Popular Posts

Thursday, May 24, 2012

Joglo Attack

hMelihat rundown dari suatu acara yang disebut Joglo Attack membuat penasaran. Ini adalah acara sepedahan komunitas sepeda lipat yang diadakan di sekitaran Jogja dan Solo. Bayangan naik sepeda lipat di Malioboro dan Kota Solo langsung membuncah (apa coba). Yang paling menarik adalah acara kulinerannya yang maknyus kata maestro kulineran kita. Untuk mengisi liburan panjang kali ini acara satu ini terasa sangat ideal. Setelah menginformasikan ke beberapa teman akhirnya malah teman2 kantor yang tertarik untuk mengikuti acara ini. Alasannya sama, gowesnya tidak terlalu berat dan pikniknya oke punya . Lesson to learn, jangan terlalu lama persiapan untuk gowes. Makin lama makin terpikir untuk melengkapi alat2 yang tidak akan pernah cukup. Dampak dari itu hasil dari online didapatkan pannier Vincita yang tadinya pas dibungkus kelihatan kekecilan, tapi setelah diisi jadi proporsional dengan ukuran Speed P8 tercinta. Lengkaplah sudah, ditambah kamera dan tripod siap Joglo Attack! Kapan lagi sepedahan bisa bawa kamera seperti ini. Kalau ke gunung agak sayang soalnya takut lecet atau rusak hehehe. D-Day, Rabu, Hari terakhir kerja minggu ini. Baru ketauan ternyata di kawasan kantor kita juga ada ‘nte Mini yang ikutan. Jalan dari kantor berlima ke Senayan, tempat bis mangkal. Sebelum berangkat makan sate dulu di Softball. Kulineran dimulai… Berangkat jam 9 ternyata terlalu telat. Mengingat hari libur panjang sepanjang jalan ke Bandung hampir dipenuhi dengan mobil Jakarta. Setelah sampai Nagrek masih tidak terlalu lancar dan ditambah beberapa ruas jalan yang longsor menambah lama perjalanan. Kita memutuskan lewat jalur Selatan karena informasi yang didapatkan dari antar sopir bahwa jalur Utara macet sepanjang jalan. Meskipun begitu hal ini menutupi keindahan jalur Selatan pada saat fajar menyingsing.
Sampailah kita di Jogja, tepatnya di daerah Bantul jam 14.00! Akhirnya setelah kita berdiskusi diputuskan untuk melewati acara di Malioboro, yaitu pejabat daerah melepas rombongan gowes ke Prambanan. Kita memilih untuk mandi dulu dan secepatnya (kalau sempat) ikut rombongan gowes di tengah jalan. Kita diterima di Pesantren Darul Ulum untuk bebersih dan beberapa orang (termasuk saya ) memutuskan untuk gowes karena sudah kaku badan dari kemarin duduk terus. Gowes pertama kita dari Bantul (Pesantren Darul Ulum), blasak blusuk ke perkampungan. Setelah puas menikmati alam perkampungan Bantul – Jogja, kita ketemu jalan besar yang dijaga oleh beberapa Mashal bertuliskan Jambore Wisata. Kebanyakan memang memakai sepeda lipat, tapi ada juga yang memakai MTB, bahkan BMX. Setelah bersalam2an lanjut perjalanan dan makin lama putaran makin melambat, belakangan baru tahu bahwa memang sebenarnya jalannya menanjak. Akhirnya sampailah kita di Prambanan. Dari informasi kita baru tahu bahwa di hari biasa sebenarnya area Prambanan tidak diperbolehkan ada pesepeda masuk. Tapi untuk acara ini kita dikecualikan dengan dibolehkan untuk masuk dan bahkan menginap di sana. Luar Biasa sambutan dari JFB (Jogja Folding Bike).
Sesampainya di Prambanan, sy langsung menyiapkan pemotretan untuk saat sunset di Prambanan. Pada awalnya sy pikir badan merasa tidak enak dikarenakan terlalu lama duduk di Bis. Ternyata setelah rasa antusias karena tiba di Jogja dan Prambanan berangsur2 berganti dengan rasa sakit di geraham. Sakit gigi? Bisa dibilang begitu, tapi sebenarnya ini dikarenakan seminggu sebelum berangkat dokter gigi langganan baru saja menarik behel untuk keseluruhan gigi untuk pertama kali. Rasanya, jangan ditanya. Yang pasti setelah gelap langsung beringsut ke barak dan tidur. Ternyata tidur di barak tidak terlalu jelek. Bahkan bisa dibilang menyenangkan. Bayangan dikelilingi nyamuk, dingin, tidak nyaman sama sekali tidak ada. Malah angin malam semilir malah menambah nikmat tidur dan nyamuk tidak terasa karena perlengkapan sepeda, seperti arm warmer dan buff lebih dari cukup untuk menahan nyamuk. Lotion nyamuk jadi nggak terpakai deh. Sebenarnya kita mempunyai pilihan untuk tidur di hotel sekitar yang cukup nyaman, dan tidak terlalu mahal. Tapi karena sudah PW (posisi wenak) nggak kepikiran untuk kesana sementara beberapa peserta dari Jakarta lainnya ternyata sudah check in. Cuma badan sakit karena sepertinya saraf di gigi geraham ketarik tidak hilang setelah beberapa jam berbaring. Setelah cukup tenaga (dan kesadaran) akhirnya memutuskan untuk mencari bis yang sudah pindah agak jauh untuk peralatan tidur dan mandi sambil mencari obat penahan rasa sakit dengan melewati makan malam yang kedengarannya enak (hiks). Memang tidak berani makan karena curiga geraham yang bergerak masih tidak dapat menerima tekanan mengunyah. Dengan GPS (Ganggu Penduduk Sekitar) ketemu bis dan apotek. Ternyata 2 butir obat (dondudis et hom) tidak mempan, Cuma sempat ganti baju langsung memaksa tidur berharap sembuh secepatnya. Da da, Night Ride, api unggun, perkenalan dengan komunitas, acara hiburan, doorprize, terdengar di telinga tapi tetap nggak bisa ikut. Terdengar suara MC akhirnya sayup2 hingga tertidur. Subuh, sudah jauh baikan (sakitnya masih bisa ditoleransi untuk sekedar beraktifitas). Dimulai dengan mandi, aerobic (lengkap dengan instruktur). “Ayo maseeeeeee”, begitu instruktur terus menyemangati para om2 bersenam pagi. Sarapan tradisional ditambah dengan minuman yang tidak kalah khas Jogja siap untuk mengawali hari.
Morning ride, Tour d’ candi. Start dari Prambanan, Candi Sewu, Candi Plaosan Lor dan kidul, Candi Sojiwan dan diakhiri dengan nanjak di Candi Ratu Boko. Dasar Orang Kota, ngga bisa ngeliat objek sedikit langsung narsis sedunia hehehe… Untungnya dari Ratu Boko kita dijemput bis untuk kembali ke Prambanan. Terdengar ajakan untuk gowes Jogja – Solo yang sebenarnya tidak ada di rundown acara. Dalam hati mau memaksakan diri tapi sepertinya badan masih lemes. Setelah Sholat Jum’at sempat kecewa karena tidak terdengar ajakan gowes Jogja-Solo. Setelah tidur di bis ternyata ajakan datang lagi dan siap! Saya ikut. Dari Jakarta sepertinya hanya 3 orang yang ikut, saya, Om Fajar dan Om Tommy “Marcell” (mirip banget bo sama artis satu itu). Tapi belakangan setelah Klaten ternyata Tante Utie dan beberapa rekan lainnya memutuskan untuk turun dari bis. Panas kayanya mereka. Sebenarnya secara trek, Jogja-Solo termasuk trek yang biasa saja. Hampir selalu datar dan sedikit yang naik turun datar. Sensasinya adalah bersepeda di dua kota yang mempunyai nilai sejarah tinggi. Jogja - Klaten mengikuti kecepatan beberapa orang di depan yang luar biasa cepatnya. Setelah beristirahat dan menunggu rekan2 lain yang tidak kunjung tiba kita melanjutkan jalan dan akhirnya terpisah menjadi beberapa peleton. Anehnya setelah masuk Solo justru kita bingung dan sempet menunggu yang lain hingga ketemu kirab entah apa itu. Sore hari sebelum magrib setelah bersih2 di penginapan yang sangat bersih dan bagus sekitar manahan, kita gowes ke toko sepeda yang sering dibicarakan karena menjual Dahon yang lumayan murah. Ternyata letak toko itu ada di beberapa toko tempat cabang Commonwealth. Jadilah kita ngobrol sebentar sama satpam di sana untuk sekedar tahu. Di malah hari kita lanjut dengan kuliner di jalan gajah mada. Dimulai dengan tahu dan sate buntel, kemudian lanjut Night ride keliling Solo diakhiri dengan makan gudeg ceker. Susu sapi akhirnya nggak jadi karena terlalu capai dan sukses lah kita tewas di penginapan yang sangat lumayan itu.
Paginya kita mulai dengan start dari Manahan untuk gowes ke Pengging. Tempat ini dulunya adalah sumber mata air dan pemandian raja Pengging yang sekarang menjadi pemandian umum. Sepertinya kita gowes dengan jalan memutar sehingga melewati jalan2 kecil. Sampai di Pengging kita disambut dengan makanan yang sudah disediakan oleh panitia (Mbok Inten kalau ngga salah). Setelah itu kita mengadakan acara ulang tahun Seli Solo Raya dan membagikan door prize. Di luar dugaan sy ketemu mas Agus, suami dari sepupu di Jakarta. Sempet kaget karena ngga nyangka sama sekali akan ketemu keluarga di sini. Coba tahu dari kemarin, pasti disempetin ke rumahnya. Setelah mandi2, sepeda kita langsung dilepit ke bus dan pulang menuju Solo yang ternyata hanya berjarak sekitar 16 km. Di sini kita melihat peserta Seli Jogja yang masih kecil (sekitar 8-10 tahun) pulang ke jogja dengan ditarik ayahnya dengan tali (hehehe). Salut untuk semangatnya. Tiba di penginapan kita langsung check out dan pulang ke Jakarta. Sebeum keluar Solo kita liha2 ke Pasar Klewer dan melihat2 sekitar Keraton karena sudah tutup. Dan pulang diputuskan untuk lewat Selatan lagi, tidak lupa melewati Jogja untuk beli oleh2.

