Popular Posts

Saturday, April 28, 2012

Jakarta Bandung, Think Less Bike More

Di dalam komunitas sepeda hampir tidak ada batasan antar komunitas. Beda seperti gank motor yang sedang marak belakangan ini. Memang ada banyak nama komunitas2, tapi kenyataannya pada saat teman2 menanyakan sy gowes Bandung sama siapa, agak kesulitan menjawabnya. Bukan karena ngga kenal, tapi jadi harus menjelaskan satu2 dan biasanya penanya tidak sabar untuk menunggu jawabannya selesai. Ya udah, singkatnya dari lalu lintas BB grup yang sibuk dan nggak jelas (hehehe) ada ajakan singkat ke bandung dan ada beberapa yang merespon singkat positif. Terkumpullah 6 orang yang serius dan melalui fasilitas Bbchat multi user kita mematangkan rencana ini. Dari pembicaraan diputuskan persyaratan pertama adalah tidak nginep. Dengan skenario ini semua jadi lebih jelas. Ngga perlu penginapan dan pengaturan transportasi langsung pulang. Kesulitan ada pada moda transportasi yang dipilih karena kita tidak mempunyai benchmark yang jelas mengenai kemampuan masing2 kita. Perlu diketahui latar belakang pesepeda kita adalah kebanyakan nanjak di sekitaran sentul. Tentunya hal ini berbeda dengan turing jarak menengah yang harus melalui beberapa tanjakan curam. Kalau dari performans kasar kelihatannya kebanyakan peserta kecepatannya di atas saya kecuali Om Fery yang sempet absen beberapa lama. Hal ini menggembirakan sekaligus intimidating. Menggembirakan karena kemungkinan bisa lebih cepat dari rekor kemarin dan intimidating karena membayangkan akan tergopoh2 mengejar yang lain yang bisa menyebabkan drop atau keram. Suatu keuntungan hanya saya yg pernah melewati trek ini, bedanya dulu start dari depok dan menginap di tengah kota. Jadi bisa lebih mengerti mengatur kecepatan.
Hal2 lain adalah pemilihan sepeda atau sebenarnya lebih ke ban. Ban2 gundul kecil jadi pilihan kita. Untungnya pemilihan sepeda untuk ke Bandung sudah tersedia, dengan spek sebagai berikut. Cozmic flatbar dengan tanduk triple B didukung oleh gear set 3x8 speed campuran dengan rem v-brake. Shock depan memakai aerial yang super ringan tapi agak keras. Pemilihan ban adalah Maxxis detonator yellow black 1.25. Semua perfect kecuali grupset yang agak ketinggalan karena kebanyakan sekarang sudah pakai 3x10 speed. Semua alasan pemakaian dari spek ini adalah semata2 menggunakan apa yang ada. Walau ekonomis semua sudah terbukti terutama frame Polygon cozmic CX 1.0 yang ternyata cocok dengan pinggang. Beberapa minggu memakai ini berangsur backpain yang tidak sembuh2 membaik. Ngga cocok sama fulsus apa geometri yang pas? Belum tau. Terbersit mau upgrade ke 9 speed atau malah 10 untuk minimal ngga ditinggal, tapi ngga jadi karena banyak pertimbangan termasuk ngga mau mengubah setingan yang sudah mantap. O ya, ternyata setelah dicari2 memang ada yang diganti selain ban, yaitu bottle cage. Dari warna hitam ganti ke warna silver biar mecing (halah). Om Reza lurah sentul walaupun menghujat di Bbgrup KTN (Komunitas kantor), ngapain Jakarta Bandung 2 jam pake mobil malah gowes, membekali dengan 4 saset GU, gel energi.
