dimana ini adalah tikum kecil kedua. Setelah menunggu lebih dari 20 menit akhirnya kita memutuskan untuk jalan lagi. Beberapa sempat ketawa (kecut) karena saya sempat menyatakan bahwa tanjakan di depan adalah serius. Lah dari tadi apaan dong hehehe... Ngga tau bagus atau nggak, tapi mendung menghiasi perjalanan kali ini. Biasanya tanjakan pinus ini kita dihadapi dengan dua tantangan, yaitu tanjakan dan panas terik. Benar saja sampai di tengah2 grimis mengundang. Yang namanya tanjakan sebenarnya sama saja, tapi karena kita sudah lelah, melewati di sini kita harus hati2 karena rentan keram. Terlebih lagi tanjakan ini didahului dengan tanjakan landai yang panjang sehingga ketauan yang jarang RPM (latihan yang mengandalkan putaran kayuhan)seperti saya pasti akan cepat merasa lelah. Baru setelah itu kita disajikan dengan beberapa tanjakan tanjam yang membuat cenat cenut di paha dan betis. Untungnya sebelum tanjakan tembok para atlet memutuskan untuk istirahat jadi kita bisa memulihkan tenaga sebelum sampai ke pinus. Entah kenapa 3 kali ke sini sebelumnya kalau melewati tanjakan tembok ini biasanya saya selalu menyalahkan diri sendiri, kenapa sih sampai mau lewat sini lagi, karena biasanya yang kita rasakan luar biasa capai, panas, dan bisa keram2 kalau salah strategi. Biasanya saking overheatnya helm, kacamata dan baju sudah terbuka lebar2 dalam upaya menurunkan suhu badan yang sudah overheat. Kali ini walau ngga panas tapi sempet keram karena lagi khusuknya melintasi tanjakan dengan cara miring2 (teorema pitagoras, kalau miring dapat menurunkan tingkat kecuraman sehingga tenaga yang kita keluarkan bisa dihemat) masuk ke tanah dan terpaksa turun kaki secara tiba2 mengakibatkan keram di kedua kaki tiba2. Padahal sebelumnya tidak ada tanda2 mau keram (alesan).Dicubit2 sebentar langsung menuju ke atas dan sampai lah di tanda wisata pinus tempat paling tinggi atau akhir tanjakan gila itu. Setelah itu kita menunggu rombongan sampai kumpul semua termasuk Bobby yang masuk dalam rombongan evakuasi. Belakangan kita baru tahu bahwa settingan dari sepedanya sangat tidak tepat untuk trek semacam ini, salah satunya fork 140mm yang terlalu tinggi. Tapi salutlah belom pernah nanjak langsung ikut trek ini.

Setelah Kopi susu dan Indomi di warung kita turun bersama2 ke kawasan wisata pinus dan (seperti biasa ) nanjak lagi sampai akhirnya kita ketemu jalan rusak. Suasana Hutan Pinus berangsur2 berubah menjadi suasana puncak dengan kebun tehnya. Di sini hujan mulai turun dengan derasnya untuk ukuran puncak. Entah ada chemistri apa dengan jalan rusak, saya benar2 menikmati suasana jalan rusak setengah menanjak dengan setengah hujan. Sensasinya benar2 khas sepertinya semua masalah ngga ada apa2nya kalau dalam kondisi begini. Detak jantung cepat, badan panas dengan kondisi suhu alam yang sejuk, badan disiram air dan diguncang oleh batuan makadam membuat semangat mengayuh lebih cepat lagi. Dengan ban 1.25 sebenarnya agak rentan bocor tapi demi mendapatkan sensasi itu kita lupakan dulu, toh perjalanan sudah dikit lagi selesai dan ada mobil evak di belakang. Terbersit ajakan teman travelling untuk ke ranukumbolo, apakah sensasinya lebih dari ini. Lupakan hiking, dengan sepeda kita bisa merasakan ini dengan murah, cepat, menyenangkan dan waktu relatif singkat. Sekali lagi mengingatkan kita untuk bersyukur dilahirkan di Indonesia negara yang alamnya luar biasa.

Di akhir kebon teh kita akan ketemu pertigaan, ikuti jalur ke kiri sampai ke jalan besar. Jalur ke kiri menunjukkan 6 km ke kota bunga dan jalur satunya lagi (lurus) kita menuju ke jalan raya cianjur puncak. Sebelum gerbang ketemu jalan cianjur kita makan sate hanjawar dan memutuskan pulang kembali ke Sentul dengan mobil karena waktu sudah sore. Sementara para atlet dan tante Gia (plus suami) melanjutkan gowes ke Mang Ade untuk turun ke Gadog-Sentul. Untuk saya? Cukup hari ini. Thanks untuk jamuannya 69ers, makasih buat kehangatannya, becanda2nya, ketemu lain kali di gowes lain kesempatan. Kalau ke Baduy lagi ngajak2 yah.