Saturday, April 28, 2012

Jakarta Bandung, Think Less Bike More

Di dalam komunitas sepeda hampir tidak ada batasan antar komunitas. Beda seperti gank motor yang sedang marak belakangan ini. Memang ada banyak nama komunitas2, tapi kenyataannya pada saat teman2 menanyakan sy gowes Bandung sama siapa, agak kesulitan menjawabnya. Bukan karena ngga kenal, tapi jadi harus menjelaskan satu2 dan biasanya penanya tidak sabar untuk menunggu jawabannya selesai. Ya udah, singkatnya dari lalu lintas BB grup yang sibuk dan nggak jelas (hehehe) ada ajakan singkat ke bandung dan ada beberapa yang merespon singkat positif. Terkumpullah 6 orang yang serius dan melalui fasilitas Bbchat multi user kita mematangkan rencana ini. Dari pembicaraan diputuskan persyaratan pertama adalah tidak nginep. Dengan skenario ini semua jadi lebih jelas. Ngga perlu penginapan dan pengaturan transportasi langsung pulang. Kesulitan ada pada moda transportasi yang dipilih karena kita tidak mempunyai benchmark yang jelas mengenai kemampuan masing2 kita. Perlu diketahui latar belakang pesepeda kita adalah kebanyakan nanjak di sekitaran sentul. Tentunya hal ini berbeda dengan turing jarak menengah yang harus melalui beberapa tanjakan curam. Kalau dari performans kasar kelihatannya kebanyakan peserta kecepatannya di atas saya kecuali Om Fery yang sempet absen beberapa lama. Hal ini menggembirakan sekaligus intimidating. Menggembirakan karena kemungkinan bisa lebih cepat dari rekor kemarin dan intimidating karena membayangkan akan tergopoh2 mengejar yang lain yang bisa menyebabkan drop atau keram. Suatu keuntungan hanya saya yg pernah melewati trek ini, bedanya dulu start dari depok dan menginap di tengah kota. Jadi bisa lebih mengerti mengatur kecepatan.
Hal2 lain adalah pemilihan sepeda atau sebenarnya lebih ke ban. Ban2 gundul kecil jadi pilihan kita. Untungnya pemilihan sepeda untuk ke Bandung sudah tersedia, dengan spek sebagai berikut. Cozmic flatbar dengan tanduk triple B didukung oleh gear set 3x8 speed campuran dengan rem v-brake. Shock depan memakai aerial yang super ringan tapi agak keras. Pemilihan ban adalah Maxxis detonator yellow black 1.25. Semua perfect kecuali grupset yang agak ketinggalan karena kebanyakan sekarang sudah pakai 3x10 speed. Semua alasan pemakaian dari spek ini adalah semata2 menggunakan apa yang ada. Walau ekonomis semua sudah terbukti terutama frame Polygon cozmic CX 1.0 yang ternyata cocok dengan pinggang. Beberapa minggu memakai ini berangsur backpain yang tidak sembuh2 membaik. Ngga cocok sama fulsus apa geometri yang pas? Belum tau. Terbersit mau upgrade ke 9 speed atau malah 10 untuk minimal ngga ditinggal, tapi ngga jadi karena banyak pertimbangan termasuk ngga mau mengubah setingan yang sudah mantap. O ya, ternyata setelah dicari2 memang ada yang diganti selain ban, yaitu bottle cage. Dari warna hitam ganti ke warna silver biar mecing (halah). Om Reza lurah sentul walaupun menghujat di Bbgrup KTN (Komunitas kantor), ngapain Jakarta Bandung 2 jam pake mobil malah gowes, membekali dengan 4 saset GU, gel energi.
D-Day: Sindrom D-1, terlalu excited atau takut telat malah jadi ngga bisa tidur. Om Toto malah minum obat batuk supaya tidur (don’t try this at home). Setting terakhir pasang cyclometer dan lampu, final cek , pesan taxi dan tidur. Pagi2 malah dibangunin taxi sebelum alarm karena dia mau memastikan lokasi penjemputan. Walhasil sampai di Titik awal McD Cibubur pas jam 5 ketemu sama pasangan yang baru selesai hangout. Akhirnya satu mangkuk bubur dan segelas caffe latte sukses berpindah tempat ke perut sambil menunggu yang lain tiba. Pemilihan tempat ini selain gampang dicapai oleh semua peserta juga karena ternyata daerah ini masih Jakarta Timur. Jadi masih sah kalau dibilang start dari Jakarta.
Jam 5.50 am kita berangkat dari mcD. Om Ferry “Desa tertinggal”, Om Toto, Om Danis, Om Saleh “The Prof” dan terakhir Om Iwang yang join di daerah kota wisata bersama2 menyusuri jalan Cibubur sampai Cileungsi tanpa sempat menggunakan lampu karena sudah terlanjur terang. Dalam hati berharap semoga lampu nggak kita gunakan karena sampai sebelum gelap. Seperti harapan perjalanan awal semua lancar dan menyenangkan. Pagi hari dan hawa sejuk memperlihatkan suasana Cibubur mengawali weekendnya. Melewati cileungsi teringat pengalaman terakhir sarapan padang di situ. Hampir sejam berjalan di pertigaan Jonggol pada saat regrouping pertama karena pertigaan pertama Om Toto mengeluhkan Bbnya yang berbunyi aneh. Kita mulai takut karena kemungkinan terburuknya adalah tidak bisa melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa lama teknisi dadakan (hehehe) mengecek sempat tercetus untuk membawa ke bengkel namun bengkel mana yang buka jam 7 pagi ini. Akhirnya walau masih tidak bisa diperbaiki diberanikan diri untuk meneruskan karena kelihatannya tidak akan memperparah kerusakan. Resiko ada kalau rusak maka dimasukkan ke evakuasi. Setengah jam kita tetap di tempat akhirnya kita melanjutkan perjalanan. Tampak beberapa pesepeda berjalan maupun di angkut karena ternyata di Kota Jonggol sedang ada XC fun bike. Tanpa masuk ke Jonggol kita melipir ke arah Cariu dengan suasana perkotaannya semakin hilang berganti dengan jalanan yang lebih sepi di kiri kanan mulai persawahan menghijau. Hampir sejam kita menggowes km sudah menunjukan 30km. Padahal menurut Om Saleh puncak Cariu ada di 44km dari Titik awal. Jadi harusnya sebentar lagi kita mulai nanjak. Cuma seinget saya tempat ini masih jauh dari tanjakan, jadi akhirnya kita meragukan keakuratan dari data tsb. Melewati pom bensin kita melepas hajat dulu sambil regrouping ke dua. Om Ferry seperti biasa paling belakang, tapi di luar dugaan sampai saat ini gapnya tidak terlalu jauh yang mana sudah sangat bagus sekali. Walaupun Gel energi pertama akhirnya dibuka karena memperkirakan tanjakan sudah sedikit lagi (ternyata salah). Melanjutkan perjalanan, kita menemui belokan ke arah kanan (sebut saja simpangan cariu). Di sini kita bisa melihat pemandangan khas gunung2 yang berbentuk runcing di sebelah kiri kita. Beberapa saat kemudian kita melewati mesjid As-Syukur yang di turing sebelumnya sebagai pitstop besar untuk solat dan makan siang. Padahal kita di situ belum jam 9pagi. Awal yang bagus.
Jam 9 tepat kita memutuskan untuk sarapan di depan mesjid hijau Cariu, Pitstop besar pertama. Keluarlah Sop Ayam, Soto dan Sop Iga yang pas porsinya dan enak juga ternyata untuk sarapan. Pak Dosen Munir dari BB yang melihat status BB saya mengkonfirmasi bahwa memang itu adalah tempat favorit berhenti sebelum tanjakan. Wah sepertinya sampai di puncak Cariu jam 11 bukan lagi wacana nih, tampaknya bisa terlaksana.
Mulai perjalanan ke atas, dari datar, roling turun naik, sampai lama2 naik saja ngga ada turun sampai makin lama derajat kemiringan makin tinggi sedangkan asam laktat semakin menumpuk. Inilah tanjakan Cariu dimulai. Gel energi kedua dibuka.Pemandangan khas di sini adalah gunung kapur. Jika di sini pada waktu yang tepat maka semua bisa terpesona melihat cahaya matahari dipantulkanoleh tebing gunung kapur yang berpendar. Cahayanya bagus sekali Cuma mungkin karena kita lebih dulu sudutnya tidak membentuk seperti biasa. Kalau dari prestasi di sini kayanya menurun dari tahun lalu karena sempet memutuskan berhenti 2 kali. Padahal waktu itu hampir ngga berhenti untuk sampai di atas. Ini sepertinya karena walau masih jam 10 an panas sepertinya sudah maksimal. Terbukti sepanjang jalan buff terpasang di muka supaya tidak terbakar dan melemahkan semangat nanjak. Di tahun lalu di sini kebalikannya hujan lebat yang mendinginkan panas tubuh walau dalam kondisi tinggi. Karena tahu sedikit lagi sampai akhirnya sempet melakukan sprint biar sampai di atas duluan (sori teman2 hehehe). Dan Jam 11 touchdown! Yang lainnya Cuma beberapa meter di belakang. Hanya Om Ferry yang tidak kuat melawan rayuan Pak supir untuk naik evakuasi sehingga dia sudah menunggu di atas. Ini pitstop besar ke dua. Kita putuskan istirahat sampai 11.30 untuk melanjutkan perjalanan.
Tantangan besar pertama sudah selesai. Tinggal tanjakan padalarang di akhir nanti. Dan km menunjukkan 66 bukan 44 km hehehehe. Salah tu Om Saleh GPSnya. Setelah itu kita turun (walau sebenarnya ada beberapa tanjakan) begitu lihat bisa sampai 55 km/jam langsung menurunkan kecepatan (septi first). Happy turunan regrouping di pertigaan pertama. Cari makan siang dan diberi informasi ada sate 3km di depan. Dan.... informasi itu salah. 3km lewat ngga ada tanda2 sate sampai akhirnya sampai pertigaan besar sebelum jembatan cikerta. Jembatan cikerta sebenarnya biasa aja Cuma tahun lalu sy berpose di prasastinya jadi sekarang saya memaksakan diri untuk difoto dengan pose yang sama. Bip bip, Dosen munir langsung komen di BB, wkwkwkw pose ulangan nih.
Akhirnya setelah 6km barulah ketemu sate tsb. Ternyata tidak mengecewakan. Satenya bener2 empuk karena katanya dadakan. Yang artinya baru dipotong karena kita dateng. Sop Kambing, Sate, plus kelapa muda dan teh tawar anget keluar. All perfect. Atau karena memang lagi cape ya. Suasana yang santai dipinggir jalan menjelang Cianjur. Di kiri kanan banyak pematang sawah dan di kanan kejauhan tampak gunung bertumpuk (tidak terlalu terlihat) yang katanya salah satunya adalah daerah puncak. Walau sebenarnya kita ngga niat bikin pitstop di sini, malah di sini kita stay paling lama. Kalau ngga salah bisa 1.5 jam di sini. Sampai sempet tidur. Total makan kita 60 tusuk sate 2 sop kambing, kelapa muda ber 6 plus supir 2 abis Cuma 150 rb (apa salah denger yah). Bersiap2 berangkat diganggu oleh anak2 umur SMP yang mencoba menghentikan truk untuk membonceng bahkan sampai memutar2 crank motor yang diikatkan dengan tali. Sempet ada adegan kejar2an karena kebetulan ada tentara lewat. Duh kirain ini di kota aja. Semua sudah jadi preman sekarang.
Jam 14.30 kita jalan lagi. Ternyata sebentar kita melanjutkan perjalanan kelihatan jalan besar Cianjur di depan yang kalau ke kanan ke arah puncak. Langsung kita melanjutkan perjalanan masuk ke cianjur sebelum keluar di gerbang keluar Cianjur. Sempet kita ketemu Jembatan besar yang sungainya dalam dan luas banget. Ada yang tahu ngga ya itu jembatan apa. Sempet kita berpose disitu sekalian regrouping. Jalanan di situ karena jalan besar maka banyak bis2 besar dan truk lewat, jadi kita harus lebih berhati2. Ada tahu sumedang kita regrouping lagi walau ngga jadi makan karena sepertinya masih kenyang. Kelihatan di pinggir jalan ibu2 nggak punya kaki menggeser tubuhnya di jalanan. Sempet nunggu beberapa lama karena kita melewati tapi sepertinya beberapa meter adalah jauh bagi dia sehingga walau kita menunggu cukup lama dia ngga pernah lewat. Mudah2an diberi berkah ya dia kemudahan di dunia maupun akhirat. Kalau melihat di Jakarta mungkin ada sedikit curiga ya, action lah kenapa lah. Tapi karena ini di luar kota perjuangannya pasti luar biasa. Nah, tanjakan padalarang dimulai. 10 km pertama masih tidak masalah. Perlu ketabahan luar biasa untuk mencapai titik tertinggi tanpa berhenti. Akhirnya karena frustasi akhirnya berhenti juga. Bukan karena tingkat kecuramannya, tetapi lebih karena kaki masih bisa mempercepat putaran crank jadi tergoda untuk menambah kecepatan sedangkan akumulasi asam laktat terus bertambah dan tidak sempat berurai kembali. Kunci di sini memang kesabaran dan tidak tergoda untuk menambah kecepatan. Akhirnya “Tek! “.... wah terasa indikasi keram di paha kanan bagian dalam deket dengkul. Posisi yang agak aneh. Setelah diperiksa ternyata posisi seatpost makin lama makin turun karena tidak terlalu kuat mencengkramnya. Sehingga baru sadar setelah lama dan mengakibatkan indikasi keram, yaitu harus memperlambat putaran crank supaya tidak benar2 terjadi kram. Energi Gel ketiga dimakan. Karena tidak berakhir dan sepertinya gap paling belakang sangat jauh. Setelah menunggu lama tidak juga muncul akhirnya kita berdua om Danis melanjutkan kembali. Sempet foto2 di latar belakang gunung karang yang belakangan di BB grup tempat terkaparnya Om Ferry hehehe pada saat kita hampir di titik tertinggi. Neverending last 10km uphill at padalarang. Setelah berusaha sabar akhirnya kita sampai di titik tertinggi dan foto2 di tebing citatah dimana om Danis dan Om Toto pernah seminggu latihan panjat tebing di sana. Waktu menunjukkan 5.30 dan tidak sampai lima menit rombongan terakhir sampai di situ. Berposelah kami pose kemenangan.
Akhirnya kita turun dan mencari posisi bertemu dengan mobil penjemput di Kota Baru Parahyangan. Di Bale Pare kita makan malam, mandi dan langsung setelah segar kita pulang ke Jakarta. Total km menunjukkan 126 km dengan cyclo yang masih diset untuk tebal ban 2.1. Start jam 5.50 sampai di titik finish 5.50. Kecepatan rata2 18.3 km/jam. Maksimal 60.7 km/jam (wah baru sadar), menghabiskan kalori relatif 2150 cal. Great ride. Nice record. On the top of it, antara terdepan dan terbelakang tiba hampir bersamaan walau om Ferry sempet evak 2x.

