Popular Posts

Saturday, March 10, 2012

Membelah Lumpur di Nawit

Sebenarnya ini bukan untuk pertama kalinya kita ke Nawit. Ini adalah nama trek di daerah Bekasi. Trek yang Cross Country, karena memang ini bukan di daerah pegunungan. Jadi tidak ada tanjakan ataupun turunan panjang. Cuma yang paling membuat om Indra meminta balik lagi setelah hampir dua tahun yang lalu kesini adalah ikan dan sambelnya yang memang enak banget. Untuk kali ini kita berempat dari Komunitas kantor dan satu lagi dari d’Pitts temannya Om Indra, yaitu dr frits yang kebetulan seorang dokter kandungan. Penampakan baru juga adalah ini gowes perdana dari Spez Cambernya om Michael. Janjian berangkat jam 6 tepat dari rumah ternyata membutuhkan waktu 45 menit sampai ke pintu keluar bekasi timur. Molor 15 menit dari janji ketemuan hehehe. Maklum kebiasaan janjian di Bogor atau sentul, ternyata jauh juga ya padahal tol Cimanggis sudah buka. Akhirnya start dari rumah Om Mahe dan jalan ke Warung Asem dulu. Memang trek di Bekasi rata2 adalah keluar masuk perkampungan, sehingga susah mengingat jalur karena banyaknya alternatif yang bisa diambil. Makdarit kita sudah menelpon Pak Narto untuk memandu kita seperti 2 tahun yang lalu kita dipandu juga oleh dia. Beliau sendiri adalah MTBer sejati yang sudah cukup sepuh (kira2 sudah 60-an). Tapi katanya yang bisa mengalahkan dia di pertandingan2 seumuran dia hanya kelasnya Toni Kamurang, pegowes veteran yang sekarang buka toko cukup terkenal di Jalan Kamurang sekitar Citeureup, Cibinong. Karenanya benar saja karena terpotong mobil pada saat nyebrang, langsung kita kehilangan jejak. Untung saja pada saat menerka2 tiba2 muncul sosok Pak Narto dan langsung kita bertiga bergegas ke warung asem. Hehehe bahkan kelompok besar belum sampai karena sempet nunggu2 kita. Yang belum tahu warung asem adalah tempat nongkrongnya goweser2 di Bekasi. Hampir seluruh goweser memulai perjalanannya start dari sini setelah menikmati ketan atau teh jahe spesial di sini. Speedo menunjukkan 5 km menunjukkan jarak dari rumah om mahe ke Warung asem dan sekitar jam 8.30 kita start ke Nawit beserta beberapa tambahan peserta dari komunitas di sana.
Memang agak susah untuk diceritakan urutan dari trek ini, akan tetapi pada awalnya trek di dominasi jalan coran dengan keluar masuk kampung. Yang khas di sini adalah sawah yang sesekali kita lintasi yang kalau kita lihat ke kiri dan kanan adalah sawah sampai lepas di horison. Jadi sepertinya sawah2 di sana letaknya memanjang karena kita selalu ketemu jalan yang menyebrangi sawah tersebut. Bagi saya ini adalah salah satu pemandangan khas Trek Nawit yang susah kalau tidak bisa bilang ngga bisa ditemui di trek yang lain.
Setelah keluar masuk kampung sampai kita di trek yang sebenarnya hampir sama tetapi kali ini kita melewati daerah yang lebih offroad. Di sini petualangan baru dimulai. Ternyata di daerah sini neraka bagi yang memakai ban besar. Karena tipikal di sini adalah tanah merah yang kalau tidak digowes akan cepat mengering dan terus menumpuk. Sehingga tidak sampai satu menit donat sudah terbentuk dan ban tidak akan bisa berputar sama sekali. Mulailah batang kayu menjadi senjata andalan kita untuk sekedar mengurangi akumulasi tanah di ban dan bagian bawah frame sehingga cukup untuk berputar kembali. Belakangan kita selalu pakai itu setiap 10 meter sehingga akhirnya kita ngga punya pilihan lain untuk mendorong sampai tempat yang memungkinkan.