Thursday, May 24, 2012

Joglo Attack

hMelihat rundown dari suatu acara yang disebut Joglo Attack membuat penasaran. Ini adalah acara sepedahan komunitas sepeda lipat yang diadakan di sekitaran Jogja dan Solo. Bayangan naik sepeda lipat di Malioboro dan Kota Solo langsung membuncah (apa coba). Yang paling menarik adalah acara kulinerannya yang maknyus kata maestro kulineran kita. Untuk mengisi liburan panjang kali ini acara satu ini terasa sangat ideal. Setelah menginformasikan ke beberapa teman akhirnya malah teman2 kantor yang tertarik untuk mengikuti acara ini. Alasannya sama, gowesnya tidak terlalu berat dan pikniknya oke punya . Lesson to learn, jangan terlalu lama persiapan untuk gowes. Makin lama makin terpikir untuk melengkapi alat2 yang tidak akan pernah cukup. Dampak dari itu hasil dari online didapatkan pannier Vincita yang tadinya pas dibungkus kelihatan kekecilan, tapi setelah diisi jadi proporsional dengan ukuran Speed P8 tercinta. Lengkaplah sudah, ditambah kamera dan tripod siap Joglo Attack! Kapan lagi sepedahan bisa bawa kamera seperti ini. Kalau ke gunung agak sayang soalnya takut lecet atau rusak hehehe. D-Day, Rabu, Hari terakhir kerja minggu ini. Baru ketauan ternyata di kawasan kantor kita juga ada ‘nte Mini yang ikutan. Jalan dari kantor berlima ke Senayan, tempat bis mangkal. Sebelum berangkat makan sate dulu di Softball. Kulineran dimulai… Berangkat jam 9 ternyata terlalu telat. Mengingat hari libur panjang sepanjang jalan ke Bandung hampir dipenuhi dengan mobil Jakarta. Setelah sampai Nagrek masih tidak terlalu lancar dan ditambah beberapa ruas jalan yang longsor menambah lama perjalanan. Kita memutuskan lewat jalur Selatan karena informasi yang didapatkan dari antar sopir bahwa jalur Utara macet sepanjang jalan. Meskipun begitu hal ini menutupi keindahan jalur Selatan pada saat fajar menyingsing.
Sampailah kita di Jogja, tepatnya di daerah Bantul jam 14.00! Akhirnya setelah kita berdiskusi diputuskan untuk melewati acara di Malioboro, yaitu pejabat daerah melepas rombongan gowes ke Prambanan. Kita memilih untuk mandi dulu dan secepatnya (kalau sempat) ikut rombongan gowes di tengah jalan. Kita diterima di Pesantren Darul Ulum untuk bebersih dan beberapa orang (termasuk saya ) memutuskan untuk gowes karena sudah kaku badan dari kemarin duduk terus. Gowes pertama kita dari Bantul (Pesantren Darul Ulum), blasak blusuk ke perkampungan. Setelah puas menikmati alam perkampungan Bantul – Jogja, kita ketemu jalan besar yang dijaga oleh beberapa Mashal bertuliskan Jambore Wisata. Kebanyakan memang memakai sepeda lipat, tapi ada juga yang memakai MTB, bahkan BMX. Setelah bersalam2an lanjut perjalanan dan makin lama putaran makin melambat, belakangan baru tahu bahwa memang sebenarnya jalannya menanjak. Akhirnya sampailah kita di Prambanan. Dari informasi kita baru tahu bahwa di hari biasa sebenarnya area Prambanan tidak diperbolehkan ada pesepeda masuk. Tapi untuk acara ini kita dikecualikan dengan dibolehkan untuk masuk dan bahkan menginap di sana. Luar Biasa sambutan dari JFB (Jogja Folding Bike).
Sesampainya di Prambanan, sy langsung menyiapkan pemotretan untuk saat sunset di Prambanan. Pada awalnya sy pikir badan merasa tidak enak dikarenakan terlalu lama duduk di Bis. Ternyata setelah rasa antusias karena tiba di Jogja dan Prambanan berangsur2 berganti dengan rasa sakit di geraham. Sakit gigi? Bisa dibilang begitu, tapi sebenarnya ini dikarenakan seminggu sebelum berangkat dokter gigi langganan baru saja menarik behel untuk keseluruhan gigi untuk pertama kali. Rasanya, jangan ditanya. Yang pasti setelah gelap langsung beringsut ke barak dan tidur. Ternyata tidur di barak tidak terlalu jelek. Bahkan bisa dibilang menyenangkan. Bayangan dikelilingi nyamuk, dingin, tidak nyaman sama sekali tidak ada. Malah angin malam semilir malah menambah nikmat tidur dan nyamuk tidak terasa karena perlengkapan sepeda, seperti arm warmer dan buff lebih dari cukup untuk menahan nyamuk. Lotion nyamuk jadi nggak terpakai deh. Sebenarnya kita mempunyai pilihan untuk tidur di hotel sekitar yang cukup nyaman, dan tidak terlalu mahal. Tapi karena sudah PW (posisi wenak) nggak kepikiran untuk kesana sementara beberapa peserta dari Jakarta lainnya ternyata sudah check in. Cuma badan sakit karena sepertinya saraf di gigi geraham ketarik tidak hilang setelah beberapa jam berbaring. Setelah cukup tenaga (dan kesadaran) akhirnya memutuskan untuk mencari bis yang sudah pindah agak jauh untuk peralatan tidur dan mandi sambil mencari obat penahan rasa sakit dengan melewati makan malam yang kedengarannya enak (hiks). Memang tidak berani makan karena curiga geraham yang bergerak masih tidak dapat menerima tekanan mengunyah. Dengan GPS (Ganggu Penduduk Sekitar) ketemu bis dan apotek. Ternyata 2 butir obat (dondudis et hom) tidak mempan, Cuma sempat ganti baju langsung memaksa tidur berharap sembuh secepatnya. Da da, Night Ride, api unggun, perkenalan dengan komunitas, acara hiburan, doorprize, terdengar di telinga tapi tetap nggak bisa ikut. Terdengar suara MC akhirnya sayup2 hingga tertidur. Subuh, sudah jauh baikan (sakitnya masih bisa ditoleransi untuk sekedar beraktifitas). Dimulai dengan mandi, aerobic (lengkap dengan instruktur). “Ayo maseeeeeee”, begitu instruktur terus menyemangati para om2 bersenam pagi. Sarapan tradisional ditambah dengan minuman yang tidak kalah khas Jogja siap untuk mengawali hari.
Morning ride, Tour d’ candi. Start dari Prambanan, Candi Sewu, Candi Plaosan Lor dan kidul, Candi Sojiwan dan diakhiri dengan nanjak di Candi Ratu Boko. Dasar Orang Kota, ngga bisa ngeliat objek sedikit langsung narsis sedunia hehehe… Untungnya dari Ratu Boko kita dijemput bis untuk kembali ke Prambanan. Terdengar ajakan untuk gowes Jogja – Solo yang sebenarnya tidak ada di rundown acara. Dalam hati mau memaksakan diri tapi sepertinya badan masih lemes. Setelah Sholat Jum’at sempat kecewa karena tidak terdengar ajakan gowes Jogja-Solo. Setelah tidur di bis ternyata ajakan datang lagi dan siap! Saya ikut. Dari Jakarta sepertinya hanya 3 orang yang ikut, saya, Om Fajar dan Om Tommy “Marcell” (mirip banget bo sama artis satu itu). Tapi belakangan setelah Klaten ternyata Tante Utie dan beberapa rekan lainnya memutuskan untuk turun dari bis. Panas kayanya mereka. Sebenarnya secara trek, Jogja-Solo termasuk trek yang biasa saja. Hampir selalu datar dan sedikit yang naik turun datar. Sensasinya adalah bersepeda di dua kota yang mempunyai nilai sejarah tinggi. Jogja - Klaten mengikuti kecepatan beberapa orang di depan yang luar biasa cepatnya. Setelah beristirahat dan menunggu rekan2 lain yang tidak kunjung tiba kita melanjutkan jalan dan akhirnya terpisah menjadi beberapa peleton. Anehnya setelah masuk Solo justru kita bingung dan sempet menunggu yang lain hingga ketemu kirab entah apa itu. Sore hari sebelum magrib setelah bersih2 di penginapan yang sangat bersih dan bagus sekitar manahan, kita gowes ke toko sepeda yang sering dibicarakan karena menjual Dahon yang lumayan murah. Ternyata letak toko itu ada di beberapa toko tempat cabang Commonwealth. Jadilah kita ngobrol sebentar sama satpam di sana untuk sekedar tahu. Di malah hari kita lanjut dengan kuliner di jalan gajah mada. Dimulai dengan tahu dan sate buntel, kemudian lanjut Night ride keliling Solo diakhiri dengan makan gudeg ceker. Susu sapi akhirnya nggak jadi karena terlalu capai dan sukses lah kita tewas di penginapan yang sangat lumayan itu.
Paginya kita mulai dengan start dari Manahan untuk gowes ke Pengging. Tempat ini dulunya adalah sumber mata air dan pemandian raja Pengging yang sekarang menjadi pemandian umum. Sepertinya kita gowes dengan jalan memutar sehingga melewati jalan2 kecil. Sampai di Pengging kita disambut dengan makanan yang sudah disediakan oleh panitia (Mbok Inten kalau ngga salah). Setelah itu kita mengadakan acara ulang tahun Seli Solo Raya dan membagikan door prize. Di luar dugaan sy ketemu mas Agus, suami dari sepupu di Jakarta. Sempet kaget karena ngga nyangka sama sekali akan ketemu keluarga di sini. Coba tahu dari kemarin, pasti disempetin ke rumahnya. Setelah mandi2, sepeda kita langsung dilepit ke bus dan pulang menuju Solo yang ternyata hanya berjarak sekitar 16 km. Di sini kita melihat peserta Seli Jogja yang masih kecil (sekitar 8-10 tahun) pulang ke jogja dengan ditarik ayahnya dengan tali (hehehe). Salut untuk semangatnya. Tiba di penginapan kita langsung check out dan pulang ke Jakarta. Sebeum keluar Solo kita liha2 ke Pasar Klewer dan melihat2 sekitar Keraton karena sudah tutup. Dan pulang diputuskan untuk lewat Selatan lagi, tidak lupa melewati Jogja untuk beli oleh2.