Sunday, March 11, 2012

Exploring Singapore

Ada banyak pilihan untuk mengeksplor Singapura, akan tetapi tidak semua orang punya kemewahan untuk merencanakan perjalanannya sesuai dengan harapan kita. Di sini saya membagi pengalaman dimana pilihan perjalanan ini dipilih berdasarkan kesempatan perencanaan yang terbatas dan keinginan untuk membaur dan benar2 merasakan bagaimana atmosfir sesungguhnya hidup dan menikmati tempat2 favorit di sini.
Tiket Pesawat adalah hal yang paling pertama yang harus kita lengkapi. Hal ini menentukan kapan kita dapat berangkat dan kapan kita pulang. Sebaiknya memang kita membeli tiket sejauh mungkin. Sekarang hampir semua airlines berlomba2 untuk memberikan tiket semurah mungkin. Biasanya ada promosi beberapa bulan sebelumnya bahkan setahun sebelumnya. Hal ini memungkinkan airlines untuk menyiapkan kursi semaksimal mungkin sehingga tiket dapat dilepas dengan harga murah. Tentunya semakin dekat hari pembelian kita dengan hari keberangkatan biasanya harganya makin mahal. Tetapi jangan putus asa, sebenarnya ada beberapa airlines yang menerapkan harga floating seperti saham. Jadi ada kemungkinan tiket yang kurang favorit dijual murah pada kesempatan terakhir. Jadi kuncinya jangan putus asa, cari terus sampai mendapatkan harga yang sesuai dengan kemampuan kita. Perhatikan juga waktu keberangkatan. Jangan lupa harga hotel kadang2 lebih mahal daripada harga tiket. Jadi kalau kita tiba di lokasi pada saat malam tentunya kita sudah kehilangan waktu sehari dan kita harus sudah membayar bermalam di hotel atau penginapan tersebut. Jadi direkomendasikan untuk tiba di kota tujuan sepagi mungkin dan pulang sesiang mungkin sehingga keberadaan kita di tujuan wisata kita menjadi maksimal. Sekarang semua pemesanan tiket dapat dilakukan secara online, jadi kita dapat melakukan pemilihan dengan lebih fleksibel, karena ada sebagian orang yang kurang efektif memutuskan dalam waktu sedikit. Jika kita datang ke penjualan tiket biasanya kita akan terbebani untuk memutuskan dalam waktu singkat. Tapi jika anda mau pendapat profesional sebaiknya sebaliknya anda bisa pergi ke tempat penjualan tiket untuk mendapatkan saran profesional. Perhatikan apakah harga tiket termasuk biaya lain-lain seperti pajak dan bagasi. Pada saat online jalankan simulasi sampai ke titik berapa anda harus bayar karena bisa saja harga yang ditayangkan bisa menjadi dua kali lipat atau lebih setelah dijumlahkan. Saya sendiri lebih memilih untuk membeli bagasi pada saat pulang saja. Jangan lupa, karena pembelian tiket mengharuskan pengisian tanggal expired dari paspor, pastikan paspor sudah ditangan atau masih mempunyai waktu yang panjang. Karena walaupun pengadaan paspor cukup cepat, waktu jam atau sehari dalam pembelian tiket bisa merubah harga tiket yang sudah kita dapatkan. Paspor Untuk Paspor biasanya memakan waktu tiga hari dalam pengerjaannya dan dua kali kita datang ke imigrasi untuk wawancara dan pengambilan foto, kemudian yang kedua pada saat pengambilan paspor. Harga resmi sekitar 350 ribu rupiah. Tetapi jika lewat calo tentunya bisa dua kali lipat lebih mahal, enaknya kita datang bisa langsung wawancara dan foto. Ternyata jika kita tidak tergesa2 harganya bisa lebih murah. Jadi sekali lagi perencanaan yang baik dalam perjalanan akan membuat harga perjalanan kita lebih murah. Apalagi kalau kita memang punya waktu kita kerjakan sendiri, nggak ada salahnya kan? Penginapan Kadang2 kita lupa bahwa seringkali penginapan memakan porsi paling besar dalam total pengeluaran kita. Terutama kalau periode wisata kita lumayan panjang. Pemilihan tempat penginapan juga mempengaruhi pengeluaran kita seperti kebutuhan sehari2, transportasi dan lain2. Kita juga bisa menghemat waktu sehingga bisa menikmati setiap tujuan kita lebih lama atau lebih santai. Biasanya disarankan untuk melakukan pemesanan melalui online sebelum hari H. Kita juga menghindari membuang2 waktu dalam mencari penginapan dan memindahkan barang2. Tapi resiko melakukan online kita tidak benar2 tahu apakah kita cocok dengan suasana di sana walau ada rekomendasi dari user2 terdahulu. Sebenarnya kita mempunyai beberapa pilihan. Hotel bagi yang mempunyai dana cukup dan mau benar2 menikmati setiap waktu di sana (walau ada juga hotel yang relatif murah), hostel atau hotel backpacker, atau yang terakhir adalah apartemen. Yang terakhir sering dipilih untuk yang sudah berkeluarga dan mempunyai (beberapa) anak. Tentunya kita tidak membahas kalau kita mempunyai kerabat atau teman yang bisa kita tumpangi. Bagi yang mengandalkan MRT tentunya disarankan untuk memilih yang dekat dengan stasiun MRT, walaupun bis bukan moda transportasi yang jelek di sana. Transportasi ke Bandara Pilih alternatif memakai Bis ke bandara Soetta jika waktunya tepat dan memilih yang lebih ekonomis. Cuma agak merepotkan kalau kita membawa banyak barang. Hitung lebih ekonomis mana, memarkir mobil di bandara atau memakai taxi. Kadang2 memarkir mobil bisa jadi sama saja bahkan lebih murah daripada taxi. Hitung saja biaya perjamnya, apalagi kalau Cuma beberapa hari kita perjalananya. Pengalaman saya dengan waktu 7 hari 6 malam menghabiskan sekitar 300 ribuan. Hampir sama biaya taxi bolak balik Depok. Jangan lupa hitung biaya tol dan bensin. Tapi ingat juga kenyamanan kalau kita bawa mobil sendiri. Contohnya setelah seminggu di negeri orang yang pertama kami mau lakukan adalah mencari makanan indonesia favorit dan balas dendam hehehe... Agak susahkan kalau kita pakai Taxi. Places of interest Luas Singapura sendiri hanya bisa dibandingkan dengan kota Jakarta. Tapi jangan kaget, lokasi yang menarik hampir bisa ditemui di setiap sudut di sana. Coba awali jalan ke Marina Bay, bisa turun di Bayfront pakai MRT. Di sana ada Marina Bay Sand Hotel dengan tiga towernya. Singapore Flyer dengan Kincir terbesarnya. Stadium, stadion di pinggir teluk bisa untuk melihat pertandingan bola atau balapan F1. Esplanade atau bisa disebut Big Durian. Maritime Museum, kalau beruntung sering ada event bagus contohnya kemarin ada pameran barang2 Titanic asli. Jangan lupa foto2 di merlion tanda bahwa kita pernah di Singapura. Bayangkan ini ada di satu lokasi, yaitu Marina Bay. Walau ini Bay (teluk), tapi kita bisa mengelilingi ini dengan jalan kaki satu putaran karena fasilitas jembatannya sangat bagus. Setelah gelap akan ada pertunjukan efek lampu di Marina Bay Sand dan beberapa gedung di sekitarnya yang paling bagus di lihat dari Merlion, atau Esplanade. Jangan lupa untuk makan di Makansutra Gluttons sambil menikmati pertunjukan khas sayup2 di Panggung terbuka sebelah Esplanade. Kita bisa menghabiskan waktu seharian di sini sampai malam kalau mau, tapi saran saya untuk beberapa kali terutama sore hari sampai malam dari berbagai sisi. Tempat kedua yang wajib dikunjungi adalah Pulau sentosa. Di sini kita bisa masuk wahana2 di Universal Studio sekitar 68 SGD untuk dewasa. Atau kita bisa main di Pantai Siloso. Kalau kita sampai malam di sini ada dua alternatif pertunjukan outdoor, yaitu song of the sea dengan biaya sekitar 10 SGD atau crane dance di pantai dekat Universal Studio. Yang terakhir ini gratis kok. Tempat ketiga adalah Orchard road, khusus bagi yang suka belanja.
Selain itu kunjungi juga daerah2 seperti Bugis Street, Chinatown dan Little India untuk pertokoan khasnya dan banyak souvenir2 yang bisa dibeli. Bagi yang suka pemandangan air, bisa ke clarke Quay untuk nongkrong2 ataupun malamnya ini tempat kulineran Chilly Crab dan tempat dugemnya warga di situ. Untuk anak2 bisa kita ajak ke Jurong Bird Park melihat taman burung terbesar di dunia. Yang perlu diingat tempat ini cukup jauh sekitar satu jam dari pusat kota (pakai MRT). Malah entah kenapa Boon Lay tempat berhenti MRT dan stasiun bis sebelum ke Bird Park adalah salah satu tempat favorit saya. Mungkin karena orang2nya ramah2 ya. Belakangan baru tahu bahwa Singapore Zoo adalah 3rd best di dunia.Kalau tahu kesana deh ya. Kami sendiri pergi ke IKEA di Alexandra naik bis dari Boon Lay yang hanya 20 km tapi serasa lama banget karena jalannya pelan. Kemudian secara sengaja sebelumnya mengambil MRT lewat woodland (North side) sambil melihat sisi Utara Singapura yang lebih hijau. Hal ini memungkinkan karena di daerah agak luar dari pusat kota Keretanya ada di atas sehingga kita bisa melihat seluruh sisi pulau Singapura. Yang hebatnya secara konsisten bersih dan teratur. Makan dan Kuliner Cari makanana halal cukup mudah. Tinggal tanya atau lihat sertifikat halal MUIS (MUI-nya di sana) atau tanda “No pork No Lard”. Kalau harga yang lumayan terjangkau bisa cari di food court di pertokoan yang hampir selalu ada di sana. Coba makanan halal dari India, seperti nasi briyani atau nasi veg nya jika anda adalah seorang petualang kuliner. Coba chicken rice, sate, minum di warung teh tarik. Cari es krim uncle yang harganya 1 SGD. Kalau yang punya dana lebih coba di Newton dekat Orchard, makanan sea food atau coba Chilly Crab di clarke Quay. Saya sendiri belum pernah tapi makan di Kudeta – Marina Bay Sand berdua pasangan pasti akan berkesan. Makanan halal India di dekat Mustafa Center sendiri mirip sama masakan padang tapi bumbu rempahnya lebih kerasa. Kami sendiri pada saat bingung akhirnya sering malah beli Burger King biar praktis.Untuk Coklat kami menemukan toko di seberang Universal studios yaitu candilicious menjual coklat yang sangat enak dan kalau beruntung seringkali di diskon menjadi 2 SGD. Di Boon Lay secara tidak sengaja kami menemukan toko Valu$ persis seperti yang ada di Jakarta. Harga coklat di sini ternyata jauh lebih murah daripada di Mustafa Center. Bahkan makanan2 lainnya pun demikian. Ada minuman Jus dengan karton besar (mungkin 1 liter) harganya di bawah 1 SGD. MRT Saya rekomendasikan untuk mempelajari jalur MRT, karena ini sangat membantu sekali. Saya sendiri atas bantuan teman baru di sana di ajari cara membeli eZ-Link sehingga kemana2 kami memakai kartu itu. Bagi yang belum tahu untuk keluar dari bandara transportasi utama adalah sky train dari setiap terminal dan keluar ke stasiun MRT terdekat. Tanpa keluar gedung kita bisa membeli kartu di sana dan melakukan topup di mesin yang banyak terdapat di sana. Spend your time dalam mempelajari ini karena mudah kok. Karena kita akan memakainya terus menerus selama di sana. Hampir seluruh transportasi umum di sana bisa menggunakan kartu ini untuk membayar. Jadi pastikan balance anda cukup. Untuk membeli kartu bisa dengan harga sekitar 3SGD. Jangan takut rugi karena kartu ini akan berlaku untuk 5 tahun. Siapa tahu anda balik lagi. Untuk Top up minimal kita isi 10 SGD. Jika kita masih ada balance toh bisa kita redemp pada saat kita pulang nanti. Juga kita bisa membayar pertrip dengan menyentuhkan ke titik stasiun yang kita tuju dan membayar di alat otomatis tsb sesuai dengan harganya. Alat ini sangat handal lho, jadi hampir tidak pernah ada masalah dalam membayar ini. Jika sudah paham semua, please enjoy the ride, have fun.