D-Day: Sindrom D-1, terlalu excited atau takut telat malah jadi ngga bisa tidur. Om Toto malah minum obat batuk supaya tidur (don’t try this at home). Setting terakhir pasang cyclometer dan lampu, final cek , pesan taxi dan tidur. Pagi2 malah dibangunin taxi sebelum alarm karena dia mau memastikan lokasi penjemputan. Walhasil sampai di Titik awal McD Cibubur pas jam 5 ketemu sama pasangan yang baru selesai hangout. Akhirnya satu mangkuk bubur dan segelas caffe latte sukses berpindah tempat ke perut sambil menunggu yang lain tiba. Pemilihan tempat ini selain gampang dicapai oleh semua peserta juga karena ternyata daerah ini masih Jakarta Timur. Jadi masih sah kalau dibilang start dari Jakarta.
Jam 5.50 am kita berangkat dari mcD. Om Ferry “Desa tertinggal”, Om Toto, Om Danis, Om Saleh “The Prof” dan terakhir Om Iwang yang join di daerah kota wisata bersama2 menyusuri jalan Cibubur sampai Cileungsi tanpa sempat menggunakan lampu karena sudah terlanjur terang. Dalam hati berharap semoga lampu nggak kita gunakan karena sampai sebelum gelap. Seperti harapan perjalanan awal semua lancar dan menyenangkan. Pagi hari dan hawa sejuk memperlihatkan suasana Cibubur mengawali weekendnya. Melewati cileungsi teringat pengalaman terakhir sarapan padang di situ. Hampir sejam berjalan di pertigaan Jonggol pada saat regrouping pertama karena pertigaan pertama Om Toto mengeluhkan Bbnya yang berbunyi aneh. Kita mulai takut karena kemungkinan terburuknya adalah tidak bisa melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa lama teknisi dadakan (hehehe) mengecek sempat tercetus untuk membawa ke bengkel namun bengkel mana yang buka jam 7 pagi ini. Akhirnya walau masih tidak bisa diperbaiki diberanikan diri untuk meneruskan karena kelihatannya tidak akan memperparah kerusakan. Resiko ada kalau rusak maka dimasukkan ke evakuasi. Setengah jam kita tetap di tempat akhirnya kita melanjutkan perjalanan. Tampak beberapa pesepeda berjalan maupun di angkut karena ternyata di Kota Jonggol sedang ada XC fun bike. Tanpa masuk ke Jonggol kita melipir ke arah Cariu dengan suasana perkotaannya semakin hilang berganti dengan jalanan yang lebih sepi di kiri kanan mulai persawahan menghijau. Hampir sejam kita menggowes km sudah menunjukan 30km. Padahal menurut Om Saleh puncak Cariu ada di 44km dari Titik awal. Jadi harusnya sebentar lagi kita mulai nanjak. Cuma seinget saya tempat ini masih jauh dari tanjakan, jadi akhirnya kita meragukan keakuratan dari data tsb. Melewati pom bensin kita melepas hajat dulu sambil regrouping ke dua. Om Ferry seperti biasa paling belakang, tapi di luar dugaan sampai saat ini gapnya tidak terlalu jauh yang mana sudah sangat bagus sekali. Walaupun Gel energi pertama akhirnya dibuka karena memperkirakan tanjakan sudah sedikit lagi (ternyata salah). Melanjutkan perjalanan, kita menemui belokan ke arah kanan (sebut saja simpangan cariu). Di sini kita bisa melihat pemandangan khas gunung2 yang berbentuk runcing di sebelah kiri kita. Beberapa saat kemudian kita melewati mesjid As-Syukur yang di turing sebelumnya sebagai pitstop besar untuk solat dan makan siang. Padahal kita di situ belum jam 9pagi. Awal yang bagus.
Jam 9 tepat kita memutuskan untuk sarapan di depan mesjid hijau Cariu, Pitstop besar pertama. Keluarlah Sop Ayam, Soto dan Sop Iga yang pas porsinya dan enak juga ternyata untuk sarapan. Pak Dosen Munir dari BB yang melihat status BB saya mengkonfirmasi bahwa memang itu adalah tempat favorit berhenti sebelum tanjakan. Wah sepertinya sampai di puncak Cariu jam 11 bukan lagi wacana nih, tampaknya bisa terlaksana.