Saturday, April 28, 2012

Jakarta Bandung, Think Less Bike More

Di dalam komunitas sepeda hampir tidak ada batasan antar komunitas. Beda seperti gank motor yang sedang marak belakangan ini. Memang ada banyak nama komunitas2, tapi kenyataannya pada saat teman2 menanyakan sy gowes Bandung sama siapa, agak kesulitan menjawabnya. Bukan karena ngga kenal, tapi jadi harus menjelaskan satu2 dan biasanya penanya tidak sabar untuk menunggu jawabannya selesai. Ya udah, singkatnya dari lalu lintas BB grup yang sibuk dan nggak jelas (hehehe) ada ajakan singkat ke bandung dan ada beberapa yang merespon singkat positif. Terkumpullah 6 orang yang serius dan melalui fasilitas Bbchat multi user kita mematangkan rencana ini. Dari pembicaraan diputuskan persyaratan pertama adalah tidak nginep. Dengan skenario ini semua jadi lebih jelas. Ngga perlu penginapan dan pengaturan transportasi langsung pulang. Kesulitan ada pada moda transportasi yang dipilih karena kita tidak mempunyai benchmark yang jelas mengenai kemampuan masing2 kita. Perlu diketahui latar belakang pesepeda kita adalah kebanyakan nanjak di sekitaran sentul. Tentunya hal ini berbeda dengan turing jarak menengah yang harus melalui beberapa tanjakan curam. Kalau dari performans kasar kelihatannya kebanyakan peserta kecepatannya di atas saya kecuali Om Fery yang sempet absen beberapa lama. Hal ini menggembirakan sekaligus intimidating. Menggembirakan karena kemungkinan bisa lebih cepat dari rekor kemarin dan intimidating karena membayangkan akan tergopoh2 mengejar yang lain yang bisa menyebabkan drop atau keram. Suatu keuntungan hanya saya yg pernah melewati trek ini, bedanya dulu start dari depok dan menginap di tengah kota. Jadi bisa lebih mengerti mengatur kecepatan.
Hal2 lain adalah pemilihan sepeda atau sebenarnya lebih ke ban. Ban2 gundul kecil jadi pilihan kita. Untungnya pemilihan sepeda untuk ke Bandung sudah tersedia, dengan spek sebagai berikut. Cozmic flatbar dengan tanduk triple B didukung oleh gear set 3x8 speed campuran dengan rem v-brake. Shock depan memakai aerial yang super ringan tapi agak keras. Pemilihan ban adalah Maxxis detonator yellow black 1.25. Semua perfect kecuali grupset yang agak ketinggalan karena kebanyakan sekarang sudah pakai 3x10 speed. Semua alasan pemakaian dari spek ini adalah semata2 menggunakan apa yang ada. Walau ekonomis semua sudah terbukti terutama frame Polygon cozmic CX 1.0 yang ternyata cocok dengan pinggang. Beberapa minggu memakai ini berangsur backpain yang tidak sembuh2 membaik. Ngga cocok sama fulsus apa geometri yang pas? Belum tau. Terbersit mau upgrade ke 9 speed atau malah 10 untuk minimal ngga ditinggal, tapi ngga jadi karena banyak pertimbangan termasuk ngga mau mengubah setingan yang sudah mantap. O ya, ternyata setelah dicari2 memang ada yang diganti selain ban, yaitu bottle cage. Dari warna hitam ganti ke warna silver biar mecing (halah). Om Reza lurah sentul walaupun menghujat di Bbgrup KTN (Komunitas kantor), ngapain Jakarta Bandung 2 jam pake mobil malah gowes, membekali dengan 4 saset GU, gel energi.
D-Day: Sindrom D-1, terlalu excited atau takut telat malah jadi ngga bisa tidur. Om Toto malah minum obat batuk supaya tidur (don’t try this at home). Setting terakhir pasang cyclometer dan lampu, final cek , pesan taxi dan tidur. Pagi2 malah dibangunin taxi sebelum alarm karena dia mau memastikan lokasi penjemputan. Walhasil sampai di Titik awal McD Cibubur pas jam 5 ketemu sama pasangan yang baru selesai hangout. Akhirnya satu mangkuk bubur dan segelas caffe latte sukses berpindah tempat ke perut sambil menunggu yang lain tiba. Pemilihan tempat ini selain gampang dicapai oleh semua peserta juga karena ternyata daerah ini masih Jakarta Timur. Jadi masih sah kalau dibilang start dari Jakarta.
Jam 5.50 am kita berangkat dari mcD. Om Ferry “Desa tertinggal”, Om Toto, Om Danis, Om Saleh “The Prof” dan terakhir Om Iwang yang join di daerah kota wisata bersama2 menyusuri jalan Cibubur sampai Cileungsi tanpa sempat menggunakan lampu karena sudah terlanjur terang. Dalam hati berharap semoga lampu nggak kita gunakan karena sampai sebelum gelap. Seperti harapan perjalanan awal semua lancar dan menyenangkan. Pagi hari dan hawa sejuk memperlihatkan suasana Cibubur mengawali weekendnya. Melewati cileungsi teringat pengalaman terakhir sarapan padang di situ. Hampir sejam berjalan di pertigaan Jonggol pada saat regrouping pertama karena pertigaan pertama Om Toto mengeluhkan Bbnya yang berbunyi aneh. Kita mulai takut karena kemungkinan terburuknya adalah tidak bisa melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa lama teknisi dadakan (hehehe) mengecek sempat tercetus untuk membawa ke bengkel namun bengkel mana yang buka jam 7 pagi ini. Akhirnya walau masih tidak bisa diperbaiki diberanikan diri untuk meneruskan karena kelihatannya tidak akan memperparah kerusakan. Resiko ada kalau rusak maka dimasukkan ke evakuasi. Setengah jam kita tetap di tempat akhirnya kita melanjutkan perjalanan. Tampak beberapa pesepeda berjalan maupun di angkut karena ternyata di Kota Jonggol sedang ada XC fun bike. Tanpa masuk ke Jonggol kita melipir ke arah Cariu dengan suasana perkotaannya semakin hilang berganti dengan jalanan yang lebih sepi di kiri kanan mulai persawahan menghijau. Hampir sejam kita menggowes km sudah menunjukan 30km. Padahal menurut Om Saleh puncak Cariu ada di 44km dari Titik awal. Jadi harusnya sebentar lagi kita mulai nanjak. Cuma seinget saya tempat ini masih jauh dari tanjakan, jadi akhirnya kita meragukan keakuratan dari data tsb. Melewati pom bensin kita melepas hajat dulu sambil regrouping ke dua. Om Ferry seperti biasa paling belakang, tapi di luar dugaan sampai saat ini gapnya tidak terlalu jauh yang mana sudah sangat bagus sekali. Walaupun Gel energi pertama akhirnya dibuka karena memperkirakan tanjakan sudah sedikit lagi (ternyata salah). Melanjutkan perjalanan, kita menemui belokan ke arah kanan (sebut saja simpangan cariu). Di sini kita bisa melihat pemandangan khas gunung2 yang berbentuk runcing di sebelah kiri kita. Beberapa saat kemudian kita melewati mesjid As-Syukur yang di turing sebelumnya sebagai pitstop besar untuk solat dan makan siang. Padahal kita di situ belum jam 9pagi. Awal yang bagus.
Jam 9 tepat kita memutuskan untuk sarapan di depan mesjid hijau Cariu, Pitstop besar pertama. Keluarlah Sop Ayam, Soto dan Sop Iga yang pas porsinya dan enak juga ternyata untuk sarapan. Pak Dosen Munir dari BB yang melihat status BB saya mengkonfirmasi bahwa memang itu adalah tempat favorit berhenti sebelum tanjakan. Wah sepertinya sampai di puncak Cariu jam 11 bukan lagi wacana nih, tampaknya bisa terlaksana.