Saturday, March 10, 2012

Membelah Lumpur di Nawit

Sebenarnya ini bukan untuk pertama kalinya kita ke Nawit. Ini adalah nama trek di daerah Bekasi. Trek yang Cross Country, karena memang ini bukan di daerah pegunungan. Jadi tidak ada tanjakan ataupun turunan panjang. Cuma yang paling membuat om Indra meminta balik lagi setelah hampir dua tahun yang lalu kesini adalah ikan dan sambelnya yang memang enak banget. Untuk kali ini kita berempat dari Komunitas kantor dan satu lagi dari d’Pitts temannya Om Indra, yaitu dr frits yang kebetulan seorang dokter kandungan. Penampakan baru juga adalah ini gowes perdana dari Spez Cambernya om Michael. Janjian berangkat jam 6 tepat dari rumah ternyata membutuhkan waktu 45 menit sampai ke pintu keluar bekasi timur. Molor 15 menit dari janji ketemuan hehehe. Maklum kebiasaan janjian di Bogor atau sentul, ternyata jauh juga ya padahal tol Cimanggis sudah buka. Akhirnya start dari rumah Om Mahe dan jalan ke Warung Asem dulu. Memang trek di Bekasi rata2 adalah keluar masuk perkampungan, sehingga susah mengingat jalur karena banyaknya alternatif yang bisa diambil. Makdarit kita sudah menelpon Pak Narto untuk memandu kita seperti 2 tahun yang lalu kita dipandu juga oleh dia. Beliau sendiri adalah MTBer sejati yang sudah cukup sepuh (kira2 sudah 60-an). Tapi katanya yang bisa mengalahkan dia di pertandingan2 seumuran dia hanya kelasnya Toni Kamurang, pegowes veteran yang sekarang buka toko cukup terkenal di Jalan Kamurang sekitar Citeureup, Cibinong. Karenanya benar saja karena terpotong mobil pada saat nyebrang, langsung kita kehilangan jejak. Untung saja pada saat menerka2 tiba2 muncul sosok Pak Narto dan langsung kita bertiga bergegas ke warung asem. Hehehe bahkan kelompok besar belum sampai karena sempet nunggu2 kita. Yang belum tahu warung asem adalah tempat nongkrongnya goweser2 di Bekasi. Hampir seluruh goweser memulai perjalanannya start dari sini setelah menikmati ketan atau teh jahe spesial di sini. Speedo menunjukkan 5 km menunjukkan jarak dari rumah om mahe ke Warung asem dan sekitar jam 8.30 kita start ke Nawit beserta beberapa tambahan peserta dari komunitas di sana.
Memang agak susah untuk diceritakan urutan dari trek ini, akan tetapi pada awalnya trek di dominasi jalan coran dengan keluar masuk kampung. Yang khas di sini adalah sawah yang sesekali kita lintasi yang kalau kita lihat ke kiri dan kanan adalah sawah sampai lepas di horison. Jadi sepertinya sawah2 di sana letaknya memanjang karena kita selalu ketemu jalan yang menyebrangi sawah tersebut. Bagi saya ini adalah salah satu pemandangan khas Trek Nawit yang susah kalau tidak bisa bilang ngga bisa ditemui di trek yang lain.
Setelah keluar masuk kampung sampai kita di trek yang sebenarnya hampir sama tetapi kali ini kita melewati daerah yang lebih offroad. Di sini petualangan baru dimulai. Ternyata di daerah sini neraka bagi yang memakai ban besar. Karena tipikal di sini adalah tanah merah yang kalau tidak digowes akan cepat mengering dan terus menumpuk. Sehingga tidak sampai satu menit donat sudah terbentuk dan ban tidak akan bisa berputar sama sekali. Mulailah batang kayu menjadi senjata andalan kita untuk sekedar mengurangi akumulasi tanah di ban dan bagian bawah frame sehingga cukup untuk berputar kembali. Belakangan kita selalu pakai itu setiap 10 meter sehingga akhirnya kita ngga punya pilihan lain untuk mendorong sampai tempat yang memungkinkan.
Seingat saya selain di sini tanah merah atau tanah liat yang sifatnya seperti ini adalah yang di trek Batu Napak daerah Citereup. bahkan pada waktu itu menyebabkan pelumas di rantai sama sekali hilang sehingga shifter hampir tidak berfungsi. Untungnya ditengah2 berjibaku dengan tanah merah ada sepasang suami istri yang sedang memetik buah rambutan menawarkan kita. Wah enak banget ya kalau pas lagi perlu eh ada. Puas deh kita habisin deh panenan ibu bapak itu. Setelah rambutan kita jalan beberapa puluh meter lagi sampai bisa digowes. Kemudian belakangan baru tersadar bahwa karena keasikan bersihin sepeda dari tanah kelompok besar yang lain tidak kelihatan lagi. Saya berdua dengan Om Santoso akhirnya memutuskan untuk mencari jalan sendiri karena bingung juga mengidentifikasi kita ada di mana sekarang. Untungnya beliau tahu sedikit banyak daerah sini sehingga kita pasti bisa sampai ke Nawit walaupun belum tentu sama dengan treknya pak Narto. Tampaknya keberuntungan memang lagi belum berpihak ke kita, selang beberapa saat kemudian hujan tampak turun nggak malu-malu. Benar2 deres dan akhirnya kita menuju ke warung yang tampak dari jauh sepertinya ada beberapa pesepeda juga berteduh di sana. Akhirsnya pesanlah kita satu gelas kopi panas sambil menunggu hujan reda. Ternyata kita tidak benar2 sial hari ini, saya tidak tahu berapa lama kita berteduh di sana karena sepanjang hujan tersebut salah satu dari pesepeda bercerita mengenai hal2 yang menarik. Bermula dari cerita mengenai trek2 indah di Indonesia yang memang tidak akan ada habisnya. Sampai bercerita tentang daerah ciptagelar yang menurut dia adalah trek sepeda yang paling indah yang pernah dia lakukan selama ini. Dari cerita tersebut sampailah beliau bercerita kemana2 yang pada intinya jangan percaya pada hal2 yang mistis di Indonesia yang banyak rekayasanya. Dari trek gowesan sampai kegiatan ritual dari pejabat2 Indonesia adalah yang kita bicarakan berdasarkan pengalaman dia. Belakangan baru saya ketahui dari salah satu pegowes tersebut, Pak Yus, adalah seperti sekjennya Pak Tulus yang senang bercerita itu adalah pejabat tinggi di suatu kementrian. Tidak terasa hujan berhenti dan kita bersama2 melanjutkan perjalanan dan berpisah beberapa ratus meter dari nawit atau masyarakat di situ lebih dikenal dengan warung bondol.
Kilometer sudah menunjukkan 20 kilometer tanpa perjalanan dari rumah Om mahe ke warung asem. Jadi total sudah 25km hari ini. Sampai di sana ternyata yang lain sudah beberapa babak makan makanan khas di situ, yaitu ikan belis, sayur asam, dan sambelnya yang maknyus. Pada saat saya menuliskan ini perut jadi keroncongan nih mengingat kegurihan dan kemaknyusan makanan si situ. Saya sendiri sampai nambah dua kali. Sepertinya selain karena makanannya memang enak ditambah dengan suasana pinggir kali yang bikin nafsu makan meningkat. Setelah kita ngobrol2 nyeritain tentang pertemuan kita dengan pak Tulus dan ternyata mereka lewat perkebunan salak yang beberapa tahun lalu kita lewati. Catatan saja untuk trek Nawit memang ada alternatif untuk melewati perkebunan salak yang sangat lebat. Saking lebatnya bahkan pada waktu kita kesana kondisi terik akan tetapi kalau kita melewati sana akan terlihat gelap sehingga tidak akan terasa panasnya. O ya, satu lagi yang mau saya ceritain, adahal yang baru di sini, yaitu minuman rempah dicampur susu. Botolnya seperti minuman tradisional tetapi kalau kita minum akan terasa rempahnya agak pedas. Kalau di campur dengan susu rasanya seperti soda gembira. Beneran.
Sebelum pulang kita foto2 sebentar dan dilanjutkan dengan tanjakan halus sebentar kemudian kita berpisah menjadi beberapa kelompok terutama pak dokter ternyata ada panggilan. Setelah cerita2 sebentar terutama mendengar curhatnya om Mochael yang baru pertama kali sepedahan jauh (setelah Cihuni sih) kahirnya kita pulang ke rumah masing2. Terima kasih Om Mahe, Terima kasih Pak Narto, terima kasih komunitas Bekasi (Robek) dan kompleknya Mahe. Mudah2an kita diberi umur untuk gowes bareng lagi di lain waktu, di lain kesempatan. Di trek yang sama ataupun trek yang menarik lainnya. Total general trek 48 km, lumayan untuk hari ini setelah berjibaku dengan tanah merah.

