Popular Posts

Saturday, February 4, 2012

Curug Bojong Koneng, the next happening Waterpark at Sentul

Menghabiskan akhir minggu lagi recover abis sakit ngapain ya enaknya? Ya apalagi, gowes lah. Jawaban sama untuk pertanyaan berbeda. Serius ngga sih.. Ya bisa aja, tinggal pilih trek yang bersahabat aja. Tapi tetep mau yang pemandangannya hijau dan adem. Biasanya kita akan pilih Bojong Koneng. Apalagi setelah kemarin gagal ikutan race 1PDN boleh juga cobain lagi trek offroadnya. Terbayang pernah beberapa saat yang sudah cukup lama, pernah mengunjungi air terjun di dekat warung km 0 (bojong koneng), atau titik isitirahat trek uphill bojong koneng. Curug ini bisa terlihat kalau kita berhenti di turunan sebelum tanjakan terakhir di sebelah kiri. Beberapa kali pernah melihat banner besar promosi dan proyek di daerah jalan menuju gunung pancar yang menandakan akan ada tempat wisata air terjun yang sepertinya cukup besar. Akhirnya nguping-nguping diketahui ternyata itu adalah proyeknya Bakrie seperti Waterpark the Jungle yang di Bogor. Sepertinya konsepnya sangat menarik, waterpark atau kolam renang dengan air alami dilengkapi dengan air terjun asli. Wow! Untuk memudahkan akses kabarnya bahkan gunung karang sudah dibelah agar mobil bisa masuk. Luar biasa apa yang bisa dilakukan oleh uang. Sebelumnya sudah dua kali saya kesana. Pertama kali bareng teman2 Sawangan Sacycs dan kedua nganterin temen-temen basket gowes kesana. Kunjungan yang kedua bahkan kita dapet bonus liat proses pemrotetan model2 di sana dengan pakaian lumayan minim (hehehe). Waktu itu akses adalah jalan setapak batu2 di persawahan yang agak susah untuk digowes. jadi di beberapa titik memang harus diangkat. Biaya masuk cuma Rp. 2000. Tapi banyak anak kecil yang nganterin dan pada akhirnya minta uang anter. Ternyata waktu itu tertera di depan pintu nama curug ini adalah Curug Luhur, nama yang mengingatkan salah satu curug yang relatif dekat dari Bogor, yaitu di kaki gunung salak. Makanya cukup mafhum setelah melihat promosi dengan nama Curug Bojong Koneng. Daripada kalau ribet jelasinnya ini curug luhur mana? Denger2 setelah proyek ini dimulai harga masuknya menjadi Rp. 5000. Dengan mengiming2i curug yang dibuat Bakrie ini akhirnya weekend ini kita gowes ke Bojong Koneng (km 0) mulai dari eks kafe teratai dekat danau, melewati trek balapan offroad dan setelah finish di warung km 0 kita mampir ke curug bojong koneng. Terkumpul 4 orang dari kantor akhirnya jadilah kita gowes dengan tema gowes recovery, karena ternyata banyak member yang habis dan sedang sakit (alesan). Janjian dengan jersey kebesaran seragam kantor yang tidak berlisensi (wah malamnya malah Bro Reza tampil di JakTV pakai seragam ini). Kenyataan Bro Charly ternyata kemarin gagal hunting sepatu sepeda akhirnya bersepeda dengan sepatu crocs. Agak nggak aman tapi toh kita ‘hanya’ nanjak kan. Cuma akhirnya diputuskan untuk tidak melalui trek offroad dan langsung ke warung dengan jalur klasik yang curam. Sekedar update saja sekarang dari bouleverd sampai warung finish semua mulus lus. Beda dengan latihan dua minggu yang lalu dengan trek yang sama, ternyata efek sakit kemarin ternyata sangat mempengaruhi performa nanjak. Walau dengan tertatih tatih di tengah tanjakan namun akhirnya sampai juga (the same old story hehehe). Ternyata hari itu ramai sekali di warung dengan tokoh2 senior gowes di sana. Bahkan teman2 milis gowes lain juga hadir di sana. Memang Bojong Koneng ngga ada matinya. Dari rekan milis, teman2 cinere, dan goweser Bogor lengkap di sana. Bahkan beberapa rekan yang sekarang lagi asik2nya ngaspal dengan road bike pun hadir dengan selapnya. Selesai ba-bi-bu, ngobrol sana dan sini akhirnya kita bertiga melanjutkan rencana kita untuk ke curug. Sesuai dengan petunjuk senior-senior barusan kita menyusuri jalan yang menuju vila Prabowo ternyata cukup mudah karena ada