Mulai perjalanan ke atas, dari datar, roling turun naik, sampai lama2 naik saja ngga ada turun sampai makin lama derajat kemiringan makin tinggi sedangkan asam laktat semakin menumpuk. Inilah tanjakan Cariu dimulai. Gel energi kedua dibuka.Pemandangan khas di sini adalah gunung kapur. Jika di sini pada waktu yang tepat maka semua bisa terpesona melihat cahaya matahari dipantulkanoleh tebing gunung kapur yang berpendar. Cahayanya bagus sekali Cuma mungkin karena kita lebih dulu sudutnya tidak membentuk seperti biasa. Kalau dari prestasi di sini kayanya menurun dari tahun lalu karena sempet memutuskan berhenti 2 kali. Padahal waktu itu hampir ngga berhenti untuk sampai di atas. Ini sepertinya karena walau masih jam 10 an panas sepertinya sudah maksimal. Terbukti sepanjang jalan buff terpasang di muka supaya tidak terbakar dan melemahkan semangat nanjak. Di tahun lalu di sini kebalikannya hujan lebat yang mendinginkan panas tubuh walau dalam kondisi tinggi. Karena tahu sedikit lagi sampai akhirnya sempet melakukan sprint biar sampai di atas duluan (sori teman2 hehehe). Dan Jam 11 touchdown! Yang lainnya Cuma beberapa meter di belakang. Hanya Om Ferry yang tidak kuat melawan rayuan Pak supir untuk naik evakuasi sehingga dia sudah menunggu di atas. Ini pitstop besar ke dua. Kita putuskan istirahat sampai 11.30 untuk melanjutkan perjalanan.
Tantangan besar pertama sudah selesai. Tinggal tanjakan padalarang di akhir nanti. Dan km menunjukkan 66 bukan 44 km hehehehe. Salah tu Om Saleh GPSnya. Setelah itu kita turun (walau sebenarnya ada beberapa tanjakan) begitu lihat bisa sampai 55 km/jam langsung menurunkan kecepatan (septi first). Happy turunan regrouping di pertigaan pertama. Cari makan siang dan diberi informasi ada sate 3km di depan. Dan.... informasi itu salah. 3km lewat ngga ada tanda2 sate sampai akhirnya sampai pertigaan besar sebelum jembatan cikerta. Jembatan cikerta sebenarnya biasa aja Cuma tahun lalu sy berpose di prasastinya jadi sekarang saya memaksakan diri untuk difoto dengan pose yang sama. Bip bip, Dosen munir langsung komen di BB, wkwkwkw pose ulangan nih.
Akhirnya setelah 6km barulah ketemu sate tsb. Ternyata tidak mengecewakan. Satenya bener2 empuk karena katanya dadakan. Yang artinya baru dipotong karena kita dateng. Sop Kambing, Sate, plus kelapa muda dan teh tawar anget keluar. All perfect. Atau karena memang lagi cape ya. Suasana yang santai dipinggir jalan menjelang Cianjur. Di kiri kanan banyak pematang sawah dan di kanan kejauhan tampak gunung bertumpuk (tidak terlalu terlihat) yang katanya salah satunya adalah daerah puncak. Walau sebenarnya kita ngga niat bikin pitstop di sini, malah di sini kita stay paling lama. Kalau ngga salah bisa 1.5 jam di sini. Sampai sempet tidur. Total makan kita 60 tusuk sate 2 sop kambing, kelapa muda ber 6 plus supir 2 abis Cuma 150 rb (apa salah denger yah). Bersiap2 berangkat diganggu oleh anak2 umur SMP yang mencoba menghentikan truk untuk membonceng bahkan sampai memutar2 crank motor yang diikatkan dengan tali. Sempet ada adegan kejar2an karena kebetulan ada tentara lewat. Duh kirain ini di kota aja. Semua sudah jadi preman sekarang.
Jam 14.30 kita jalan lagi. Ternyata sebentar kita melanjutkan perjalanan kelihatan jalan besar Cianjur di depan yang kalau ke kanan ke arah puncak. Langsung kita melanjutkan perjalanan masuk ke cianjur sebelum keluar di gerbang keluar Cianjur. Sempet kita ketemu Jembatan besar yang sungainya dalam dan luas banget. Ada yang tahu ngga ya itu jembatan apa. Sempet kita berpose disitu sekalian regrouping. Jalanan di situ karena jalan besar maka banyak bis2 besar dan truk lewat, jadi kita harus lebih berhati2. Ada tahu sumedang kita regrouping lagi walau ngga jadi makan karena sepertinya masih kenyang. Kelihatan di pinggir jalan ibu2 nggak punya kaki menggeser tubuhnya di jalanan. Sempet nunggu beberapa lama karena kita melewati tapi sepertinya beberapa meter adalah jauh bagi dia sehingga walau kita menunggu cukup lama dia ngga pernah lewat. Mudah2an diberi berkah ya dia kemudahan di dunia maupun akhirat. Kalau melihat di Jakarta mungkin ada sedikit curiga ya, action lah kenapa lah. Tapi karena ini di luar kota perjuangannya pasti luar biasa. Nah, tanjakan padalarang dimulai. 10 km pertama masih tidak masalah. Perlu ketabahan luar biasa untuk mencapai titik tertinggi tanpa berhenti. Akhirnya karena frustasi akhirnya berhenti juga. Bukan karena tingkat kecuramannya, tetapi lebih karena kaki masih bisa mempercepat putaran crank jadi tergoda untuk menambah kecepatan sedangkan akumulasi asam laktat terus bertambah dan tidak sempat berurai kembali. Kunci di sini memang kesabaran dan tidak tergoda untuk menambah kecepatan. Akhirnya “Tek! “.... wah terasa indikasi keram di paha kanan bagian dalam deket dengkul. Posisi yang agak aneh. Setelah diperiksa ternyata posisi seatpost makin lama makin turun karena tidak terlalu kuat mencengkramnya. Sehingga baru sadar setelah lama dan mengakibatkan indikasi keram, yaitu harus memperlambat putaran crank supaya tidak benar2 terjadi kram. Energi Gel ketiga dimakan. Karena tidak berakhir dan sepertinya gap paling belakang sangat jauh. Setelah menunggu lama tidak juga muncul akhirnya kita berdua om Danis melanjutkan kembali. Sempet foto2 di latar belakang gunung karang yang belakangan di BB grup tempat terkaparnya Om Ferry hehehe pada saat kita hampir di titik tertinggi. Neverending last 10km uphill at padalarang. Setelah berusaha sabar akhirnya kita sampai di titik tertinggi dan foto2 di tebing citatah dimana om Danis dan Om Toto pernah seminggu latihan panjat tebing di sana. Waktu menunjukkan 5.30 dan tidak sampai lima menit rombongan terakhir sampai di situ. Berposelah kami pose kemenangan.
Akhirnya kita turun dan mencari posisi bertemu dengan mobil penjemput di Kota Baru Parahyangan. Di Bale Pare kita makan malam, mandi dan langsung setelah segar kita pulang ke Jakarta. Total km menunjukkan 126 km dengan cyclo yang masih diset untuk tebal ban 2.1. Start jam 5.50 sampai di titik finish 5.50. Kecepatan rata2 18.3 km/jam. Maksimal 60.7 km/jam (wah baru sadar), menghabiskan kalori relatif 2150 cal. Great ride. Nice record. On the top of it, antara terdepan dan terbelakang tiba hampir bersamaan walau om Ferry sempet evak 2x.