Saturday, February 18, 2012

Interval di trek Sentul - Curug panjang

Dimulai dari sebaran informasi How to improve your bike performance dengan interval. Hmmpf... binatang apa pula ini. Karena bacanya susah akhirnya setelah meminta konfirmasi lebih kira2 artinya begini. Ini satu jenis latihan sepeda dengan membagi dengan interval waktu 6x6. 6 menit dengan cadence tinggi sekitar 80 dan Heart rate tinggi, kemudian 6 menit kita turunkan heart rate supaya 6 menit berikutnya bergantian. Selama ini kirain Cuma main di cadence aja. Bagi yang belum tahu cadence itu adalah banyaknya kita memutar crank, biasanya dalam menit. Hari ini mau cerita apa ya? Teknik sepeda kok kayanya jadi sok tahu yah. Nggapapa, kita campur aja yah. Sekalian sama belum pernah kan di blog ini cerita tentang trek curug panjang. Curug Panjang sendiri letaknya di atas mega mendung, Puncak, Bogor. Di daerah ini memang banyak curug seperti curug Cilember dan lain2. Mungkin disebut curug panjang, karena pada dasarnya terdiri dari beberapa curug (ngarang aja). Sebenarnya sudah sering sy kesini tapi kali ini kita mulai dari Sentul sehingga lebih menantang tentunya. Start dari Ruko Niaga, Sentul City atau sering disebut Bakmi Golek jam 7.47. Setelah mendapatkan wejangan latihan interval dari Bos Reza akhirnya kita berempat memutuskan untuk berangkat ke Km 0. Sementara Reza dan Ari ngacir duluan entah kemana, akhirnya sy berdua dengan Charly. Ternyata fitur jam di speedo cukup efektif untuk latihan ini. Jadi setiap kelipatan 5 sy mengganti interval. Contohnya pada jam menunjukkan 7.50 kita start ngebut sampai 7.55 kita gowes santai lagi . Begitu seterusnya. Yang terjadi setiap interval cepat sy langsung meninggalkan Charly, tetapi pada saat interval lambat dikejar oleh Charly bahkan beberapa kali beberapa meter di belakang. Ternyata tidak mudah memakai metoda ini. Agak susah bertahan di kecepatan tinggi selama 5 menit dan bermain lambat selama 5 menit agak canggung. Setelah belok kanan menuju bojong koneng, baru kita dihadapkan oleh tanjakan2 curam yang ngga peduli sama interval kita (lagian siapa juga yang suruh pakai interval hehehe). Bayangin aja, pas kita di interval lambat di depan tanjakan curam. Ngga jadi deh istirahatnya. Agak berantakan sedikit intervalnya, tapi dengan cara ini ternyata tanjakan S, tanjakan sebelum sekolahan, tanjakan vila dan tanjakan sebelum finish bisa dilalap dengan mudah.
O ya, lupa diceritain beberapa interval tinggi tadi sempet mengocok perut tapi untungnya masih bisa diredakan dengan interval lambat. Percaya ngga percaya, dengan melakukan tadi ternyata melihat jam ada di angka 8.43, yaitu 55 menit, mengingat setengah dari perjalanan kita santai (interval lambat). Kesimpulan pertama, main interval dapat memacu kita untuk meningkatkan power dan melatih recovery secepatnya. Untuk latihan pertama ini terasa power yang selama ini memang tidak biasa diasah. Hasilnya selama ini ngga masalah kalau main jauh (endurance) tapi kalau main di kecepatan selalu keteter karena powernya kurang. Istirahat di warung Km 0. Warung yang terletak di persimpangan jalan di desa Bojong Koneng memang tempat bertemunya goweser2 dari Jakarta dan sekitarnya. Ternyata Ari dan Reza menuju Rainbow hill dulu baru menuju Km 0. Wah beda kelas nih. Walhasil kita harus nunggu mereka dulu, minimal Ari rencananya akan bareng kita menuju ke Curug Panjang. Cerita latihan interval sampai di sini. Sekitar jam 9.30, setelah menunggu Ari datang kita lanjut ke Curug Panjang. Dari warung kita ambil lurus berliku2 turunan landai sampai jalanan aspal agak menyempit dan menjadi turunan lumayan curam. Dulu di sini agak berbahaya sebelum aspalnya jadi karena kita keburu momen cepat padahal agak licin. Ingat istilah setiap turunan pasti ada tanjakan? Nah di sini tidak terkecuali. Setelah turun kita dihadapkan tanjakan curam. Tantangannya adalah mempertahankan crank selalu berputar dan kehilangan traksi sekali2. Wah ternyata Ari yang beda kelas di aspal mempunyai kelemahan di trek offroad atau kasus ini trek jalan setapak dengan semen rusak. Tapi begitu sampai atas doski langsung menghilang padahal ternyata belakangan diceritakan bahwa Charly tumbang di tanjakan ini. Maksudnya tumbang adalah benar2 tumbang karena clit eggbeater baru yang tidak terlepas sehingga.. ya tumbang. .
Akhirnya menunggu lagi Ari yang salah jalan, karena rencananya kita turun langsung ke kiri. Lumayan setengah jam lagi sambil melihat petani singkong sedang mencangkul ladangnya. Memang kalau sudah melewati tanjakan tadi kita hampir ada di paling atas sehingga pandangan kita luas kemana2. Setelah tanjakan tadi kita ketemu pertigaan, dan belok kiri nanti sekitar 200 meter ada pertigaan lagi nah yang ini kalau biasanya kita ke kanan untuk ke arah rainbow hill (dimana Ari kejauhan), kita ambil ke kiri. Ini adalah arah yang biasa kita ambil kalau mau ke Kampung Awan. Ini trek lain yang lumayan gila dan tembus ke jalan offroad yang menuju pondok pemburu. Tapi di jalan ini kita jangan lurus menuju kampung awan tapi ada jalan ke kanan yang menuju perkampungan. Di sini kita akan menghadapi turunan setengah makadam dan tanah. Lagi2 the aspalers (hehehe) nuntun lagi, ya udah kita foto aja dari bawah. Kapan2 harus coba nih nanjak lewat sini berat tuh keknya. Di bawah kita ketemu jalan aspal tinggal lurus (jangan ke kanan). Nanti kelihatan ada jalanan nanjak ke kiri dan mohon maaf kita ambil yang ini hehehe. Ini kita sudah ada di jalur standar Curug Panjang. Setelah tanjakan curam kita akan dimanja dengan dataran lumayan panjang di antara vila2 sampai ada jalan semen lebih kecil di kiri. Biasanya ada tukang ojek yang nongkrong. Belok ke kiri ini adalah jalanan yang menuju Tanjakan Anjing. Duh nasibmu tanjakan. Jarang yang namanya bagus. Katanya selain yang nanjak di sini sering mengumpat dengan kata itu, di situ memang ada penangkaran anjing. Lagi2 the Aspalers tidak bisa mengatasi kehilangan traksi di semen yang berlumut. Alasannya banyak ibu2 hehehe. Sori ya ai tinggal. .
Istirahat di gerbang vila orang setelah mengakhiri tanjakan anjing kita melanjutkan perjalanan. Setelah itu ada satu tanjakan yang rusak dan berlumut lagi tapi setelah itu kita ketum jalanan aspal lagi kita ambil ke arah kanan Di sini ada pemandangan dinding tanah yang sepertinya mau dibuat pondasi turap karena memang sepertinya potensi longsornya tinggi. Khas pemandangan di sini memang seperti itu. Jalanan yang memutari lembah yang di bawahnya adalah rumah desa atau vila. Setelah itu kita akan ketemu jalan yang lebih besar dan kita ambil ke kiri untuk menuju vihara. Nah untuk yang belum pernah kesini harus cermat. Karena ini memang masuk ke pagar vihara dan tandanya agak gak jelas. Jadi patokannya sebelum jalan menyempit di kiri ada gerbang. Memang seperti masuk ke rumah orang. O ya, di kanan gerbang sepertinya ada pos ojek Cuma jarang ojeknya. Kalau ngga jelas mendingan nanya aja deh. Kalau sudah masuk baru sadar bahwa ini bukan rumah atau vila, karena terdiri dari berbagai macam bangunan seperti aula, bahkan seperti tempat wisata karena ada seperti teater terbukanya. Jadi biasanya banyak anak sekolah seperti study tour atau outing di situ. Masuk lebih dalam lagi nanjak landai dan dikelilingi pohon pinus dan ada vihara atau pura khas Bali. Awas ngga boleh naik kesitu jadi kalau mau foto2 di tangganya aja.
Nah di kanannya adalah pintu keluar dari kawasan vihara itu dan turunan sampai keluar di jalan raya, yaitu warung yang deket reserse atau vila mega indah Wah, kita behind the schedule nih, karena jam sudah menunjukkan jam 11.30, padahal target jam segitu kita sudah di curug. Awalnya diputuskan kita langsung pulang tetapi pada saat kita foto2 di reserse langsung berubah jadi ke atas padahal waktu sudah menunjukan 12.20. Yo wis, target kita jam 13.00 sampai. Latihan interval lagi, tapi start tanjakan Bank Mega yang curam. Ini memang tempat pelatihan Bank Mega, baru interval lambat. Di depan Ari sudah ngacir duluan. Bagi yang pertama kali kesini pasti senang melihat pemandangannya. Karena sangat variatif. Di akhir sebelum air terjun kecil sempet nempel Ari di interval tinggi dan nggak jauh2 amat pas finish. Yang kagetnya waktu ternyata 12.50 jadi hanya setengah jam kita ke sini. Rekor pribadi nih. Ritual tunggu Charly di gerbang sambil berupaya nelpon siapa tahu bisa dibujuk langsung pulang. Tapi Charly is Charly, ngga bakalan menyerah. Akhirnya sampai juga dan malah minta masuk dan minimal nyeburin kaki yang panas ini. Bersapaan dengan d’Pitts yang pulang di lokasi banyak orang berwisata dan bahkan beberapa ada yang bawa shisha (bener ngga sih) jadi baunya semerbak.
Trek pulang hampir sama, tapi kita ngga lewat vihara lagi tapi lewat vila2 di bawahnya. Jadi dari reserse kita lewat jalan aspal saja terus. Nanti ada jalan ke kanan atau pertigaan ke dua (yang pertama lebih ke percabangan jadi ngga keliatan. Nanti keluar ke jalan yang menuju tanjakan anjing tadi. Jalan terus kita ngga lewatin jalan yang berangkatnya itu turunan setengah makadam setengah tanah. Dari sini kita akan lewat double trek, heheh ini jalan aspal untuk ban mobil aja. Ada beberapa belokan ke kiri tapi kita jalan terus sampai nanti ada jalan ke kanan menuju bojong koneng. Sebenarnya jalanan ini adalah jalanan menuju tanjakan tanduk kerbau. Karena sudut tanjakannya bertambah terus sampai super curam seperti bentuk tanduk. Sayangnya jalanan ini ternyata lagi di semen (double trek lagi) sehingga terpaksa kita dorong di sampingnya selain ngga enak sama pekerjanya. Dasar pegowes kalau suruh dorong malah drop, sampai di atas bener2 abis karena otot2 yang tidak pernah dilatih bekerja keras. Sampai di atas kita ambil ke kanan dan sesuai dengan accuweather yang thunderstorm hujan mulai deras. Turunan yang licin kita lalui dengan libih licin karena hujan, tapi ternyata tanjakannya juga berat tidak seperti dugaan kita. Sampai di Bojong Koneng ditungguin Ari dan lanjut turun ke Bakmi Golek. Sampai mobil 15.30 an dan General total Ari 68 km, tapi kalau kita mungkin bisa beda 10 km karena beda muter2nya. Another good trip, dengan metoda interval yang baru dan penggabungan dua trek, yaitu km 0 dan Curug panjang. Bisa lah disebut double expresso.

