Popular Posts

Tuesday, January 24, 2012

Pak Acep dan Sepedanya

Dedicated to Pak Acep. Email dari beliau tanggal 8 Maret 2011. Cekidot juga Subject: S-Works - ku
dulu, sekian tahun yg lalu, ketika anakku yg paling besar kelas 2 SD, dan sepedanya lamanya sudah kekecilan. kami berencana membelikan dia sepeda baru, tapi bila dibelikan sepeda dg ukuran dia no. 20 setahun kemudian pasti sudah terlalu kecil untuk ukuran dia saat itu. kami putuskan membeli sepeda dewasa dengan pertimbangan saya pun bisa memakainya untuk olah raga, pilihan jatuh pada Wincyle dengan 18 speed, seharga rp 450,000-an benar saja dia perlu penyesuaian beberapa saat saja, setelah itu dipakainya, meskipun terlihat lucu, dg posturnya yg masih kecil memakai sepeda orang dewasa tapi saya pun, dengan group tetangga mulai main sepeda, tentunya dengan sepeda anak saya itu .. ya .. wincyle rutin tiap minggu kami berempat dalam satu gang, main sepeda, tapi sayang hanya bertahan beberapa bulan, selebihnya hanya aku sendiri yg terlanjur menyukai main sepeda. dari gang ke gang, kampung ke kampung, sampai lah pada suatu saat di pinggir tol jagorawi, dan pada saat itu melintas, serombongan orang bersepeda dengan pakaian lengkap plus helm, melintas dg cepat. seminggu kemudian, pagi-2 aku sudah dijalur yg minggu kemarin, benar saja ada rombongan yg melintas lagi, ku sapa dan minta izin bergabung. bermain cepat, berusaha mengimbangi, di ujung pinggir tol, rombongan berhenti tapi ketika mereka berjalan lagi, aku dah ngak kuat lagi. selepas hilang rasa mual, ku gowes lagi arah pulang, beruntung aku ketemu yg main sepeda lagi, ngobral sambil gowes, om Jon begitu dia memperkenalkan diri, katanya dia suka main offroad, aku ngak begitu mengerti apa yg offroad, tapi ku senang sekali karena minggu depan dia ngajak main sepeda bareng.
minggu depannya, kami berdua bersepeda lewat kebun, hutan kecil dan sawah. setiap berhenti selalu mengajari bagaimana cara bermain sepeda yang benar. ketika hendak melewati jembatan bambu sungai cikeas yg dekat sekolah SD itu, sambil mengeluarkan kreteknya dia berkata begini, " di depan ada turunan, posisi pantat harus ditarik kebelakang dan mengangkang, sementara dua kaki sejajar horisontal, agar pedal tidak terantuk batu" tentu saja beda dg om-om saat ini , melewati turunan itu, dengan fullsus trance 123 atau sejenisnya, saya ?.... tentu saja dg wincyle anak saya itu. minggu berikutnya, masih terus dg jalur itu, tapi semakin jauh .... dan sampailah di toko sepeda okki dan yanto yg di pinggir setu cibinong. dulu, toko okki tidak sebesar sekarang dan yanto jual mtb juga, tapi sekarang dia menjadi special sepeda umum tiap bermain sepeda, om Jon selalu menyarankan ganti sepeda, karena dg segala alasannya, termasuk keselamat jiwa katanya. lama-kelamaan terhasut juga, siang malam aku berfikir bagaimana mungkin harus membeli sepeda seharga 1.8 jt ( mohon om-om jangan tertawa) itu seharga 4 kali sepeda yg aku pakai saat itu, itu lah sepeda mtb ku, Specialized S-work warna biru, yg harga framenya 25rb lebih mahal dari yg hitam, 450rb minggu pertama, gunung pancar sisi utara offroad lewat saluran air, berikutnya tiada minggu yg terlewatkan, pergi sangat pagi 5.30 pulang sore hari bahkan lepas magrib. keciataanku pada main sepeda telah bergeser dari sekedar hobi dan olah raga menjadi panggilan jiwa, S-Work ku telah berubah menjadi teman sejatiku, dengannya jiwaku terasa tentram. benar kata Winotou yg orang indian itu, semua benda punya jiwa, tentu termasuk S-Work ku. sore hari sepulang kerja, sepeda bersender di jendela luar rumah, tampak maching dengan warna kusen rumah, anakku yang suka memakainya saat ini. tak ku sangka itu adalah kali terakhir aku melihatnya, 20 menit dari saat itu, S-Work ku pergi di gondol maling. seperti lirik sebuah lagu : Bila yang tertulis untukku Adalah yang terbaik untukmu Kan kujadikan kau kenangan Yang terindah dalam hidupku Darimu... Kutemukan hidupku Bagiku... Kau lah cinta sejati ku

No comments:

Post a Comment