Sunday, March 11, 2012

Exploring Singapore

Ada banyak pilihan untuk mengeksplor Singapura, akan tetapi tidak semua orang punya kemewahan untuk merencanakan perjalanannya sesuai dengan harapan kita. Di sini saya membagi pengalaman dimana pilihan perjalanan ini dipilih berdasarkan kesempatan perencanaan yang terbatas dan keinginan untuk membaur dan benar2 merasakan bagaimana atmosfir sesungguhnya hidup dan menikmati tempat2 favorit di sini.
Tiket Pesawat adalah hal yang paling pertama yang harus kita lengkapi. Hal ini menentukan kapan kita dapat berangkat dan kapan kita pulang. Sebaiknya memang kita membeli tiket sejauh mungkin. Sekarang hampir semua airlines berlomba2 untuk memberikan tiket semurah mungkin. Biasanya ada promosi beberapa bulan sebelumnya bahkan setahun sebelumnya. Hal ini memungkinkan airlines untuk menyiapkan kursi semaksimal mungkin sehingga tiket dapat dilepas dengan harga murah. Tentunya semakin dekat hari pembelian kita dengan hari keberangkatan biasanya harganya makin mahal. Tetapi jangan putus asa, sebenarnya ada beberapa airlines yang menerapkan harga floating seperti saham. Jadi ada kemungkinan tiket yang kurang favorit dijual murah pada kesempatan terakhir. Jadi kuncinya jangan putus asa, cari terus sampai mendapatkan harga yang sesuai dengan kemampuan kita. Perhatikan juga waktu keberangkatan. Jangan lupa harga hotel kadang2 lebih mahal daripada harga tiket. Jadi kalau kita tiba di lokasi pada saat malam tentunya kita sudah kehilangan waktu sehari dan kita harus sudah membayar bermalam di hotel atau penginapan tersebut. Jadi direkomendasikan untuk tiba di kota tujuan sepagi mungkin dan pulang sesiang mungkin sehingga keberadaan kita di tujuan wisata kita menjadi maksimal. Sekarang semua pemesanan tiket dapat dilakukan secara online, jadi kita dapat melakukan pemilihan dengan lebih fleksibel, karena ada sebagian orang yang kurang efektif memutuskan dalam waktu sedikit. Jika kita datang ke penjualan tiket biasanya kita akan terbebani untuk memutuskan dalam waktu singkat. Tapi jika anda mau pendapat profesional sebaiknya sebaliknya anda bisa pergi ke tempat penjualan tiket untuk mendapatkan saran profesional. Perhatikan apakah harga tiket termasuk biaya lain-lain seperti pajak dan bagasi. Pada saat online jalankan simulasi sampai ke titik berapa anda harus bayar karena bisa saja harga yang ditayangkan bisa menjadi dua kali lipat atau lebih setelah dijumlahkan. Saya sendiri lebih memilih untuk membeli bagasi pada saat pulang saja. Jangan lupa, karena pembelian tiket mengharuskan pengisian tanggal expired dari paspor, pastikan paspor sudah ditangan atau masih mempunyai waktu yang panjang. Karena walaupun pengadaan paspor cukup cepat, waktu jam atau sehari dalam pembelian tiket bisa merubah harga tiket yang sudah kita dapatkan. Paspor Untuk Paspor biasanya memakan waktu tiga hari dalam pengerjaannya dan dua kali kita datang ke imigrasi untuk wawancara dan pengambilan foto, kemudian yang kedua pada saat pengambilan paspor. Harga resmi sekitar 350 ribu rupiah. Tetapi jika lewat calo tentunya bisa dua kali lipat lebih mahal, enaknya kita datang bisa langsung wawancara dan foto. Ternyata jika kita tidak tergesa2 harganya bisa lebih murah. Jadi sekali lagi perencanaan yang baik dalam perjalanan akan membuat harga perjalanan kita lebih murah. Apalagi kalau kita memang punya waktu kita kerjakan sendiri, nggak ada salahnya kan? Penginapan Kadang2 kita lupa bahwa seringkali penginapan memakan porsi paling besar dalam total pengeluaran kita. Terutama kalau periode wisata kita lumayan panjang. Pemilihan tempat penginapan juga mempengaruhi pengeluaran kita seperti kebutuhan sehari2, transportasi dan lain2. Kita juga bisa menghemat waktu sehingga bisa menikmati setiap tujuan kita lebih lama atau lebih santai. Biasanya disarankan untuk melakukan pemesanan melalui online sebelum hari H. Kita juga menghindari membuang2 waktu dalam mencari penginapan dan memindahkan barang2. Tapi resiko melakukan online kita tidak benar2 tahu apakah kita cocok dengan suasana di sana walau ada rekomendasi dari user2 terdahulu. Sebenarnya kita mempunyai beberapa pilihan. Hotel bagi yang mempunyai dana cukup dan mau benar2 menikmati setiap waktu di sana (walau ada juga hotel yang relatif murah), hostel atau hotel backpacker, atau yang terakhir adalah apartemen. Yang terakhir sering dipilih untuk yang sudah berkeluarga dan mempunyai (beberapa) anak. Tentunya kita tidak membahas kalau kita mempunyai kerabat atau teman yang bisa kita tumpangi. Bagi yang mengandalkan MRT tentunya disarankan untuk memilih yang dekat dengan stasiun MRT, walaupun bis bukan moda transportasi yang jelek di sana. Transportasi ke Bandara Pilih alternatif memakai Bis ke bandara Soetta jika waktunya tepat dan memilih yang lebih ekonomis. Cuma agak merepotkan kalau kita membawa banyak barang. Hitung lebih ekonomis mana, memarkir mobil di bandara atau memakai taxi. Kadang2 memarkir mobil bisa jadi sama saja bahkan lebih murah daripada taxi. Hitung saja biaya perjamnya, apalagi kalau Cuma beberapa hari kita perjalananya. Pengalaman saya dengan waktu 7 hari 6 malam menghabiskan sekitar 300 ribuan. Hampir sama biaya taxi bolak balik Depok. Jangan lupa hitung biaya tol dan bensin. Tapi ingat juga kenyamanan kalau kita bawa mobil sendiri. Contohnya setelah seminggu di negeri orang yang pertama kami mau lakukan adalah mencari makanan indonesia favorit dan balas dendam hehehe... Agak susahkan kalau kita