Saturday, February 11, 2012

Depok Cianten pp, Bike Hard, Eat harder

Weekend ini ikut gowes bareng yang mana ya? Cihuy! Biasanya nanyanya weekend ini pada gowes kemana sih? Lihat milis komunitas di depok ada acara ke Gn Menyan (dimana lagi sih ini?). Tahu sendiri semangat banget kalau ada kemungkinan menjajaki trek yang baru. Lihat milis sepeda lipat ada gowes Bogor – Bandung yang sudah lama ditunggu2. Gimana ya rasanya bareng2 pemakai sepeda lipet jalan jauh. Bandung lagi, lewat Puncak lagi. Karena terakhir kan pakai MTB dan lewat jalur cariu yang gila bener tanjakannya. Kalau lewat puncak kan yang penting naik sampai mang Ade abis itu turunan terus sampai Padalarang baru nanjak alus (halah). Terakhir ada ajakan ke Cianten. Cianten lagi? Pulangnya malem lagi karena macet pula bukan karena gowesnya. Nggak dong, kali ini ajakannya gowes Cinere – Cianten dan rencananya sampai Karacak nanjak lagi sampai kebon teh Cianten. Dan PP pula. Kira2 lebih kali 100 km ada kali ya. Nggak tahu kenapa ya banyak gowes bareng weekend ini ya. Padahal menurut accuweather (situs ramalan cuaca) Sabtu ini ada yang tandanya thunderstorm. Artinya selama ini hampir pasti hujan kalau tandanya seperti itu. Pagi2 sama malemnya juga ada shower sehingga kemungkinan gerimis ada. Anyway go Ahead la... yang penting persiapannya kan? Kita balik lagi ke rencana satu2. Sebenarnya trip gunung Menyan sendiri sudah muncul di permukaan untuk gowes bareng minggu lalu. Tapi karena kuncennya nggak enak bodi jadi cancellah minggu lalu dan rencana dijadiin minggu ini. Lihat lalu lintas milis yang super sibuk (seperti biasa), bahas jadi ngga trek ini kayanya banyakan yang membahas harinya. Mau Sabtu atau Minggu? Malah akhirnya bisa jadi cancel nih. Dari beberapa email yang diintip (abisan jarang komen cuman baca doang) keknya trek ini lebih bersahabat (walau perbandingannya juga ngga tau sama apa). Bisa jadi memang benar ngga terlalu curam tetapi mungkin saja karena ini adalah iming2 supaya banyak yang ikut. Istilahnya brosur palsu hehehe Oke, kita lihat kemungkinan kedua. Gowes seli Bogor-Bandung. Dari pembicaraannya lebih menjanjikan. Nama-nama sudah dilist sampai hampir 30 orang padahal sepertinya target hanya 20 orang. Tikum sudah ditentukan, bahkan ada sponsor topi, kaos bahkan jersey, Oya sama penginapannya juga lho. Penginapan? Iya, karena biasanya kita sampai sudah malam dan perlu tidur dulu baru pulang kembali ke Jakarta atau rumah masing2. Perfekto. Baca terus sampai bawah ternyata ada kabar buruk. Saking bagus rencana ini, bahkan pendaftaran sudah tutup! Jiaaaaah. Padahal baru saja menengok si Speed P8, apakah mungkin beraksi di antara temen2 selinya. Akhirnya usaha terakhir kirim email ke milis seli di Depok kalau2 ada yang cancel dan minta digantikan sy bisa jadi stuntman nya. Nah, baru penawaran ketiga datang untuk gowes bareng Cinere Cianten PP. Setelah tidak ada kabar yang cancel untuk ke Bandung akhirnya kita mendetailkan rencana ini. Ternyata sebenarnya acara besarnya adalah acaranya 69ers. Suatu komunitas sepeda dari Bintaro (atau BSD yah?) yang nte Mirna (teman satu kantor) dan suaminya sering gabung. Mereka sendiri kabarnya ada 50 orangan jalan dari BSD ke Cianten. Nah rencana kita tim kecil (jadi berempat beserta Om Irvan) jalan dari Cinere jadi skenarionya ketemu di Karacak. Siap2 jas ujan dan lampu ya.. karena kita akan nunggu mereka sampai di Karacak. Bayangin aja 50 orang gimana tunggu2annya kan ya. Ya udah, deal. Terakhir khusus sy nunggunya di Depok aja ya. Dari pertigaan parung sawangan, mundur ke Mpok Kelly, ke depan gerbang Telaga golf sampai akhirnya pertigaan Meruyung dan RSUD depok. Lumayan lah daripada gowes ke Cinere dulu. Belakangan baru mikir, inget pengalaman awal2 dulu gowes Depok – Bogor via Bojong Koneng bareng teman2 komunitas Cinere, walah speednya kenceng2 terutama di jalan datar. Kayanya harus latihan cadence karena kayanya lemah di putaran cepat nih. Lagian juga waktu itu kalah di persenjataan juga sih. Hiks. Ini membuat was2 jangan2 kejadian ini terulang lagi nih. Mana nih badan ngga enak lagi abis naik kereta di hari Jum’at. Apa karena alergi debu (karena pakai batik Jumat aja) dan serangan bakteri di KRL ya? Walhasil gejala radang tenggorokan, dan flu menyerang. Malam2 malah terasa sedikit mual dan demam sampai istri bertanya kok setiap weekend sakit mulu sih. Segera saja minum obat racikan yang kemarin belum habis untuk demam dan radang tenggorokan dan gintur abis set alarm sepagi mungkin. Sengaja kalau minum obat bukan antibiotik diusahakan hanya pas bener2 perlu saja biar ngga terlalu banyak obat yang meracuni tubuh. Akhirnya pagi2 bangun, cari lampu ternyata penghantar listrik yang nempel ke salah satu batrenya lepas dan gak mau nyala padahal udah cari lapisan alumunium ala McGyver tapi ngga nyala juga (jangan2 emang batrenya abis). Sama cari kertas map atau plastik untuk pencegah air hujan terbang ke atas dan mengenai muka seperti pernah liat temen2. Efektif dan murah, jadi coba aja deh. Terakhr isi tekanan ban sampai pol dan siapin tas untuk baju ganti karena kayanya banyak perlu baju atau kain kering nih. Jam 6 tepat jalan dari bellacasa Depok tercinta, menelusuri Tole dan melewati Sawangan tiba ada bbm berbunyi (tidit tidit). Mereka bilang bakalan telat, tapi setelah diperhatikan ini kan pesan 24 menit yang lalu. Akhirnya ya udah sampe di meruyung jam 6.20 makan nasi uduk eh nasinya banyak banget. Baru setengah tiba2 ada telepon mereka sudah sampai di RSUD 2km dari situ. Walhasil buru2 bayar dan jalan kesitu, untungnya jalanan menurun. Ketemu om Irvan ternyata dia pakai Surly. Lho bukannya kemarin ada rencana mereka lewat offroad dari Cinere? Makin jiper aja nih. Bener aja pas mulai jalan tiba2 Si Surly sudah menghilang entah dimana. Ternyata Pasangan linskey bilang (heheh Mirna dan Ichsan) kita belok kiri lewat Arco. Beberapa saat kemudian kita stop di ujung Arco tempat sarapan dan nongrongnya teman2 Sacycs yang katanya mau ke trek belakang situ (ah lupa namanya). Pokoknya katanya lewat rumahnya Jammy B-Bike ajah. Ternyata mereka lagi tunggu om Kunto dan Om Agung, teman dari Copi yang dulu sering gowes bareng. Wah karena ngga bisa nunggu lama2 terpaksa setelah Om Ichsan dan Om Irvan sarapan kita langsung ciao dan agogo (halah ketahuan deh tuanya). Ternyata lurus dari situ kita keluar di jalan raya Parung, lumayan motong jalan ngga lewat pertigaan parung sawangan. Dari situ mulai belajar mengikuti surly (belakangan baru tahu ternyata itu sepeda cyclocross bukan sepeda turing seperti dugaan sebelumnya). Karena Ban yang besar (kalau ngga salah pakai 700c) dan ratio gear untuk balap membuat sy tergopoh gopoh untuk menempelnya. Setelah beberapa minggu sebelumnya memaksa main putaran cepat sekarang jadi coba pakai power. Ternyata memang dasar ngga cocok jadi sembalap kayanya memang lebih cocok pakai putaran lambat, kalau pakai putaran cepat keknya cepet capek deh (harus beli roller nih di rumah kalau mau serius). Jadi kesimpulan kalau untuk jalan jauh pakai putaran lambat aja biar lebih tahan lama untuk goweser nubie seperti sy ini.
Menelusuri Jalan raya Parung akhirnya kita sampai di pertigaan ke arah Atang Sanjaya belok kanan dan kita regrouping di pertigaan Atang Sanjaya yang ada bangkai Helikopternya. Tidak lupa foto2 dulu kemudian kita jalan lagi sampai bertemu percabangan kita ambil yang kiri. Di sini pemandangannya mulai menghijau. Kiri kanan ada sawah menghijaunya bikin tambah semangat nggenjot. Beberapa km dimanja pemandangan sampai kita melihat tebing gunung (longsor) khas di Ciampea dan macet di pasar. Bener2 macet sampai sepeda pun ngga bisa nyelip. Setelah berjibaku kita belok ke kanan melanjutkan perjalanan di iringi sawah di kiri dan kanan kita sampai di pertigaan. Regrouping lagi sambil bertanya dan istirahat di warung kita memutuskan untuk mengambil ke kanan karena kalau ke kiri kita akan segera ketemu jalan raya leuwiliang. Benar saja walaupun banyak turun naik enakan lewat sini karena lebih sepi. Regrouping lagi sebelum jalan raya (kalau ngga salah di Desa Galuga). Benar saja 200 m sudah terlihat jalan raya dan ada tulisan warung yang besar GALUGA. Insiden dimulai (hehehe), begitu belok kanan di jalan raya terlihat jembatan besar. Wah ini mah sudah dekat sama Karacak. Udah gung duluan. Siap langsung tancap crank dan ketemu pasar leuwiliang. Liat di tiap pertigaan jangan2 ini harus belok kiri menuju Cianten. Tapi kan belokan ke Karacak itu ada tandanya besar2 menuju PTPN Cianten. Jadilah jalan terus menembus kepadatan pasar meninggalkan yang lain untuk mencari perempatan Karack. Beberapa saat kemudian melihat di kiri ada rumah yang besar banget, seperti di Sinetron ada putaran air mancur sampai 1 rumah besar khusus untuk garasi (aneh juga di tempat seperti ini). Baru curiga kayanya belum pernah lewat sini. Akhirnya tanya ke abang2 ternyata mereka bilang sudah kelewat. Tanya lagi untk second opinion ternyata begitu juga jawabannya. Masih sih kelewat. Untuk beberapa saat kemudian yang lain datang setelah beberapa saat mikir bahwa sendirian kesasar. Wah baru coba di depan langsung kesasar. Ternyata mereka juga pikir bahwa Karack masih di depan. Setelah kita balik lagi baru tahu bahwa tanda ke PTPN cianten sudah dicopot. Waduh, kalau mau copot bilang2 dong ke kita biar ngga nyasar. Abis selama ini patokannya kan Cuma itu hehehe. Ya udah kita langsung belok kanan untuk menuju PLN Karacak. Akhirnya kita tancap crank lagi karena kayanya kalau naik mobil ngga begitu nanjak deh. Ternyata Menyamakan kecepatan dengan Surly menyebabkan mesin terlalu panas alias tanda2 kram mulai terasa. Karena ngga tahu seberapa jauh lagi Karacak terpaksa deh menurunkan gear dan kecepatan supaya ngga overheat. Ternyata Om Irvan akhirnya malah mengajak istirahat yang awalnya seneng malah kecewa karena Karacak sendiri hanya 100-200 meter di depan aja. Nanggung banget istirahatnya.
Di sana ternyata sudah ada beberapa 69ers yang baru sampai juga. Dan langsung kita makan yang sudah disediakan (plus sop buah tentunya). Pas waktu menunjukkan jam 11an dan km yang sudah ditempuh sudah 60km (dari Depok yah). Wah berarti kalau PP bisa 120 km nih. Abis makan beberapa ada yang langsung ke atas dan beberapa memilih untuk istirahat menunggu yang lain. Ngobrol2 tanya kalau ke pelabuhan ratu ternyata hanya 7 km lagi dari kebon teh (walau setelahnya di revisi jadi 10 km, wah). Padahal kayanya masih jauh deh kalau lihat dari gugelmep. Akhirnya satu persatu 69ers berdatangan. Ternyata berkenalan dengan komunitas ini sungguh unik. 69 itu sendiri ternyata dari nomor RT dan RW nya. Kirain sebelumnya berdasarkan angkatan atau tahun lahir. Yang merekatkan komunitas ini sendiri adalah sosok “Mbah” yang semangat untuk memotori setiap event dari komunitas ini sehingga ada beberapa atlet senior bahkan kadet yang ada di sini. Jadi dari remaja belasan tahun, pria pekerja, suami istri goweser, sampai sekeluarga bahkan para sesepuh pun lengkap di sini. Salut salut.
Sesuai dengan lamaran cuaca sekitar jam 1.30 hujan deras, sehingga sampai jam 2 kita putuskan mengenakan peralatan anti hujan untuk pulang kembali ke rumah. Wah lembaran plastik anti cipratan air untuk ban depan ternyata efektif lho. Muka jadi ngga terganggu sama air yang keatas karena putaran ban. Setelah insiden ban kempes Surly yang untungnya siap dengan ban dalam cadangan kita lanjutkan ke jalan raya leuwiliang. Kita akhirnya belok ke kanan ke arah pasar Ciampea sambil regrouping. Lanjut menembus kemacetan pasar akhirnya kita pisah dengan grup besar di percabangan yang menuju Atang sanjaya. Perlu diceritakan bahwa dalam kondisi hujan begini pemandangan persawahan bumi pasundan ini sangat luar biasa. Sesaat mengandaikan kalau bawa kamera DSLR tapi bingung juga menghindarkan supaya ngga kena air. Menelusuri Atang sanjaya sampai ke Jalan raya Parung, akhirnya kita menyebrangi batas jalan untuk ke arah Komplek Arco lagi. Rencana makan duren akhirnya diganti dengan makan di Pondok Sayur Asem Ma Abeng. Letaknya ini sebelum ke ujung Arco. Pas berangkat sebenarnya sudah ngelirik warung ini yang sepertinya cukup menarik. Baru duduk sudah terlihat ikan mas yang besaaaaar banget. Ukurannya setelah di bagi tiga masih hampir sejengkal orang dewasa (tingginya). Jadi bisa dua kali lipat lebih besar dari biasanya. Ayamnya pun juga besar2, entah gimana mesennya nih warung. Akhirnya pesen sayur asem sama ikan masnya minta dipecak. Sebenarnya menu lengkapnya seperti warung nasi lainnya ada lalapan, sambal dan jengkol muda selalu tersedia dihampar di meja. Gabus pucung juga ada disini, mungkin lain kali boleh juga menu lainnya. Tapi khusus hari ini kita pecak ikan mas dulu deh. Saking banyaknya akhirnya ikan masnya kita makan bareng2 itu juga hampir bersisa kalau ngga digado.
Jam menunjukkan 17.30, wah kayanya pas nih bisa sampe rumah sebelum benar2 gelap. Benar saja setelah kita berpisah di meruyung sayup terdengar azan magrib di mesjid Jalan raya Sawangan di mampang dekat DTC. Tidak sampai 10 menit sampai di kediaman Bellacasa dimana langit masih menyisakan sinar matahari sedikit. Wah bahkan kalau kita naik mobil biasanya pulang malam bisa jam 9. Kalau kita masuk offroad di Cianten mungkin bisa juga karena kita lama istirahat pas nunggu makan siang. Tapi pasti capenya luar biasa. Sampe rumah siram dikit sepeda biar ngga kotor2 amat langsung mandi ahhhh segarnya. Cek speedo menunjukkan 120 km. Lumayan lah ampir sama Bogor Bandung. Overall gowes hari ini lumayan full gowes, walau awalnya nggak enak badan tapi pas gowes malah ngga kerasa. Kembali genjot dengan putaran lambat ternyata emang cocok pada dasarnya sama karakter sepeda sy. Kenalan dengan banyak orang baru dan komunitas. Thanks nte Mirna, beserta suami Om Ichsan dan teman Om Irvan. Thanks juga 69ers yang kita tumpangin eventnya mudah2an lain waktu kita bisa gowes bareng lagi.