Mulai perjalanan ke atas, dari datar, roling turun naik, sampai lama2 naik saja ngga ada turun sampai makin lama derajat kemiringan makin tinggi sedangkan asam laktat semakin menumpuk. Inilah tanjakan Cariu dimulai. Gel energi kedua dibuka.Pemandangan khas di sini adalah gunung kapur. Jika di sini pada waktu yang tepat maka semua bisa terpesona melihat cahaya matahari dipantulkanoleh tebing gunung kapur yang berpendar. Cahayanya bagus sekali Cuma mungkin karena kita lebih dulu sudutnya tidak membentuk seperti biasa. Kalau dari prestasi di sini kayanya menurun dari tahun lalu karena sempet memutuskan berhenti 2 kali. Padahal waktu itu hampir ngga berhenti untuk sampai di atas. Ini sepertinya karena walau masih jam 10 an panas sepertinya sudah maksimal. Terbukti sepanjang jalan buff terpasang di muka supaya tidak terbakar dan melemahkan semangat nanjak. Di tahun lalu di sini kebalikannya hujan lebat yang mendinginkan panas tubuh walau dalam kondisi tinggi. Karena tahu sedikit lagi sampai akhirnya sempet melakukan sprint biar sampai di atas duluan (sori teman2 hehehe). Dan Jam 11 touchdown! Yang lainnya Cuma beberapa meter di belakang. Hanya Om Ferry yang tidak kuat melawan rayuan Pak supir untuk naik evakuasi sehingga dia sudah menunggu di atas. Ini pitstop besar ke dua. Kita putuskan istirahat sampai 11.30 untuk melanjutkan perjalanan.
Tantangan besar pertama sudah selesai. Tinggal tanjakan padalarang di akhir nanti. Dan km menunjukkan 66 bukan 44 km hehehehe. Salah tu Om Saleh GPSnya. Setelah itu kita turun (walau sebenarnya ada beberapa tanjakan) begitu lihat bisa sampai 55 km/jam langsung menurunkan kecepatan (septi first). Happy turunan regrouping di pertigaan pertama. Cari makan siang dan diberi informasi ada sate 3km di depan. Dan.... informasi itu salah. 3km lewat ngga ada tanda2 sate sampai akhirnya sampai pertigaan besar sebelum jembatan cikerta. Jembatan cikerta sebenarnya biasa aja Cuma tahun lalu sy berpose di prasastinya jadi sekarang saya memaksakan diri untuk difoto dengan pose yang sama. Bip bip, Dosen munir langsung komen di BB, wkwkwkw pose ulangan nih.
Akhirnya setelah 6km barulah ketemu sate tsb. Ternyata tidak mengecewakan. Satenya bener2 empuk karena katanya dadakan. Yang artinya baru dipotong karena kita dateng. Sop Kambing, Sate, plus kelapa muda dan teh tawar anget keluar. All perfect. Atau karena memang lagi cape ya. Suasana yang santai dipinggir jalan menjelang Cianjur. Di kiri kanan banyak pematang sawah dan di kanan kejauhan tampak gunung bertumpuk (tidak terlalu terlihat) yang katanya salah satunya adalah daerah puncak. Walau sebenarnya kita ngga niat bikin pitstop di sini, malah di sini kita stay paling lama. Kalau ngga salah bisa 1.5 jam di sini. Sampai sempet tidur. Total makan kita 60 tusuk sate 2 sop kambing, kelapa muda ber 6 plus supir 2 abis Cuma 150 rb (apa salah denger yah). Bersiap2 berangkat diganggu oleh anak2 umur SMP yang mencoba menghentikan truk untuk membonceng bahkan sampai memutar2 crank motor yang diikatkan dengan tali. Sempet ada adegan kejar2an karena kebetulan ada tentara lewat. Duh kirain ini di kota aja. Semua sudah jadi preman sekarang.