pakai Taxi. Places of interest Luas Singapura sendiri hanya bisa dibandingkan dengan kota Jakarta. Tapi jangan kaget, lokasi yang menarik hampir bisa ditemui di setiap sudut di sana. Coba awali jalan ke Marina Bay, bisa turun di Bayfront pakai MRT. Di sana ada Marina Bay Sand Hotel dengan tiga towernya. Singapore Flyer dengan Kincir terbesarnya. Stadium, stadion di pinggir teluk bisa untuk melihat pertandingan bola atau balapan F1. Esplanade atau bisa disebut Big Durian. Maritime Museum, kalau beruntung sering ada event bagus contohnya kemarin ada pameran barang2 Titanic asli. Jangan lupa foto2 di merlion tanda bahwa kita pernah di Singapura. Bayangkan ini ada di satu lokasi, yaitu Marina Bay. Walau ini Bay (teluk), tapi kita bisa mengelilingi ini dengan jalan kaki satu putaran karena fasilitas jembatannya sangat bagus. Setelah gelap akan ada pertunjukan efek lampu di Marina Bay Sand dan beberapa gedung di sekitarnya yang paling bagus di lihat dari Merlion, atau Esplanade. Jangan lupa untuk makan di Makansutra Gluttons sambil menikmati pertunjukan khas sayup2 di Panggung terbuka sebelah Esplanade. Kita bisa menghabiskan waktu seharian di sini sampai malam kalau mau, tapi saran saya untuk beberapa kali terutama sore hari sampai malam dari berbagai sisi. Tempat kedua yang wajib dikunjungi adalah Pulau sentosa. Di sini kita bisa masuk wahana2 di Universal Studio sekitar 68 SGD untuk dewasa. Atau kita bisa main di Pantai Siloso. Kalau kita sampai malam di sini ada dua alternatif pertunjukan outdoor, yaitu song of the sea dengan biaya sekitar 10 SGD atau crane dance di pantai dekat Universal Studio. Yang terakhir ini gratis kok. Tempat ketiga adalah Orchard road, khusus bagi yang suka belanja.
Selain itu kunjungi juga daerah2 seperti Bugis Street, Chinatown dan Little India untuk pertokoan khasnya dan banyak souvenir2 yang bisa dibeli. Bagi yang suka pemandangan air, bisa ke clarke Quay untuk nongkrong2 ataupun malamnya ini tempat kulineran Chilly Crab dan tempat dugemnya warga di situ. Untuk anak2 bisa kita ajak ke Jurong Bird Park melihat taman burung terbesar di dunia. Yang perlu diingat tempat ini cukup jauh sekitar satu jam dari pusat kota (pakai MRT). Malah entah kenapa Boon Lay tempat berhenti MRT dan stasiun bis sebelum ke Bird Park adalah salah satu tempat favorit saya. Mungkin karena orang2nya ramah2 ya. Belakangan baru tahu bahwa Singapore Zoo adalah 3rd best di dunia.Kalau tahu kesana deh ya. Kami sendiri pergi ke IKEA di Alexandra naik bis dari Boon Lay yang hanya 20 km tapi serasa lama banget karena jalannya pelan. Kemudian secara sengaja sebelumnya mengambil MRT lewat woodland (North side) sambil melihat sisi Utara Singapura yang lebih hijau. Hal ini memungkinkan karena di daerah agak luar dari pusat kota Keretanya ada di atas sehingga kita bisa melihat seluruh sisi pulau Singapura. Yang hebatnya secara konsisten bersih dan teratur. Makan dan Kuliner Cari makanana halal cukup mudah. Tinggal tanya atau lihat sertifikat halal MUIS (MUI-nya di sana) atau tanda “No pork No Lard”. Kalau harga yang lumayan terjangkau bisa cari di food court di pertokoan yang hampir selalu ada di sana. Coba makanan halal dari India, seperti nasi briyani atau nasi veg nya jika anda adalah seorang petualang kuliner. Coba chicken rice, sate, minum di warung teh tarik. Cari es krim uncle yang harganya 1 SGD. Kalau yang punya dana lebih coba di Newton dekat Orchard, makanan sea food atau coba Chilly Crab di clarke Quay. Saya sendiri belum pernah tapi makan di Kudeta – Marina Bay Sand berdua pasangan pasti akan berkesan. Makanan halal India di dekat Mustafa Center sendiri mirip sama masakan padang tapi bumbu rempahnya lebih kerasa. Kami sendiri pada saat bingung akhirnya sering malah beli Burger King biar praktis.Untuk Coklat kami menemukan toko di seberang Universal studios yaitu candilicious menjual coklat yang sangat enak dan kalau beruntung seringkali di diskon menjadi 2 SGD. Di Boon Lay secara tidak sengaja kami menemukan toko Valu$ persis seperti yang ada di Jakarta. Harga coklat di sini ternyata jauh lebih murah daripada di Mustafa Center. Bahkan makanan2 lainnya pun demikian. Ada minuman Jus dengan karton besar (mungkin 1 liter) harganya di bawah 1 SGD. MRT Saya rekomendasikan untuk mempelajari jalur MRT, karena ini sangat membantu sekali. Saya sendiri atas bantuan teman baru di sana di ajari cara membeli eZ-Link sehingga kemana2 kami memakai kartu itu. Bagi yang belum tahu untuk keluar dari bandara transportasi utama adalah sky train dari setiap terminal dan keluar ke stasiun MRT terdekat. Tanpa keluar gedung kita bisa membeli kartu di sana dan melakukan topup di mesin yang banyak terdapat di sana. Spend your time dalam mempelajari ini karena mudah kok. Karena kita akan memakainya terus menerus selama di sana. Hampir seluruh transportasi umum di sana bisa menggunakan kartu ini untuk membayar. Jadi pastikan balance anda cukup. Untuk membeli kartu bisa dengan harga sekitar 3SGD. Jangan takut rugi karena kartu ini akan berlaku untuk 5 tahun. Siapa tahu anda balik lagi. Untuk Top up minimal kita isi 10 SGD. Jika kita masih ada balance toh bisa kita redemp pada saat kita pulang nanti. Juga kita bisa membayar pertrip dengan menyentuhkan ke titik stasiun yang kita tuju dan membayar di alat otomatis tsb sesuai dengan harganya. Alat ini sangat handal lho, jadi hampir tidak pernah ada masalah dalam membayar ini. Jika sudah paham semua, please enjoy the ride, have fun.