Saturday, February 4, 2012

Curug Bojong Koneng, the next happening Waterpark at Sentul

Menghabiskan akhir minggu lagi recover abis sakit ngapain ya enaknya? Ya apalagi, gowes lah. Jawaban sama untuk pertanyaan berbeda. Serius ngga sih.. Ya bisa aja, tinggal pilih trek yang bersahabat aja. Tapi tetep mau yang pemandangannya hijau dan adem. Biasanya kita akan pilih Bojong Koneng. Apalagi setelah kemarin gagal ikutan race 1PDN boleh juga cobain lagi trek offroadnya. Terbayang pernah beberapa saat yang sudah cukup lama, pernah mengunjungi air terjun di dekat warung km 0 (bojong koneng), atau titik isitirahat trek uphill bojong koneng. Curug ini bisa terlihat kalau kita berhenti di turunan sebelum tanjakan terakhir di sebelah kiri. Beberapa kali pernah melihat banner besar promosi dan proyek di daerah jalan menuju gunung pancar yang menandakan akan ada tempat wisata air terjun yang sepertinya cukup besar. Akhirnya nguping-nguping diketahui ternyata itu adalah proyeknya Bakrie seperti Waterpark the Jungle yang di Bogor. Sepertinya konsepnya sangat menarik, waterpark atau kolam renang dengan air alami dilengkapi dengan air terjun asli. Wow! Untuk memudahkan akses kabarnya bahkan gunung karang sudah dibelah agar mobil bisa masuk. Luar biasa apa yang bisa dilakukan oleh uang. Sebelumnya sudah dua kali saya kesana. Pertama kali bareng teman2 Sawangan Sacycs dan kedua nganterin temen-temen basket gowes kesana. Kunjungan yang kedua bahkan kita dapet bonus liat proses pemrotetan model2 di sana dengan pakaian lumayan minim (hehehe). Waktu itu akses adalah jalan setapak batu2 di persawahan yang agak susah untuk digowes. jadi di beberapa titik memang harus diangkat. Biaya masuk cuma Rp. 2000. Tapi banyak anak kecil yang nganterin dan pada akhirnya minta uang anter. Ternyata waktu itu tertera di depan pintu nama curug ini adalah Curug Luhur, nama yang mengingatkan salah satu curug yang relatif dekat dari Bogor, yaitu di kaki gunung salak. Makanya cukup mafhum setelah melihat promosi dengan nama Curug Bojong Koneng. Daripada kalau ribet jelasinnya ini curug luhur mana? Denger2 setelah proyek ini dimulai harga masuknya menjadi Rp. 5000. Dengan mengiming2i curug yang dibuat Bakrie ini akhirnya weekend ini kita gowes ke Bojong Koneng (km 0) mulai dari eks kafe teratai dekat danau, melewati trek balapan offroad dan setelah finish di warung km 0 kita mampir ke curug bojong koneng. Terkumpul 4 orang dari kantor akhirnya jadilah kita gowes dengan tema gowes recovery, karena ternyata banyak member yang habis dan sedang sakit (alesan). Janjian dengan jersey kebesaran seragam kantor yang tidak berlisensi (wah malamnya malah Bro Reza tampil di JakTV pakai seragam ini). Kenyataan Bro Charly ternyata kemarin gagal hunting sepatu sepeda akhirnya bersepeda dengan sepatu crocs. Agak nggak aman tapi toh kita ‘hanya’ nanjak kan. Cuma akhirnya diputuskan untuk tidak melalui trek offroad dan langsung ke warung dengan jalur klasik yang curam. Sekedar update saja sekarang dari bouleverd sampai warung finish semua mulus lus. Beda dengan latihan dua minggu yang lalu dengan trek yang sama, ternyata efek sakit kemarin ternyata sangat mempengaruhi performa nanjak. Walau dengan tertatih tatih di tengah tanjakan namun akhirnya sampai juga (the same old story hehehe). Ternyata hari itu ramai sekali di warung dengan tokoh2 senior gowes di sana. Bahkan teman2 milis gowes lain juga hadir di sana. Memang Bojong Koneng ngga ada matinya. Dari rekan milis, teman2 cinere, dan goweser Bogor lengkap di sana. Bahkan beberapa rekan yang sekarang lagi asik2nya ngaspal dengan road bike pun hadir dengan selapnya. Selesai ba-bi-bu, ngobrol sana dan sini akhirnya kita bertiga melanjutkan rencana kita untuk ke curug. Sesuai dengan petunjuk senior-senior barusan kita menyusuri jalan yang menuju vila Prabowo ternyata cukup mudah karena ada petunjuk arah ke kiri yang menunjukkan Curug Bojong Koneng (ada jarak 1 km di sana). Belok ke kiri ternyata ini jalan sepertinya baru dengan jalan masih berpasir seperti jalan yang akan diaspal dan terus menurun sampai ketemu portal masuk. Agak kaget juga ternyata biaya masuk dikenakan Rp. 12,000 per orang. Waduh mahal juga ya, dengan harga segitu kira2 service apa yang kita jumpai di sana ya. Menuju ke curug tampak tebing2 yang baru dipotong. Kita teringat daerah pecatu Bali yang jalannya di antara tebing yang dipapas. Agak berlebihan sih, tapi kalau melihat dari tebing memang mengesankan begitu, tapi kalau kita melihat ke kiri kita akan teringat bahwa kita masih di daerah tinggi di Sentul Jawa Barat. Tentunya beda dengan daerah Pecatu, hawa di sini memang benar-benar hawa pegunungan nan sejuk. Tertegun kita melihat curug dari atas yang sudah sangat jauh berbeda. Akhirnya gagal membayangkan dulu itu seperti apa. Yang sama hanyalah curug itu sendiri dan kolam penampung air yang terdekatnya saja. Arah air dan dataran tinggi di sekitarnya sudah dikeruk dan membentuk sungai yang mengelilingi air terju, tepatnya lebih mirip simulasi pantai. Wah kayaknya memang begitu konsepnya, ada pantai di gunung. Seperti kata penjaga loket tadi, di atas sini akan ada waterboom. Akhirnya tidak tahan kita mencelupkan kaki kita ke danau atau kolam itu ternyata ngga perlu khawatir kaki kita akan sakit karena batu2. Karena pasir2 yang entah sepertinya diambil dari tempat lain terasa sangat lembut di kaki. Sepertinya untuk kondisi sekarang ini anak kecil pun pasti suka bermain di sini. Walau belum ada fasilitas yang biasa ada di waterpark. Kalau saya sih lebih suka dengan kondisi alami seperti sekarang, mungkin nantipun harganya pasti berlipat2 seperti waterboom lainnya (bahkan harusnya lebih mahal). Setelah puas melihat2 curug, kita menelusuri jalan pulang dan terlihat beberapa warung yang baru dan warung yang memang dari dulu ada di situ (masih mengingat2 posisi yang lalu). Melewati warung tersebut akhirnya kita menelusuri sawah nan hijau sekitar 500 m yang sebagian kecil harus digotong karena ada beberapa gap bahkan jembatan dari bilah kayu kecil. Sebagian besar batu-batuan yang susah untuk digenjot (sebenarnya bisa tapi harus punya keseimbangan tinggi dan jangan ragu2, toh kalau jatuh tidak jauh2 kok). Sayangnya anak2 kecil di sini kadang2 sedikit mengganggu walau sepertinya niatnya membantu untuk memperoleh imbalan. Bagi saya melewati jalur pematang sawah ini mempunya sensasi tersendiri karena pemandangannya dan suasana yang hijau sangat menentramkan hati. Lewat sekitar 15 menit baru kita memasuki perkampungan dan melanjutkan jalan dengan mengenjot rolling ke kiri sampai ketemu tanjakan tajam S yang tadi kita temui pada saat nanjak. Dari situ seperti biasa langsung kita turun sampai ke tempat parkir di waktu belum menunjukkan jam 12. Lain kali mungkin ada baiknya treknya dibalik, jadi dari curug kita masih nanjak 1 km lagi ke warung km 0. Senang sekali sudah melihat transisi perubahan wisata alam di daerah sentul ini. Beberapa kali ke tempat wisata alam berbagai belahan tempat di Indonesia yang indah tapi ditersentuh perhatian pemerintah ataupun investor. Terlihat betapa perekonomian di daerah yang dulu cuna terlihat anak kecil yang panggil mister mister sekarang terlihat lebih optimis ke depannya. Di sisi lain, tersisa pertanyaan, apakah tidak bisa kita memanfaat keindahan dan kekayaan alam Indonesia dengan tetap mempertahankan alam yang asli tanpa mengeruk gunung. Kadang-kadang agak miris melihat kondisi bahwa memang masyarakat Indoesia pada umumnya memang belum bisa menikmati alam dengan tetap alami. Kondisi investor terpaksa menghancurkan alam untuk menikmati alam karena konsumen menghendaki akses mobil besar masuk ke tempat karena kalau tidak konsumen nggak bakalan datang. Waduh.. .

Tuesday, January 31, 2012

BBC Fun Bike for Depok Car Free Day

Minggu, 15 Mei 2011 adalah hari yang bersejarah. Setidaknya begitulah bagi penghuni Bellacasa Residence yang terletak di Jalan Tole Iskandar Depok. Bagaimana tidak? Pada hari tersebut komunitas pesepeda yang baru terbentuk setahun sebelumnya merayakan hari jadinya dengan mengadakan kegiatan fun bike. BBC, bukan nama radio di london, ini adalah singkatan dari Bellacasa Bicycle Community. Sebelum mengadakan fun bike kita sudah beberapa kali melakukan perjalanan bersama jarak jauh seperti Depok - Bojong Koneng - Bogor, Offroad di gunung Bunder, dan yang paling jauh perjalanan Depok - Bandung.
Di mulai dari gerbang bellacasa, dipandu oleh empat marshal berbaju merah funbike dimulai menelusuri jalan tole iskandar menuju jalan kartini. Banyak pegowes yang senior merasa tidak sabaran karena memang kecepatan kita sesuaikan dengan rata-rata peserta supaya yang belakang tidak terlalu jauh. Sampai di gerbang grand depok city kita masuk ke boulevard perumahan tetangga tersebut untuk menuju gedung DPRD depok. Sengaja dibuat dua trek yang membuat mudah melalui shortcut bagi yang merasa tidak mampu untuk menjalani seluruh trek, terutama bagi yang membawa anak balita. Dan bagi yang merasa "tidak nendang" bisa mengikuti marshal untuk melintasi trek terjauh sebelum kembali gedung DPRD di Kota Kembang tersebut. Sampai di gedung wakil rakyat itu peserta fun bike disambut dengan berbagai macam acara dari musik jalanan, dan doorprize. Dengan banyaknya door prize tentunya makin banyak kesempatan untuk dipanggil. Di acara puncak kita juga mengisi acara dengan komitmen dari seluruh peserta menandatangani banner raksasa bertuliskan permintaan car free day untuk daerah depok. Sekali lagi jarang sekali komunitas perumahan seperti BBC ini mengadakan acara sebesar ini dengan pesan yang sarat pula. Ditunggu terobosan-terobosan BBC untuk persepedaan Depok. Sayang sampai sekarang belum juga ada kabar baik mengenai Depok Car Free Day ini.

Monday, January 30, 2012

Trek Bojong Koneng , Kawah candradimuka di Sentul

Banyak yang enggan untuk bermain mtb karena alasan takut kelamaan. Nah, ini ada rekomendasi trek yang menjamin main "bersih". Artinya? Bisa main cepet, ngga terlalu kotor, udara segar, pemandangan indah dan... dijamin puas (karena lumayan capek). Gimana nggak, mau kesana tinggal masuk tol jagorawi. Keluar gerbang tol sentul city tinggal cari tempat parkir. Alternatif parkir paling gampang bisa di petronas (pom bensin), atau di seluruh ruko atau Bellanova (Oya, teman saya armen, punya tempat baru yaitu kampung budaya). Tempat favorit saya ada 3, yaitu kafe teratai (lama) deket danau karena deket dengan trek. Petronas karena deket sama pintu tol, mudah ditemuin, sama ada tokonya. Atau di Bakmi golek, karena ada minum gratis khusus pegowes dan bisa cuci mata di sepeda sentulnya bang Rizal (hai bang Rizal bantu promosi nih :)). Kalau tadi ada yang belum sadar ada tulisan yang bilang trek ini lumayan capek, karena trek ini adalah trek uphill. Jiaah, jangan langsung ditutup, justru di sini biasanya para penggowes mengambil keputusan ekstrim. Kapok uphill atau malah kebanyakan menjadi penggemar (tepatnya penikmat) tanjakan. Dari tempat parkir kita menyusuri boulevardnya sentul city. Jangan meremehkan trek aspal super mulus ini. Kelihatannya landai tapi untuk pemula cukup menguras tenaga. Biasanya ini menjadi trek pemanasan sebelum belok kanan sebelum pos ke arah jalanan aspal kampung. Sekarang baru kita siap nanjak! lho daritadi ngapain, gitu biasanya kalau yang baru pertama kali ke sana. Tapi memang benar dari titik situ derajat kemiringan terus bertambah. Perhatian bagi para newbie (panggilan sayang temen2 yang baru kesana) selalu hitung detak jantung jangan sampai kebablasan. Nanti pulang tinggal frame saja hehehe. jangan tunggu pemberhentian yang layak seperti warung dan lain2. Kalau sudah cepat detak jantungnya silakan merapat di rumah2 penduduk hehehe. Mereka ramah kok menawarkan jasa ojek ke atas.
Biasanya kita akan merasa lega kalau melihat belokan 90 derajat ke kiri, tapi hati2. Ini adalah jebakan betmen, karena belokan ini bukan sama sekali istirahat karena jalanan langsung miring kembali. Setelah tanjakan itu barulah kita sedikit bernafas lega. Karena pemandangan lepas yang dijanjikan sudah terlihat setelah daritadi pemandangan terhalang. Cuma sebentar agak lega tingkat kemiringan akan semakin bertambah sampai kembali ada belokan ke kanan. Kali ini saya nggak akan tertipu. Pasti abis belokan ini ada tanjakan lagi. Cuma sebaiknya anda tertipu, karena memang kali ini tanjakannya tidak tersembunyi tapi justru akan membuat kita putus asa dan berandai coba tadi ngga liat karena malah bikin lemes. Ini adalah tanjakan pertama dari tiga tanjakan tajam di trek ini. Kalau yang punya power kuat hajar saja karena sebenarnya tidak terlalu panjang kok, apalagi sekarang jalanannya sudah mulus (seperti pantat bayi). Setelah tanjakan ini baru kita ketemu SD yang ada lapangan bolanya. setelah ini baru ada jalanan agak landai (landai di sini jadi relatif karena dari tadi tajem terus). Setelah nanjak sedikit menyusuri tebing akan ada tanjakan setajam yang tadi tapi ngga abis2 sampai ke vila. Baru nanti turun naik sampai tanjakan terakhir menuju warung bojong koneng. Nah disini sebaiknya jangan sekali2 turun dari sepeda karena akan teringat dan diingat terus di email2, bbm grup, milis dll. Minimal setahun penuh hehehe.
Usahakan untuk pertama kali kesini apapun yang terjadi yang penting sampai saja. Mau dorong, mau setengah hari sampai (waduh) biar gowes selanjutnya punya bayangan. Biasanya setelah sampai di atas detik pertama menyesal, dan 5 menit kemudian penasaran untuk coba lagi. Begitulah ulasan trek bojong koneng. Kalau sudah bisa tanpa berhenti baru kita hitung record kita. Sebagai patokan untuk sampai di atas dalam waktu sekitar sejam itu sudah bagus. Lho terus turunnya gimana? Untuk trek turun itu tidak penting. Nanti kita bahas di bahasan selanjutnya. Nanti biasanya banyak yang bilang ini menjadi trek BK (bojong koneng) maning, karena setiap gowes pilihannya kesini lagi kesini lagi.