Jam 14.30 kita jalan lagi. Ternyata sebentar kita melanjutkan perjalanan kelihatan jalan besar Cianjur di depan yang kalau ke kanan ke arah puncak. Langsung kita melanjutkan perjalanan masuk ke cianjur sebelum keluar di gerbang keluar Cianjur. Sempet kita ketemu Jembatan besar yang sungainya dalam dan luas banget. Ada yang tahu ngga ya itu jembatan apa. Sempet kita berpose disitu sekalian regrouping. Jalanan di situ karena jalan besar maka banyak bis2 besar dan truk lewat, jadi kita harus lebih berhati2. Ada tahu sumedang kita regrouping lagi walau ngga jadi makan karena sepertinya masih kenyang. Kelihatan di pinggir jalan ibu2 nggak punya kaki menggeser tubuhnya di jalanan. Sempet nunggu beberapa lama karena kita melewati tapi sepertinya beberapa meter adalah jauh bagi dia sehingga walau kita menunggu cukup lama dia ngga pernah lewat. Mudah2an diberi berkah ya dia kemudahan di dunia maupun akhirat. Kalau melihat di Jakarta mungkin ada sedikit curiga ya, action lah kenapa lah. Tapi karena ini di luar kota perjuangannya pasti luar biasa. Nah, tanjakan padalarang dimulai. 10 km pertama masih tidak masalah. Perlu ketabahan luar biasa untuk mencapai titik tertinggi tanpa berhenti. Akhirnya karena frustasi akhirnya berhenti juga. Bukan karena tingkat kecuramannya, tetapi lebih karena kaki masih bisa mempercepat putaran crank jadi tergoda untuk menambah kecepatan sedangkan akumulasi asam laktat terus bertambah dan tidak sempat berurai kembali. Kunci di sini memang kesabaran dan tidak tergoda untuk menambah kecepatan. Akhirnya “Tek! “.... wah terasa indikasi keram di paha kanan bagian dalam deket dengkul. Posisi yang agak aneh. Setelah diperiksa ternyata posisi seatpost makin lama makin turun karena tidak terlalu kuat mencengkramnya. Sehingga baru sadar setelah lama dan mengakibatkan indikasi keram, yaitu harus memperlambat putaran crank supaya tidak benar2 terjadi kram. Energi Gel ketiga dimakan. Karena tidak berakhir dan sepertinya gap paling belakang sangat jauh. Setelah menunggu lama tidak juga muncul akhirnya kita berdua om Danis melanjutkan kembali. Sempet foto2 di latar belakang gunung karang yang belakangan di BB grup tempat terkaparnya Om Ferry hehehe pada saat kita hampir di titik tertinggi. Neverending last 10km uphill at padalarang. Setelah berusaha sabar akhirnya kita sampai di titik tertinggi dan foto2 di tebing citatah dimana om Danis dan Om Toto pernah seminggu latihan panjat tebing di sana. Waktu menunjukkan 5.30 dan tidak sampai lima menit rombongan terakhir sampai di situ. Berposelah kami pose kemenangan.
Akhirnya kita turun dan mencari posisi bertemu dengan mobil penjemput di Kota Baru Parahyangan. Di Bale Pare kita makan malam, mandi dan langsung setelah segar kita pulang ke Jakarta. Total km menunjukkan 126 km dengan cyclo yang masih diset untuk tebal ban 2.1. Start jam 5.50 sampai di titik finish 5.50. Kecepatan rata2 18.3 km/jam. Maksimal 60.7 km/jam (wah baru sadar), menghabiskan kalori relatif 2150 cal. Great ride. Nice record. On the top of it, antara terdepan dan terbelakang tiba hampir bersamaan walau om Ferry sempet evak 2x.