petunjuk arah ke kiri yang menunjukkan Curug Bojong Koneng (ada jarak 1 km di sana). Belok ke kiri ternyata ini jalan sepertinya baru dengan jalan masih berpasir seperti jalan yang akan diaspal dan terus menurun sampai ketemu portal masuk. Agak kaget juga ternyata biaya masuk dikenakan Rp. 12,000 per orang. Waduh mahal juga ya, dengan harga segitu kira2 service apa yang kita jumpai di sana ya. Menuju ke curug tampak tebing2 yang baru dipotong. Kita teringat daerah pecatu Bali yang jalannya di antara tebing yang dipapas. Agak berlebihan sih, tapi kalau melihat dari tebing memang mengesankan begitu, tapi kalau kita melihat ke kiri kita akan teringat bahwa kita masih di daerah tinggi di Sentul Jawa Barat. Tentunya beda dengan daerah Pecatu, hawa di sini memang benar-benar hawa pegunungan nan sejuk. Tertegun kita melihat curug dari atas yang sudah sangat jauh berbeda. Akhirnya gagal membayangkan dulu itu seperti apa. Yang sama hanyalah curug itu sendiri dan kolam penampung air yang terdekatnya saja. Arah air dan dataran tinggi di sekitarnya sudah dikeruk dan membentuk sungai yang mengelilingi air terju, tepatnya lebih mirip simulasi pantai. Wah kayaknya memang begitu konsepnya, ada pantai di gunung. Seperti kata penjaga loket tadi, di atas sini akan ada waterboom. Akhirnya tidak tahan kita mencelupkan kaki kita ke danau atau kolam itu ternyata ngga perlu khawatir kaki kita akan sakit karena batu2. Karena pasir2 yang entah sepertinya diambil dari tempat lain terasa sangat lembut di kaki. Sepertinya untuk kondisi sekarang ini anak kecil pun pasti suka bermain di sini. Walau belum ada fasilitas yang biasa ada di waterpark. Kalau saya sih lebih suka dengan kondisi alami seperti sekarang, mungkin nantipun harganya pasti berlipat2 seperti waterboom lainnya (bahkan harusnya lebih mahal). Setelah puas melihat2 curug, kita menelusuri jalan pulang dan terlihat beberapa warung yang baru dan warung yang memang dari dulu ada di situ (masih mengingat2 posisi yang lalu). Melewati warung tersebut akhirnya kita menelusuri sawah nan hijau sekitar 500 m yang sebagian kecil harus digotong karena ada beberapa gap bahkan jembatan dari bilah kayu kecil. Sebagian besar batu-batuan yang susah untuk digenjot (sebenarnya bisa tapi harus punya keseimbangan tinggi dan jangan ragu2, toh kalau jatuh tidak jauh2 kok). Sayangnya anak2 kecil di sini kadang2 sedikit mengganggu walau sepertinya niatnya membantu untuk memperoleh imbalan. Bagi saya melewati jalur pematang sawah ini mempunya sensasi tersendiri karena pemandangannya dan suasana yang hijau sangat menentramkan hati. Lewat sekitar 15 menit baru kita memasuki perkampungan dan melanjutkan jalan dengan mengenjot rolling ke kiri sampai ketemu tanjakan tajam S yang tadi kita temui pada saat nanjak. Dari situ seperti biasa langsung kita turun sampai ke tempat parkir di waktu belum menunjukkan jam 12. Lain kali mungkin ada baiknya treknya dibalik, jadi dari curug kita masih nanjak 1 km lagi ke warung km 0. Senang sekali sudah melihat transisi perubahan wisata alam di daerah sentul ini. Beberapa kali ke tempat wisata alam berbagai belahan tempat di Indonesia yang indah tapi ditersentuh perhatian pemerintah ataupun investor. Terlihat betapa perekonomian di daerah yang dulu cuna terlihat anak kecil yang panggil mister mister sekarang terlihat lebih optimis ke depannya. Di sisi lain, tersisa pertanyaan, apakah tidak bisa kita memanfaat keindahan dan kekayaan alam Indonesia dengan tetap mempertahankan alam yang asli tanpa mengeruk gunung. Kadang-kadang agak miris melihat kondisi bahwa memang masyarakat Indoesia pada umumnya memang belum bisa menikmati alam dengan tetap alami. Kondisi investor terpaksa menghancurkan alam untuk menikmati alam karena konsumen menghendaki akses mobil besar masuk ke tempat karena kalau tidak konsumen nggak bakalan datang. Waduh.. .

No comments:

Post a Comment