Seingat saya selain di sini tanah merah atau tanah liat yang sifatnya seperti ini adalah yang di trek Batu Napak daerah Citereup. bahkan pada waktu itu menyebabkan pelumas di rantai sama sekali hilang sehingga shifter hampir tidak berfungsi. Untungnya ditengah2 berjibaku dengan tanah merah ada sepasang suami istri yang sedang memetik buah rambutan menawarkan kita. Wah enak banget ya kalau pas lagi perlu eh ada. Puas deh kita habisin deh panenan ibu bapak itu. Setelah rambutan kita jalan beberapa puluh meter lagi sampai bisa digowes. Kemudian belakangan baru tersadar bahwa karena keasikan bersihin sepeda dari tanah kelompok besar yang lain tidak kelihatan lagi. Saya berdua dengan Om Santoso akhirnya memutuskan untuk mencari jalan sendiri karena bingung juga mengidentifikasi kita ada di mana sekarang. Untungnya beliau tahu sedikit banyak daerah sini sehingga kita pasti bisa sampai ke Nawit walaupun belum tentu sama dengan treknya pak Narto. Tampaknya keberuntungan memang lagi belum berpihak ke kita, selang beberapa saat kemudian hujan tampak turun nggak malu-malu. Benar2 deres dan akhirnya kita menuju ke warung yang tampak dari jauh sepertinya ada beberapa pesepeda juga berteduh di sana. Akhirsnya pesanlah kita satu gelas kopi panas sambil menunggu hujan reda. Ternyata kita tidak benar2 sial hari ini, saya tidak tahu berapa lama kita berteduh di sana karena sepanjang hujan tersebut salah satu dari pesepeda bercerita mengenai hal2 yang menarik. Bermula dari cerita mengenai trek2 indah di Indonesia yang memang tidak akan ada habisnya. Sampai bercerita tentang daerah ciptagelar yang menurut dia adalah trek sepeda yang paling indah yang pernah dia lakukan selama ini. Dari cerita tersebut sampailah beliau bercerita kemana2 yang pada intinya jangan percaya pada hal2 yang mistis di Indonesia yang banyak rekayasanya. Dari trek gowesan sampai kegiatan ritual dari pejabat2 Indonesia adalah yang kita bicarakan berdasarkan pengalaman dia. Belakangan baru saya ketahui dari salah satu pegowes tersebut, Pak Yus, adalah seperti sekjennya Pak Tulus yang senang bercerita itu adalah pejabat tinggi di suatu kementrian. Tidak terasa hujan berhenti dan kita bersama2 melanjutkan perjalanan dan berpisah beberapa ratus meter dari nawit atau masyarakat di situ lebih dikenal dengan warung bondol.
Kilometer sudah menunjukkan 20 kilometer tanpa perjalanan dari rumah Om mahe ke warung asem. Jadi total sudah 25km hari ini. Sampai di sana ternyata yang lain sudah beberapa babak makan makanan khas di situ, yaitu ikan belis, sayur asam, dan sambelnya yang maknyus. Pada saat saya menuliskan ini perut jadi keroncongan nih mengingat kegurihan dan kemaknyusan makanan si situ. Saya sendiri sampai nambah dua kali. Sepertinya selain karena makanannya memang enak ditambah dengan suasana pinggir kali yang bikin nafsu makan meningkat. Setelah kita ngobrol2 nyeritain tentang pertemuan kita dengan pak Tulus dan ternyata mereka lewat perkebunan salak yang beberapa tahun lalu kita lewati. Catatan saja untuk trek Nawit memang ada alternatif untuk melewati perkebunan salak yang sangat lebat. Saking lebatnya bahkan pada waktu kita kesana kondisi terik akan tetapi kalau kita melewati sana akan terlihat gelap sehingga tidak akan terasa panasnya. O ya, satu lagi yang mau saya ceritain, adahal yang baru di sini, yaitu minuman rempah dicampur susu. Botolnya seperti minuman tradisional tetapi kalau kita minum akan terasa rempahnya agak pedas. Kalau di campur dengan susu rasanya seperti soda gembira. Beneran.
Sebelum pulang kita foto2 sebentar dan dilanjutkan dengan tanjakan halus sebentar kemudian kita berpisah menjadi beberapa kelompok terutama pak dokter ternyata ada panggilan. Setelah cerita2 sebentar terutama mendengar curhatnya om Mochael yang baru pertama kali sepedahan jauh (setelah Cihuni sih) kahirnya kita pulang ke rumah masing2. Terima kasih Om Mahe, Terima kasih Pak Narto, terima kasih komunitas Bekasi (Robek) dan kompleknya Mahe. Mudah2an kita diberi umur untuk gowes bareng lagi di lain waktu, di lain kesempatan. Di trek yang sama ataupun trek yang menarik lainnya. Total general trek 48 km, lumayan untuk hari ini setelah berjibaku dengan tanah merah.

2 comments: