Popular Posts

Saturday, February 11, 2012

Depok Cianten pp, Bike Hard, Eat harder

Weekend ini ikut gowes bareng yang mana ya? Cihuy! Biasanya nanyanya weekend ini pada gowes kemana sih? Lihat milis komunitas di depok ada acara ke Gn Menyan (dimana lagi sih ini?). Tahu sendiri semangat banget kalau ada kemungkinan menjajaki trek yang baru. Lihat milis sepeda lipat ada gowes Bogor – Bandung yang sudah lama ditunggu2. Gimana ya rasanya bareng2 pemakai sepeda lipet jalan jauh. Bandung lagi, lewat Puncak lagi. Karena terakhir kan pakai MTB dan lewat jalur cariu yang gila bener tanjakannya. Kalau lewat puncak kan yang penting naik sampai mang Ade abis itu turunan terus sampai Padalarang baru nanjak alus (halah). Terakhir ada ajakan ke Cianten. Cianten lagi? Pulangnya malem lagi karena macet pula bukan karena gowesnya. Nggak dong, kali ini ajakannya gowes Cinere – Cianten dan rencananya sampai Karacak nanjak lagi sampai kebon teh Cianten. Dan PP pula. Kira2 lebih kali 100 km ada kali ya. Nggak tahu kenapa ya banyak gowes bareng weekend ini ya. Padahal menurut accuweather (situs ramalan cuaca) Sabtu ini ada yang tandanya thunderstorm. Artinya selama ini hampir pasti hujan kalau tandanya seperti itu. Pagi2 sama malemnya juga ada shower sehingga kemungkinan gerimis ada. Anyway go Ahead la... yang penting persiapannya kan? Kita balik lagi ke rencana satu2. Sebenarnya trip gunung Menyan sendiri sudah muncul di permukaan untuk gowes bareng minggu lalu. Tapi karena kuncennya nggak enak bodi jadi cancellah minggu lalu dan rencana dijadiin minggu ini. Lihat lalu lintas milis yang super sibuk (seperti biasa), bahas jadi ngga trek ini kayanya banyakan yang membahas harinya. Mau Sabtu atau Minggu? Malah akhirnya bisa jadi cancel nih. Dari beberapa email yang diintip (abisan jarang komen cuman baca doang) keknya trek ini lebih bersahabat (walau perbandingannya juga ngga tau sama apa). Bisa jadi memang benar ngga terlalu curam tetapi mungkin saja karena ini adalah iming2 supaya banyak yang ikut. Istilahnya brosur palsu hehehe Oke, kita lihat kemungkinan kedua. Gowes seli Bogor-Bandung. Dari pembicaraannya lebih menjanjikan. Nama-nama sudah dilist sampai hampir 30 orang padahal sepertinya target hanya 20 orang. Tikum sudah ditentukan, bahkan ada sponsor topi, kaos bahkan jersey, Oya sama penginapannya juga lho. Penginapan? Iya, karena biasanya kita sampai sudah malam dan perlu tidur dulu baru pulang kembali ke Jakarta atau rumah masing2. Perfekto. Baca terus sampai bawah ternyata ada kabar buruk. Saking bagus rencana ini, bahkan pendaftaran sudah tutup! Jiaaaaah. Padahal baru saja menengok si Speed P8, apakah mungkin beraksi di antara temen2 selinya. Akhirnya usaha terakhir kirim email ke milis seli di Depok kalau2 ada yang cancel dan minta digantikan sy bisa jadi stuntman nya. Nah, baru penawaran ketiga datang untuk gowes bareng Cinere Cianten PP. Setelah tidak ada kabar yang cancel untuk ke Bandung akhirnya kita mendetailkan rencana ini. Ternyata sebenarnya acara besarnya adalah acaranya 69ers. Suatu komunitas sepeda dari Bintaro (atau BSD yah?) yang nte Mirna (teman satu kantor) dan suaminya sering gabung. Mereka sendiri kabarnya ada 50 orangan jalan dari BSD ke Cianten. Nah rencana kita tim kecil (jadi berempat beserta Om Irvan) jalan dari Cinere jadi skenarionya ketemu di Karacak. Siap2 jas ujan dan lampu ya.. karena kita akan nunggu mereka sampai di Karacak. Bayangin aja 50 orang gimana tunggu2annya kan ya. Ya udah, deal. Terakhir khusus sy nunggunya di Depok aja ya. Dari pertigaan parung sawangan, mundur ke Mpok Kelly, ke depan gerbang Telaga golf sampai akhirnya pertigaan Meruyung dan RSUD depok. Lumayan lah daripada gowes ke Cinere dulu. Belakangan baru mikir, inget pengalaman awal2 dulu gowes Depok – Bogor via Bojong Koneng bareng teman2 komunitas Cinere, walah speednya kenceng2 terutama di jalan datar. Kayanya harus latihan cadence karena kayanya lemah di putaran cepat nih. Lagian juga waktu itu kalah di persenjataan juga sih. Hiks. Ini membuat was2 jangan2 kejadian ini terulang lagi nih. Mana nih badan ngga enak lagi abis naik kereta di hari Jum’at. Apa karena alergi debu (karena pakai batik Jumat aja) dan serangan bakteri di KRL ya? Walhasil gejala radang tenggorokan, dan flu menyerang. Malam2 malah terasa sedikit mual dan demam sampai istri bertanya kok setiap weekend sakit mulu sih. Segera saja minum obat racikan yang kemarin belum habis untuk demam dan radang tenggorokan dan gintur abis set alarm sepagi mungkin. Sengaja kalau minum obat bukan antibiotik diusahakan hanya pas bener2 perlu saja biar ngga terlalu banyak obat yang meracuni tubuh. Akhirnya pagi2 bangun, cari lampu ternyata penghantar listrik yang nempel ke salah satu batrenya lepas dan gak mau nyala padahal udah cari lapisan alumunium ala McGyver tapi ngga nyala juga (jangan2 emang batrenya abis). Sama cari kertas map atau plastik untuk pencegah air hujan terbang ke atas dan mengenai muka seperti pernah liat temen2. Efektif dan murah, jadi coba aja deh. Terakhr isi tekanan ban sampai pol dan siapin tas untuk baju ganti karena kayanya banyak perlu baju atau kain kering nih. Jam 6 tepat jalan dari bellacasa Depok tercinta, menelusuri Tole dan melewati Sawangan tiba ada bbm berbunyi (tidit tidit). Mereka bilang bakalan telat, tapi setelah diperhatikan ini kan pesan 24 menit yang lalu. Akhirnya ya udah sampe di meruyung jam 6.20 makan nasi uduk eh nasinya banyak banget. Baru setengah tiba2 ada telepon mereka sudah sampai di RSUD 2km dari situ. Walhasil buru2 bayar dan jalan kesitu, untungnya jalanan menurun. Ketemu om Irvan ternyata dia pakai Surly. Lho bukannya kemarin ada rencana mereka lewat offroad dari Cinere? Makin jiper aja nih. Bener aja pas mulai jalan tiba2 Si Surly sudah menghilang entah dimana. Ternyata Pasangan linskey bilang (heheh Mirna dan Ichsan) kita belok kiri lewat Arco. Beberapa saat kemudian kita stop di ujung Arco tempat sarapan dan nongrongnya teman2 Sacycs yang katanya mau ke trek belakang situ (ah lupa namanya). Pokoknya katanya lewat rumahnya Jammy B-Bike ajah. Ternyata mereka lagi tunggu om Kunto dan Om Agung, teman dari Copi yang dulu sering gowes bareng. Wah karena ngga bisa nunggu lama2 terpaksa setelah Om Ichsan dan Om Irvan sarapan kita langsung ciao dan agogo (halah ketahuan deh tuanya). Ternyata lurus dari situ kita keluar di jalan raya Parung, lumayan motong jalan ngga lewat pertigaan parung sawangan. Dari situ mulai belajar mengikuti surly (belakangan baru tahu ternyata itu sepeda cyclocross bukan sepeda turing seperti dugaan sebelumnya). Karena Ban yang besar (kalau ngga salah pakai 700c) dan ratio gear untuk balap membuat sy tergopoh gopoh untuk menempelnya. Setelah beberapa minggu sebelumnya memaksa main putaran cepat sekarang jadi coba pakai power. Ternyata memang dasar ngga cocok jadi sembalap kayanya memang lebih cocok pakai putaran lambat, kalau pakai putaran cepat keknya cepet capek deh (harus beli roller nih di rumah kalau mau serius). Jadi kesimpulan kalau untuk jalan jauh pakai putaran lambat aja biar lebih tahan lama untuk goweser nubie seperti sy ini.
Menelusuri Jalan raya Parung akhirnya kita sampai di pertigaan ke arah Atang Sanjaya belok kanan dan kita regrouping di pertigaan Atang Sanjaya yang ada bangkai Helikopternya. Tidak lupa foto2 dulu kemudian kita jalan lagi sampai bertemu percabangan kita ambil yang kiri. Di sini pemandangannya mulai menghijau. Kiri kanan ada sawah menghijaunya bikin tambah semangat nggenjot. Beberapa km dimanja pemandangan sampai kita melihat tebing gunung (longsor) khas di Ciampea dan macet di pasar. Bener2 macet sampai sepeda pun ngga bisa nyelip. Setelah berjibaku kita belok ke kanan melanjutkan perjalanan di iringi sawah di kiri dan kanan kita sampai di pertigaan. Regrouping lagi sambil bertanya dan istirahat di warung kita memutuskan untuk mengambil ke kanan karena kalau ke kiri kita akan segera ketemu jalan raya leuwiliang. Benar saja walaupun banyak turun naik enakan lewat sini karena lebih sepi. Regrouping lagi sebelum jalan raya (kalau ngga salah di Desa Galuga). Benar saja 200 m sudah terlihat jalan raya dan ada tulisan warung yang besar GALUGA. Insiden dimulai (hehehe), begitu belok kanan di jalan raya terlihat jembatan besar. Wah ini mah sudah dekat sama Karacak. Udah gung duluan. Siap langsung tancap crank dan ketemu pasar leuwiliang. Liat di tiap pertigaan jangan2 ini harus belok kiri menuju Cianten. Tapi kan belokan ke Karacak itu ada tandanya besar2 menuju PTPN Cianten. Jadilah jalan terus menembus kepadatan pasar meninggalkan yang lain untuk mencari perempatan Karack. Beberapa saat kemudian melihat di kiri ada rumah yang besar banget, seperti di Sinetron ada putaran air mancur sampai 1 rumah besar khusus untuk garasi (aneh juga di tempat seperti ini). Baru curiga kayanya belum pernah lewat sini. Akhirnya tanya ke abang2 ternyata mereka bilang sudah kelewat. Tanya lagi untk second opinion ternyata begitu juga jawabannya. Masih sih kelewat. Untuk beberapa saat kemudian yang lain datang setelah beberapa saat mikir bahwa sendirian kesasar. Wah baru coba di depan langsung kesasar. Ternyata mereka juga pikir bahwa Karack masih di depan. Setelah kita balik lagi baru tahu bahwa tanda ke PTPN cianten sudah dicopot. Waduh, kalau mau copot bilang2 dong ke kita biar ngga nyasar. Abis selama ini patokannya kan Cuma itu hehehe. Ya udah kita langsung belok kanan untuk menuju PLN Karacak. Akhirnya kita tancap crank lagi karena kayanya kalau naik mobil ngga begitu nanjak deh. Ternyata Menyamakan kecepatan dengan Surly menyebabkan mesin terlalu panas alias tanda2 kram mulai terasa. Karena ngga tahu seberapa jauh lagi Karacak terpaksa deh menurunkan gear dan kecepatan supaya ngga overheat. Ternyata Om Irvan akhirnya malah mengajak istirahat yang awalnya seneng malah kecewa karena Karacak sendiri hanya 100-200 meter di depan aja. Nanggung banget istirahatnya.
Di sana ternyata sudah ada beberapa 69ers yang baru sampai juga. Dan langsung kita makan yang sudah disediakan (plus sop buah tentunya). Pas waktu menunjukkan jam 11an dan km yang sudah ditempuh sudah 60km (dari Depok yah). Wah berarti kalau PP bisa 120 km nih. Abis makan beberapa ada yang langsung ke atas dan beberapa memilih untuk istirahat menunggu yang lain. Ngobrol2 tanya kalau ke pelabuhan ratu ternyata hanya 7 km lagi dari kebon teh (walau setelahnya di revisi jadi 10 km, wah). Padahal kayanya masih jauh deh kalau lihat dari gugelmep. Akhirnya satu persatu 69ers berdatangan. Ternyata berkenalan dengan komunitas ini sungguh unik. 69 itu sendiri ternyata dari nomor RT dan RW nya. Kirain sebelumnya berdasarkan angkatan atau tahun lahir. Yang merekatkan komunitas ini sendiri adalah sosok “Mbah” yang semangat untuk memotori setiap event dari komunitas ini sehingga ada beberapa atlet senior bahkan kadet yang ada di sini. Jadi dari remaja belasan tahun, pria pekerja, suami istri goweser, sampai sekeluarga bahkan para sesepuh pun lengkap di sini. Salut salut.
Sesuai dengan lamaran cuaca sekitar jam 1.30 hujan deras, sehingga sampai jam 2 kita putuskan mengenakan peralatan anti hujan untuk pulang kembali ke rumah. Wah lembaran plastik anti cipratan air untuk ban depan ternyata efektif lho. Muka jadi ngga terganggu sama air yang keatas karena putaran ban. Setelah insiden ban kempes Surly yang untungnya siap dengan ban dalam cadangan kita lanjutkan ke jalan raya leuwiliang. Kita akhirnya belok ke kanan ke arah pasar Ciampea sambil regrouping. Lanjut menembus kemacetan pasar akhirnya kita pisah dengan grup besar di percabangan yang menuju Atang sanjaya. Perlu diceritakan bahwa dalam kondisi hujan begini pemandangan persawahan bumi pasundan ini sangat luar biasa. Sesaat mengandaikan kalau bawa kamera DSLR tapi bingung juga menghindarkan supaya ngga kena air. Menelusuri Atang sanjaya sampai ke Jalan raya Parung, akhirnya kita menyebrangi batas jalan untuk ke arah Komplek Arco lagi. Rencana makan duren akhirnya diganti dengan makan di Pondok Sayur Asem Ma Abeng. Letaknya ini sebelum ke ujung Arco. Pas berangkat sebenarnya sudah ngelirik warung ini yang sepertinya cukup menarik. Baru duduk sudah terlihat ikan mas yang besaaaaar banget. Ukurannya setelah di bagi tiga masih hampir sejengkal orang dewasa (tingginya). Jadi bisa dua kali lipat lebih besar dari biasanya. Ayamnya pun juga besar2, entah gimana mesennya nih warung. Akhirnya pesen sayur asem sama ikan masnya minta dipecak. Sebenarnya menu lengkapnya seperti warung nasi lainnya ada lalapan, sambal dan jengkol muda selalu tersedia dihampar di meja. Gabus pucung juga ada disini, mungkin lain kali boleh juga menu lainnya. Tapi khusus hari ini kita pecak ikan mas dulu deh. Saking banyaknya akhirnya ikan masnya kita makan bareng2 itu juga hampir bersisa kalau ngga digado.
Jam menunjukkan 17.30, wah kayanya pas nih bisa sampe rumah sebelum benar2 gelap. Benar saja setelah kita berpisah di meruyung sayup terdengar azan magrib di mesjid Jalan raya Sawangan di mampang dekat DTC. Tidak sampai 10 menit sampai di kediaman Bellacasa dimana langit masih menyisakan sinar matahari sedikit. Wah bahkan kalau kita naik mobil biasanya pulang malam bisa jam 9. Kalau kita masuk offroad di Cianten mungkin bisa juga karena kita lama istirahat pas nunggu makan siang. Tapi pasti capenya luar biasa. Sampe rumah siram dikit sepeda biar ngga kotor2 amat langsung mandi ahhhh segarnya. Cek speedo menunjukkan 120 km. Lumayan lah ampir sama Bogor Bandung. Overall gowes hari ini lumayan full gowes, walau awalnya nggak enak badan tapi pas gowes malah ngga kerasa. Kembali genjot dengan putaran lambat ternyata emang cocok pada dasarnya sama karakter sepeda sy. Kenalan dengan banyak orang baru dan komunitas. Thanks nte Mirna, beserta suami Om Ichsan dan teman Om Irvan. Thanks juga 69ers yang kita tumpangin eventnya mudah2an lain waktu kita bisa gowes bareng lagi.

11 comments:

  1. wew! 120km? ko ga keliatan cape siy ;)

    ReplyDelete
  2. Cape mah pasti,yang penting happy.. hehehe

    ReplyDelete
  3. Om Agung, salam kenal... rencananya saya ikutan ke Cianten dari McD bintaro sama temen2 dari 69ers... tapi ketinggalan karena biasanya berangkat sering telat.. giliran aku yang telat, ketinggalan deh he he.... ini tadi googling aja, karena nyari trek sentul - gn, pancar... ada peta nya? trek seperti apa ya? nanjak seperti ke km 0 kah? thank you Om

    ReplyDelete
  4. Salam kenal juga Om Putra. Sayang lho ngga ikutan event ini kemarin. Untuk trek gunung pancar sudah dibahas tuh di Bulan Januari. Treknya yang standar hampir sama seperti km 0 (bojong koneng) tetapi relatif lebih mudah sedikit. Dari Sentul City hampir sama seperti ke arah bojong koneng, tetapi belokan ke kanan bojong koneng kita turun, etape ke dua keluar lewat pagar jalan kampung datar, kemudian etape ke tiga ketemu jalan aspal ke kanan dan ada warung sate kiloan belok kanan baru nanjak agak curam. Untuk Petanya belum ada, kalau sudah ada nanti mungkin bisa dimasukkan ke bahasan trek sentul - gunung pancar deh...

    ReplyDelete
  5. TErima kasih Om Agung.. Ada FB kah? mungkin bisa aku add.. more friend more happier.. he he

    ReplyDelete
  6. silakan Owm, coba di agung.triharyadi@gmail.com

    ReplyDelete
  7. Owm putra, peta sederhana sudah ada ya di http://gung3.blogspot.com/2012/01/gunung-pancar-salah-satu-trek-sepeda-di.html
    Semoga membantu.

    ReplyDelete
  8. thanks Mas... BTW, kemarin Sabtu sdh kesana dengan banyak berhenti tp gak TTB kok.. berhenti atur nafas genjot lagi... maklum hampir kepala 5 nih he he

    ReplyDelete
  9. Wah, start darimana? Ternyata Om Putra luar biasa juga yah. Sama Om kita kalau nafas sudah tidak teratur pakai ritual alasan menikmati pemandangan dulu hehehe...

    ReplyDelete
  10. om Agung Salam kenal
    bisa kasih info ttg Trek Cikarang bike park. tadi pagi saya coba cari, mampir di AA Bike, tapi malah sama pelayan toko disuruh ke cikarang Jababeka...sampe sana gak ada trek sepeda sama sekali>
    lantas balik ke AA Bike dgn polosnya si pelayan bilang rutenya ada di Delta Mas....(aneh yahh)
    pendek cerita gak nemu trek baru akhirnya eksplor disekitar Rst Alam Sari, lumyan ada trek becek ke arah atas bukit tulisan Kota Delta Mas...
    Kalau ada info, boleh dong om di share

    ReplyDelete
  11. Maaf belum tahu trek di Cikarang

    ReplyDelete