Saturday, March 10, 2012

Membelah Lumpur di Nawit

Sebenarnya ini bukan untuk pertama kalinya kita ke Nawit. Ini adalah nama trek di daerah Bekasi. Trek yang Cross Country, karena memang ini bukan di daerah pegunungan. Jadi tidak ada tanjakan ataupun turunan panjang. Cuma yang paling membuat om Indra meminta balik lagi setelah hampir dua tahun yang lalu kesini adalah ikan dan sambelnya yang memang enak banget. Untuk kali ini kita berempat dari Komunitas kantor dan satu lagi dari d’Pitts temannya Om Indra, yaitu dr frits yang kebetulan seorang dokter kandungan. Penampakan baru juga adalah ini gowes perdana dari Spez Cambernya om Michael. Janjian berangkat jam 6 tepat dari rumah ternyata membutuhkan waktu 45 menit sampai ke pintu keluar bekasi timur. Molor 15 menit dari janji ketemuan hehehe. Maklum kebiasaan janjian di Bogor atau sentul, ternyata jauh juga ya padahal tol Cimanggis sudah buka. Akhirnya start dari rumah Om Mahe dan jalan ke Warung Asem dulu. Memang trek di Bekasi rata2 adalah keluar masuk perkampungan, sehingga susah mengingat jalur karena banyaknya alternatif yang bisa diambil. Makdarit kita sudah menelpon Pak Narto untuk memandu kita seperti 2 tahun yang lalu kita dipandu juga oleh dia. Beliau sendiri adalah MTBer sejati yang sudah cukup sepuh (kira2 sudah 60-an). Tapi katanya yang bisa mengalahkan dia di pertandingan2 seumuran dia hanya kelasnya Toni Kamurang, pegowes veteran yang sekarang buka toko cukup terkenal di Jalan Kamurang sekitar Citeureup, Cibinong. Karenanya benar saja karena terpotong mobil pada saat nyebrang, langsung kita kehilangan jejak. Untung saja pada saat menerka2 tiba2 muncul sosok Pak Narto dan langsung kita bertiga bergegas ke warung asem. Hehehe bahkan kelompok besar belum sampai karena sempet nunggu2 kita. Yang belum tahu warung asem adalah tempat nongkrongnya goweser2 di Bekasi. Hampir seluruh goweser memulai perjalanannya start dari sini setelah menikmati ketan atau teh jahe spesial di sini. Speedo menunjukkan 5 km menunjukkan jarak dari rumah om mahe ke Warung asem dan sekitar jam 8.30 kita start ke Nawit beserta beberapa tambahan peserta dari komunitas di sana.
Memang agak susah untuk diceritakan urutan dari trek ini, akan tetapi pada awalnya trek di dominasi jalan coran dengan keluar masuk kampung. Yang khas di sini adalah sawah yang sesekali kita lintasi yang kalau kita lihat ke kiri dan kanan adalah sawah sampai lepas di horison. Jadi sepertinya sawah2 di sana letaknya memanjang karena kita selalu ketemu jalan yang menyebrangi sawah tersebut. Bagi saya ini adalah salah satu pemandangan khas Trek Nawit yang susah kalau tidak bisa bilang ngga bisa ditemui di trek yang lain.
Setelah keluar masuk kampung sampai kita di trek yang sebenarnya hampir sama tetapi kali ini kita melewati daerah yang lebih offroad. Di sini petualangan baru dimulai. Ternyata di daerah sini neraka bagi yang memakai ban besar. Karena tipikal di sini adalah tanah merah yang kalau tidak digowes akan cepat mengering dan terus menumpuk. Sehingga tidak sampai satu menit donat sudah terbentuk dan ban tidak akan bisa berputar sama sekali. Mulailah batang kayu menjadi senjata andalan kita untuk sekedar mengurangi akumulasi tanah di ban dan bagian bawah frame sehingga cukup untuk berputar kembali. Belakangan kita selalu pakai itu setiap 10 meter sehingga akhirnya kita ngga punya pilihan lain untuk mendorong sampai tempat yang memungkinkan.
Seingat saya selain di sini tanah merah atau tanah liat yang sifatnya seperti ini adalah yang di trek Batu Napak daerah Citereup. bahkan pada waktu itu menyebabkan pelumas di rantai sama sekali hilang sehingga shifter hampir tidak berfungsi. Untungnya ditengah2 berjibaku dengan tanah merah ada sepasang suami istri yang sedang memetik buah rambutan menawarkan kita. Wah enak banget ya kalau pas lagi perlu eh ada. Puas deh kita habisin deh panenan ibu bapak itu. Setelah rambutan kita jalan beberapa puluh meter lagi sampai bisa digowes. Kemudian belakangan baru tersadar bahwa karena keasikan bersihin sepeda dari tanah kelompok besar yang lain tidak kelihatan lagi. Saya berdua dengan Om Santoso akhirnya memutuskan untuk mencari jalan sendiri karena bingung juga mengidentifikasi kita ada di mana sekarang. Untungnya beliau tahu sedikit banyak daerah sini sehingga kita pasti bisa sampai ke Nawit walaupun belum tentu sama dengan treknya pak Narto. Tampaknya keberuntungan memang lagi belum berpihak ke kita, selang beberapa saat kemudian hujan tampak turun nggak malu-malu. Benar2 deres dan akhirnya kita menuju ke warung yang tampak dari jauh sepertinya ada beberapa pesepeda juga berteduh di sana. Akhirsnya pesanlah kita satu gelas kopi panas sambil menunggu hujan reda. Ternyata kita tidak benar2 sial hari ini, saya tidak tahu berapa lama kita berteduh di sana karena sepanjang hujan tersebut salah satu dari pesepeda bercerita mengenai hal2 yang menarik. Bermula dari cerita mengenai trek2 indah di Indonesia yang memang tidak akan ada habisnya. Sampai bercerita tentang daerah ciptagelar yang menurut dia adalah trek sepeda yang paling indah yang pernah dia lakukan selama ini. Dari cerita tersebut sampailah beliau bercerita kemana2 yang pada intinya jangan percaya pada hal2 yang mistis di Indonesia yang banyak rekayasanya. Dari trek gowesan sampai kegiatan ritual dari pejabat2 Indonesia adalah yang kita bicarakan berdasarkan pengalaman dia. Belakangan baru saya ketahui dari salah satu pegowes tersebut, Pak Yus, adalah seperti sekjennya Pak Tulus yang senang bercerita itu adalah pejabat tinggi di suatu kementrian. Tidak terasa hujan berhenti dan kita bersama2 melanjutkan perjalanan dan berpisah beberapa ratus meter dari nawit atau masyarakat di situ lebih dikenal dengan warung bondol.
Kilometer sudah menunjukkan 20 kilometer tanpa perjalanan dari rumah Om mahe ke warung asem. Jadi total sudah 25km hari ini. Sampai di sana ternyata yang lain sudah beberapa babak makan makanan khas di situ, yaitu ikan belis, sayur asam, dan sambelnya yang maknyus. Pada saat saya menuliskan ini perut jadi keroncongan nih mengingat kegurihan dan kemaknyusan makanan si situ. Saya sendiri sampai nambah dua kali. Sepertinya selain karena makanannya memang enak ditambah dengan suasana pinggir kali yang bikin nafsu makan meningkat. Setelah kita ngobrol2 nyeritain tentang pertemuan kita dengan pak Tulus dan ternyata mereka lewat perkebunan salak yang beberapa tahun lalu kita lewati. Catatan saja untuk trek Nawit memang ada alternatif untuk melewati perkebunan salak yang sangat lebat. Saking lebatnya bahkan pada waktu kita kesana kondisi terik akan tetapi kalau kita melewati sana akan terlihat gelap sehingga tidak akan terasa panasnya. O ya, satu lagi yang mau saya ceritain, adahal yang baru di sini, yaitu minuman rempah dicampur susu. Botolnya seperti minuman tradisional tetapi kalau kita minum akan terasa rempahnya agak pedas. Kalau di campur dengan susu rasanya seperti soda gembira. Beneran.
Sebelum pulang kita foto2 sebentar dan dilanjutkan dengan tanjakan halus sebentar kemudian kita berpisah menjadi beberapa kelompok terutama pak dokter ternyata ada panggilan. Setelah cerita2 sebentar terutama mendengar curhatnya om Mochael yang baru pertama kali sepedahan jauh (setelah Cihuni sih) kahirnya kita pulang ke rumah masing2. Terima kasih Om Mahe, Terima kasih Pak Narto, terima kasih komunitas Bekasi (Robek) dan kompleknya Mahe. Mudah2an kita diberi umur untuk gowes bareng lagi di lain waktu, di lain kesempatan. Di trek yang sama ataupun trek yang menarik lainnya. Total general trek 48 km, lumayan untuk hari ini setelah berjibaku dengan tanah merah.

Saturday, February 18, 2012

Interval di trek Sentul - Curug panjang

Dimulai dari sebaran informasi How to improve your bike performance dengan interval. Hmmpf... binatang apa pula ini. Karena bacanya susah akhirnya setelah meminta konfirmasi lebih kira2 artinya begini. Ini satu jenis latihan sepeda dengan membagi dengan interval waktu 6x6. 6 menit dengan cadence tinggi sekitar 80 dan Heart rate tinggi, kemudian 6 menit kita turunkan heart rate supaya 6 menit berikutnya bergantian. Selama ini kirain Cuma main di cadence aja. Bagi yang belum tahu cadence itu adalah banyaknya kita memutar crank, biasanya dalam menit. Hari ini mau cerita apa ya? Teknik sepeda kok kayanya jadi sok tahu yah. Nggapapa, kita campur aja yah. Sekalian sama belum pernah kan di blog ini cerita tentang trek curug panjang. Curug Panjang sendiri letaknya di atas mega mendung, Puncak, Bogor. Di daerah ini memang banyak curug seperti curug Cilember dan lain2. Mungkin disebut curug panjang, karena pada dasarnya terdiri dari beberapa curug (ngarang aja). Sebenarnya sudah sering sy kesini tapi kali ini kita mulai dari Sentul sehingga lebih menantang tentunya. Start dari Ruko Niaga, Sentul City atau sering disebut Bakmi Golek jam 7.47. Setelah mendapatkan wejangan latihan interval dari Bos Reza akhirnya kita berempat memutuskan untuk berangkat ke Km 0. Sementara Reza dan Ari ngacir duluan entah kemana, akhirnya sy berdua dengan Charly. Ternyata fitur jam di speedo cukup efektif untuk latihan ini. Jadi setiap kelipatan 5 sy mengganti interval. Contohnya pada jam menunjukkan 7.50 kita start ngebut sampai 7.55 kita gowes santai lagi . Begitu seterusnya. Yang terjadi setiap interval cepat sy langsung meninggalkan Charly, tetapi pada saat interval lambat dikejar oleh Charly bahkan beberapa kali beberapa meter di belakang. Ternyata tidak mudah memakai metoda ini. Agak susah bertahan di kecepatan tinggi selama 5 menit dan bermain lambat selama 5 menit agak canggung. Setelah belok kanan menuju bojong koneng, baru kita dihadapkan oleh tanjakan2 curam yang ngga peduli sama interval kita (lagian siapa juga yang suruh pakai interval hehehe). Bayangin aja, pas kita di interval lambat di depan tanjakan curam. Ngga jadi deh istirahatnya. Agak berantakan sedikit intervalnya, tapi dengan cara ini ternyata tanjakan S, tanjakan sebelum sekolahan, tanjakan vila dan tanjakan sebelum finish bisa dilalap dengan mudah.
O ya, lupa diceritain beberapa interval tinggi tadi sempet mengocok perut tapi untungnya masih bisa diredakan dengan interval lambat. Percaya ngga percaya, dengan melakukan tadi ternyata melihat jam ada di angka 8.43, yaitu 55 menit, mengingat setengah dari perjalanan kita santai (interval lambat). Kesimpulan pertama, main interval dapat memacu kita untuk meningkatkan power dan melatih recovery secepatnya. Untuk latihan pertama ini terasa power yang selama ini memang tidak biasa diasah. Hasilnya selama ini ngga masalah kalau main jauh (endurance) tapi kalau main di kecepatan selalu keteter karena powernya kurang. Istirahat di warung Km 0. Warung yang terletak di persimpangan jalan di desa Bojong Koneng memang tempat bertemunya goweser2 dari Jakarta dan sekitarnya. Ternyata Ari dan Reza menuju Rainbow hill dulu baru menuju Km 0. Wah beda kelas nih. Walhasil kita harus nunggu mereka dulu, minimal Ari rencananya akan bareng kita menuju ke Curug Panjang. Cerita latihan interval sampai di sini. Sekitar jam 9.30, setelah menunggu Ari datang kita lanjut ke Curug Panjang. Dari warung kita ambil lurus berliku2 turunan landai sampai jalanan aspal agak menyempit dan menjadi turunan lumayan curam. Dulu di sini agak berbahaya sebelum aspalnya jadi karena kita keburu momen cepat padahal agak licin. Ingat istilah setiap turunan pasti ada tanjakan? Nah di sini tidak terkecuali. Setelah turun kita dihadapkan tanjakan curam. Tantangannya adalah mempertahankan crank selalu berputar dan kehilangan traksi sekali2. Wah ternyata Ari yang beda kelas di aspal mempunyai kelemahan di trek offroad atau kasus ini trek jalan setapak dengan semen rusak. Tapi begitu sampai atas doski langsung menghilang padahal ternyata belakangan diceritakan bahwa Charly tumbang di tanjakan ini. Maksudnya tumbang adalah benar2 tumbang karena clit eggbeater baru yang tidak terlepas sehingga.. ya tumbang. .
Akhirnya menunggu lagi Ari yang salah jalan, karena rencananya kita turun langsung ke kiri. Lumayan setengah jam lagi sambil melihat petani singkong sedang mencangkul ladangnya. Memang kalau sudah melewati tanjakan tadi kita hampir ada di paling atas sehingga pandangan kita luas kemana2. Setelah tanjakan tadi kita ketemu pertigaan, dan belok kiri nanti sekitar 200 meter ada pertigaan lagi nah yang ini kalau biasanya kita ke kanan untuk ke arah rainbow hill (dimana Ari kejauhan), kita ambil ke kiri. Ini adalah arah yang biasa kita ambil kalau mau ke Kampung Awan. Ini trek lain yang lumayan gila dan tembus ke jalan offroad yang menuju pondok pemburu. Tapi di jalan ini kita jangan lurus menuju kampung awan tapi ada jalan ke kanan yang menuju perkampungan. Di sini kita akan menghadapi turunan setengah makadam dan tanah. Lagi2 the aspalers (hehehe) nuntun lagi, ya udah kita foto aja dari bawah. Kapan2 harus coba nih nanjak lewat sini berat tuh keknya. Di bawah kita ketemu jalan aspal tinggal lurus (jangan ke kanan). Nanti kelihatan ada jalanan nanjak ke kiri dan mohon maaf kita ambil yang ini hehehe. Ini kita sudah ada di jalur standar Curug Panjang. Setelah tanjakan curam kita akan dimanja dengan dataran lumayan panjang di antara vila2 sampai ada jalan semen lebih kecil di kiri. Biasanya ada tukang ojek yang nongkrong. Belok ke kiri ini adalah jalanan yang menuju Tanjakan Anjing. Duh nasibmu tanjakan. Jarang yang namanya bagus. Katanya selain yang nanjak di sini sering mengumpat dengan kata itu, di situ memang ada penangkaran anjing. Lagi2 the Aspalers tidak bisa mengatasi kehilangan traksi di semen yang berlumut. Alasannya banyak ibu2 hehehe. Sori ya ai tinggal. .
Istirahat di gerbang vila orang setelah mengakhiri tanjakan anjing kita melanjutkan perjalanan. Setelah itu ada satu tanjakan yang rusak dan berlumut lagi tapi setelah itu kita ketum jalanan aspal lagi kita ambil ke arah kanan Di sini ada pemandangan dinding tanah yang sepertinya mau dibuat pondasi turap karena memang sepertinya potensi longsornya tinggi. Khas pemandangan di sini memang seperti itu. Jalanan yang memutari lembah yang di bawahnya adalah rumah desa atau vila. Setelah itu kita akan ketemu jalan yang lebih besar dan kita ambil ke kiri untuk menuju vihara. Nah untuk yang belum pernah kesini harus cermat. Karena ini memang masuk ke pagar vihara dan tandanya agak gak jelas. Jadi patokannya sebelum jalan menyempit di kiri ada gerbang. Memang seperti masuk ke rumah orang. O ya, di kanan gerbang sepertinya ada pos ojek Cuma jarang ojeknya. Kalau ngga jelas mendingan nanya aja deh. Kalau sudah masuk baru sadar bahwa ini bukan rumah atau vila, karena terdiri dari berbagai macam bangunan seperti aula, bahkan seperti tempat wisata karena ada seperti teater terbukanya. Jadi biasanya banyak anak sekolah seperti study tour atau outing di situ. Masuk lebih dalam lagi nanjak landai dan dikelilingi pohon pinus dan ada vihara atau pura khas Bali. Awas ngga boleh naik kesitu jadi kalau mau foto2 di tangganya aja.
Nah di kanannya adalah pintu keluar dari kawasan vihara itu dan turunan sampai keluar di jalan raya, yaitu warung yang deket reserse atau vila mega indah Wah, kita behind the schedule nih, karena jam sudah menunjukkan jam 11.30, padahal target jam segitu kita sudah di curug. Awalnya diputuskan kita langsung pulang tetapi pada saat kita foto2 di reserse langsung berubah jadi ke atas padahal waktu sudah menunjukan 12.20. Yo wis, target kita jam 13.00 sampai. Latihan interval lagi, tapi start tanjakan Bank Mega yang curam. Ini memang tempat pelatihan Bank Mega, baru interval lambat. Di depan Ari sudah ngacir duluan. Bagi yang pertama kali kesini pasti senang melihat pemandangannya. Karena sangat variatif. Di akhir sebelum air terjun kecil sempet nempel Ari di interval tinggi dan nggak jauh2 amat pas finish. Yang kagetnya waktu ternyata 12.50 jadi hanya setengah jam kita ke sini. Rekor pribadi nih. Ritual tunggu Charly di gerbang sambil berupaya nelpon siapa tahu bisa dibujuk langsung pulang. Tapi Charly is Charly, ngga bakalan menyerah. Akhirnya sampai juga dan malah minta masuk dan minimal nyeburin kaki yang panas ini. Bersapaan dengan d’Pitts yang pulang di lokasi banyak orang berwisata dan bahkan beberapa ada yang bawa shisha (bener ngga sih) jadi baunya semerbak.
Trek pulang hampir sama, tapi kita ngga lewat vihara lagi tapi lewat vila2 di bawahnya. Jadi dari reserse kita lewat jalan aspal saja terus. Nanti ada jalan ke kanan atau pertigaan ke dua (yang pertama lebih ke percabangan jadi ngga keliatan. Nanti keluar ke jalan yang menuju tanjakan anjing tadi. Jalan terus kita ngga lewatin jalan yang berangkatnya itu turunan setengah makadam setengah tanah. Dari sini kita akan lewat double trek, heheh ini jalan aspal untuk ban mobil aja. Ada beberapa belokan ke kiri tapi kita jalan terus sampai nanti ada jalan ke kanan menuju bojong koneng. Sebenarnya jalanan ini adalah jalanan menuju tanjakan tanduk kerbau. Karena sudut tanjakannya bertambah terus sampai super curam seperti bentuk tanduk. Sayangnya jalanan ini ternyata lagi di semen (double trek lagi) sehingga terpaksa kita dorong di sampingnya selain ngga enak sama pekerjanya. Dasar pegowes kalau suruh dorong malah drop, sampai di atas bener2 abis karena otot2 yang tidak pernah dilatih bekerja keras. Sampai di atas kita ambil ke kanan dan sesuai dengan accuweather yang thunderstorm hujan mulai deras. Turunan yang licin kita lalui dengan libih licin karena hujan, tapi ternyata tanjakannya juga berat tidak seperti dugaan kita. Sampai di Bojong Koneng ditungguin Ari dan lanjut turun ke Bakmi Golek. Sampai mobil 15.30 an dan General total Ari 68 km, tapi kalau kita mungkin bisa beda 10 km karena beda muter2nya. Another good trip, dengan metoda interval yang baru dan penggabungan dua trek, yaitu km 0 dan Curug panjang. Bisa lah disebut double expresso.